97
dalam jangka pendek, artinya bahwa kenaikan upah sebesar satu persen dalam jangka pendek akan meningkatkan upah pekerja sebesar 0.760 persen.
Tabel 18. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Upah Wilayah Timur
Indonesia
Label Parameter
Prob |t| Elastisitas
Estimate E
SR
E
LR
Intersep upah WTI 49.90476
0.1417 -
- UMR WTI
1.689909 .0001
0.7606 -
PDRB WTI 0.000255
0.3273 0.1111
-
Pertumbuhan PDRB yang merupakan gambaran dari output wilayah
berpengaruh positif terhadap kenaikan upah di wilayah Timur Indonesia, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol dan secara ekonomi respon perubahan
output wilayah Timur Indonesia terhadap perubahan upah rata-rata yang diterima pekerja adalah inelastis dalam jangka pendek 0.011, artinya bahwa kenaikan output
sebesar satu persen akan meningkatkan upah pekerja sebesar 0.001 persen.
5.2.5. Blok Kemiskinan
Blok kemiskinan terdiri dari 3 persamaan struktural, yaitu persamaan jumlah penduduk miskin di wilayah Sumatera, persamaan jumlah penduduk miskin di
wilayah Jawa-Bali dan persamaan jumlah penduduk miskin di wilayah Timur Indonesia. Berikut adalah Hasil Pendugaan Parameter kemiskinan untuk setiap
wilayah.
5.2.5.1. Respon Jumlah Penduduk Miskin Wilayah Sumatera
Masalah kemiskinan adalah sesuatu yang menjadi tolak ukur bagi tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Semakin banyak masyarakat yang hidup
98
dalam kondisi miskin di suatu daerah mencerminkan bahwa daerah tersebut masih belum sejahtera. Berbagai upaya harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi
masalah kemiskinan tersebut. Upaya yang harus dilakukan antara lain dengan berusaha menigkatkan PDRB, upah minimum regional, dan belanja pelayanan publik.
Tabel 19. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Penduduk Miskin Wilayah Sumatera
Label Paramete
r Prob |t|
Elastisitas Estimate
E
SR
E
LR
PDRB Sumatera -0.002740
0.5661 -0.1106
-0.9592 Upah Sumatera
-0.613400 0.6206
-0.0404 -0.3503
Belanja pelayanan publik Sumatera -0.009140
0.6579 -0.0155
-0.1348 Trend 92.05752
0.1669 0.2783
2.4135 Lag kemiskinan Sumatera
0.884676 .0001
- -
Peningkatan PDRB diharapkan dapat menurunkan jumlah penduduk miskin melalui mekanisme peningkatan lapangan kerja yang dapat menyerap lebih banyak
tenaga kerja. Hal ini terlihat dari hasil pendugaan bahwa kenaikan PDRB wilayah Sumatera berpengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin, meskipun secara
statistik tidak signifikan dan secara ekonomi juga terlihat bahwa responnya inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya bahwa kenaikan
PDRB wilayah Sumatera sebesar satu persen, ceteris paribus, mampu menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 0.110 persen dalam jangka pendek dan 0.951 persen
dalam jangka panjang seperrti terlihat pada Tabel 19 diatas. Upah rata-rata yang diterima pekerja berpengaruh negatif terhadap jumlah
penduduk miskin, meskipun secara statistik tidak signifikan dan secara ekonomi juga inelastis untuk setiap waktu. Begitu juga halnya dengan instrumen belanja pelayanan
99
publik, tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi penurunan jumlah penduduk miskin di wilayah Sumatera. Jika dibandingkan ketiga variabel PDRB, upah dan
belanja pelayanan publik terlihat bahwa peranan peningkatan output dalam hal ini PDRB wilayah Sumatera memiliki peranan yang lebih besar dalam menurunkan
jumlah penduduk miskin, terutama dalam jangka panjang, dimana elastisitasnya hampir mendekati satu.
Secara umum dari hasil pendugaan dapat diketahui bahwa jumlah penduduk miskin di wilayah Sumatera memiliki kecenderungan yang menaik. Jumlah penduduk
miskin di wilayah Sumatera dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala, artinya jumlah penduduk miskin di wilayah Sumatera relatif lama untuk menyesuaikan
kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi.
5.2.5.2. Respon Jumlah Penduduk Miskin Wilayah Jawa-Bali