Simulasi Model Prosedur Analisis

∑ = − = n t a t s t Y Y n RMSE 1 2 1 ∑ = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = n t a t a t s t Y Y Y n RMSPE 1 2 1 ∑ ∑ ∑ = = = + − = n t a t n t s t n t a t s t Y n Y n Y Y n U 1 2 1 2 1 2 1 1 1 dimana: s t Y = nilai hasil simulasi dasar dari variabel observasi a t Y = nilai aktual variabel observasi n = jumlah periode observasi Statistik RMSPE digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai peubah endogen hasil pendugaan menyimpang dari alur nilai-nilai aktualnya dalam ukuran relatif persen, atau seberapa dekat nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Sedangikan nilai statistik U bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil U berkisar antara 1 dan 0. Jika U = 0 maka pendugaan model sempurna, jika U =1 maka pendugaan model naif. Pada dasarnya makin kecil nilai RMSPE dan U-Theil’s dan makin besar nilai R², maka pendugaan model semakin baik.

4.2.4. Simulasi Model

Setelah model divalidasi dan memenuhi kriteria secara statistik, maka model tersebut dapat dijadikan sebagai model dasar simulasi. Peramalan dapat dapat dibedakan beberapa jenis dan tujuan simulasi, diantaranya adalah ramalan berdasarkan horizon waktu, yang dibedakan menjadi ex post forecasting, ex ante forecasting dan backcasting. Analisis kebijakan dilakukan untuk melihat dampak kebijakan ekonomi yang terdapat di wilayah tertentu terhadap semua variabel endogen. Dengan demikian kita dapat mengetahui bagaimana reaksi variabel endogen terhadap perubahan variabel eksogen. Beberapa skenario simulasi alternatif kebijakan ekonomi secara parsial dan alternatif kombinasi kebijakan ekonomi yang ditentukan secara arbitrary, yaitu: 1. Peningkatan Upah Minimum Regional sebesar 10 persen di wilayah Sumatera. 2. Peningkatan Upah Minimum Regional sebesar 10 persen di wilayah Jawa- Bali. 3. Peningkatan Upah Minimum Regional sebesar 10 persen di wilayah Timur Indonesia. 4. Peningkatan Upah Minimum Regional sebesar 10 persen di wilayah Sumatera, wilayah Jawa-Bali dan wilayah Timur Indonesia. 5. Peningkatan Belanja Pelayanan Publik sebesar 10 persen di wilayah Sumatera 6. Peningkatan Belanja Pelayanan Publik sebesar 10 persen di wilayah Jawa- Bali 7. Peningkatan Belanja Pelayanan Publik sebesar 10 persen di wilayah Timur Indonesia 8. Peningkatan Belanja Pelayanan Publik sebesar 10 persen di wilayah Sumatera, wilayah Jawa-Bali dan wilayah Timur Indonesia 9. Peningkatan Investasi Swasta sebesar 10 persen di wilayah Sumatera 10. Peningkatan Investasi Swasta sebesar 10 persen di wilayah Jawa-Bali 11. Peningkatan Investasi Swasta sebesar 10 persen di wilayah Timur Indonesia 12. Peningkatan Investasi Swasta sebesar 10 persen di wilayah Sumatera, wilayah Jawa-Bali dan wilayah Timur Indonesia. 13. Peningkatan Investasi Pemerintah sebesar 10 persen di wilayah Sumatera 14. Peningkatan Investasi Pemerintah sebesar 10 persen di wilayah Jawa-Bali 15. Peningkatan Investasi Pemerintah sebesar 10 persen di wilayah Timur Indonesia 16. Peningkatan Investasi Pemerintah sebesar 10 persen di wilayah Sumatera, wilayah Jawa-Bali dan wilayah Timur Indonesia.

4.3. Jenis dan Sumber Data