tersebut maka wilayah tersebut dapat menjual aset kepemilikan domestik ke pembeli luar. Sehingga daerah tersebut dapat memelihara neraca pembayaran
defisit dalam jangka panjang. Hal ini mengimplikasikan bahwa pendapatan regional dalam jangka panjang juga dipengaruhi oleh tingkat ekspor wilayah.
3.2. Kerangka Konseptual
Untuk menjawab tujuan penelitian ini, digunakan sebuah model ekonometrik-multiregional. Dalam beberapa literatur yang ada, keterkaitan
wilayah umumnya hanya menggunakan dua region atau tiga region karena alasan kompleksitas data arus migrasi dan arus perdagangan berdasarkan daerah asal dan
tujuan. Dalam penelitian ini wilayah dibagi menjadi 3 wilayah besar, yaitu wilayah Sumatera, wilayah Jawa-Bali dan Wilayah Timur Indonesia. Pada
Gambar 3 ditampilkan kerangka konseptual keterkaitan wilayah di Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa keterkaitan wilayah dapat
dilihat dari 7 aspek keterkaitan, yaitu physical linkages, economic linkages, population movement linkages, technological linkages, social interaction
linkages, service delivery linkages dan political, administrative, and organizational linkages
. Dalam penelitian ini tujuh keterkaitan tersebut, hanya menangkap dua aspek keterkaitan, yaitu economic linkages yang diwakili oleh
perdagangan antarwilayah dan population movement linkages yang diwakili oleh arus migrasi penduduk.
Migrasi akan memiliki dampak yang berbeda antarwilayah. Migrasi dapat memberikan stimulus ekonomi dan kemungkinan di wilayah lain dapat juga
menyebabkan pengangguran yang tinggi yang berdampak pada penurunan pendapatan wilayah.
Gambar 3. Kerangka Konseptual Keterkaitan Wilayah
Keterangan: MI
i
= migrasi masuk wilayah i dari wilayah j dimana i ≠ j dan j = 1, 2
MO
i
= migrasi keluar wilayah i ke wilayah j dimana i ≠ j dan j = 1, 2
MB
i
= migrasi bersih wilayah i X
i
= ekspor
wilayah i
ke wilayah j dimana i ≠ j dan j = 1, 2
M
i
= impor
wilayah i
dari wilayah j dimana i ≠ j dan j = 1, 2
NX
i
= ekspor bersih wilayah i PDRB
Wilayah i
Penawaran Tenga kerja
wilayah i
Permintaan TK di Wilayah i
Pengangguran di wilayah i
j i
MO MI
MB
j i
i j
i
≠ −
=
∑ ∑
= =
2 1
2 1
j i
MO MO
j i
i
≠ =
∑
= 2
1
j i
M X
NX
i i
j j
i
≠ −
=
∑ ∑
= =
2 1
2 1
j i
X X
j j
i
≠ =
∑
= 2
1
j i
M M
j j
i
≠ =
∑
= 2
1
Kemiskinan di wilayah i
Upah Wilayah i
j i
MI MI
j j
i
≠ =
∑
= 2
1
K E
T I
M P
A N
G A
N
Hal yang sama juga terhadap arus perdagangan antarwilayah. Jika suatu negara memiliki keunggulan komparatif dan melakukan perdagangan,
kemungkinan wilayah tersebut akan memperoleh keuntungan dari perdagangan tersebut, sehingga dapat meningkatkan modal di wilayah yang bersangkutan.
Motivasi untuk melakukan migrasi sangat berbeda diantara individu, tetapi umumnya dilakukan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik. Seorang
individu ketika bermigrasi ke wilayah A, maka di wilayah tersebut jumlah penawaran tenaga kerja akan semakin besar, dan jika migran tersebut tidak
mendapat pekerjaan, maka jumlah pengangguran di wilayah A akan meningkat. Sebaliknya dampak bagi wilayah yang ditingglkan kemungkinan akan berkurang
sumberdaya manusia dan dapat menurunkan jumlah pengangguran di wilayah tersebut jika individu yang bermigrasi tersebut tadi tidak bekerja.
Dilihat dari aliran komoditi, suatu negara yang memiliki sumberdaya tenaga kerja yang melimpah, cenderung memiliki upah yang rendah sebelum ada
perdagangan. Ekspor tenaga kerja, produk yang intensif akan meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja dan upah. Meningkatnya permintaan tenaga
kerja akan searah dengan peningkatan output wilayah akan semakin besar. Peningkatan output wilayah diharapkan dapat menurunkan tingkat dan jumlah
pengangguran. Dampak positif dari perdagangan antarwilayah tersebut akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah, yang pada akhirnya diharapkan dapat
memperkecil ketimpangan pendapatan antarwilayah.
IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS
4.1.
Spesifikasi Model Keterkaitan Wilayah di Indonesia
Model ekonometrika merupakan suatu pola khusus dari model aljabar, yakni suatu unsur yang bersifat stochastic yang mencakup satu atau lebih peubah
pengganggu Intriligator, 1978. Menurut Koutsoyiannis, 1977 Model ekonometrika merupakan
gambaran dari hubungan masing-masing variabel penjelas explanatory variables terhadap peubah endogen dependent variables khususnya yang menyangkut
tanda dan besaran magnitude and sign dari penduga parameter sesuai dengan harapan teoritis secara apriori ekonomi dengan kata lain, model yang baik
haruslah memenuhi kriteria teori ekonomi theoritically meaningful, kriteria
statistika, dan kriteria ekonometrika.
Tahapan membangun model diawali dengan suatu pemahaman fenomena perekonomian yang dihipotesiskan terjadi sebagai akibat dari keterkaitan wilayah
yang akan berpengaruh terhadap perekonomian wilayah. Spesifikasi model dilakukan dengan memformulasikan model yang paling sesuai dengan sistem atau
fenomena aktual yang diabstraksikan. Setelah model dispesifikasikan atau diformulasikan, selanjutnya model diestimasi dengan menggunakan teknik
estimasi yang paling sesuai, sehingga memberikan hasil estimasi yang terbaik. Tahap berikutnya adalah evaluasi untuk mengetahui apakah model tersebut secara
teoritis bermakna dan secara kuantitatif memuaskan. Tahap terakhir adalah melakukan simulasi yang terdiri atas dua bentuk yaitu simulasi kebijakan dan
faktor-faktor eksternal.