kemungkinan konsumsi. Jika wilayah I melakukan perdagangan dengan bagian dunia lain, kurva kemungkinan konsumsi di wilayah I akan melebihi
kemungkinan produksi dan kemungkinan konsumsi. Untuk membuktikan kondisi ini, misalkan wilayah menggunakan semua
sumberdaya untuk menghasilkan 6 juta unit makanan dan menukarkan 2 juta unit makanan untuk barang-barang manufaktur. Jumlah produk manufaktur yang dapat
dibeli dengan makanan tergantung pada hubungan perdagangan. Jika diasumsikan output yang dihasilkan oleh wilayah kecil tidak berpengaruh terhadap harga dunia,
maka hubungan perdagangan ditentukan oleh rasio harga dunia. Dengan demikian, wilayah akan menerima 1.5 juta unit produk manufaktur yang
dipertukarkan dengan 2 juta unit makanan, konsumsi pada titik c pada kurva kemungkinan konsumsi setelah perdagangan. Jika seluruh penduduk di wilayah
berkeinginan untuk mengkonsumsi seluruh produk manufaktur, maka jumlah produk manufaktur yang dikonsumsi adalah 4.5 juta unit. Jika titik a merupakan
kemungkinan produksi dan konsumsi sebelum perdagangan, maka perdagangan akan memindahkan kurva kemungkinan kunsumsi, dimana penduduk di wilayah I
akan mengkonsumsi lebih banyak kedua barang, ditunjukkan oleh titik diantara c dan d. Penjelasan ini merupakan contoh antara suatu negara dengan bagian dunia
lain, prinsip yang sama juga dapat digunakan antar wilayah dalam suatu Negara.
3.1.3.2. Teori Heckscher–Ohlin
Teori keunggulan komparatif menyatakan bahwa suatu negara regions harus melakukan spesialisasi untuk memproduksi komoditi yang dihasilkan
dengan biaya yang relatif murah, tetapi produk yang dihasilkan belum mengindikasikan apakah barang dan jasa akan diekspor. Hipotesis Heckscher dan
Ohlin menyatakan jika suatu negara mempunyai faktor produksi yang berlimpah, negara tersebut memiliki keunggulan komparatif untuk memproduksi barang yang
diperlukan dalam jumlah besar dari kelebihan faktor produksi tersebut. Sebagai contoh, region dengan top soil dan curah hujan yang berlimpah tentu memiliki
keunggulan komparatif dalam produk-produk pertanian. Oleh karena itu, meskipun faktor produksi tidak dapat berpindah immobile, Heckscher dan Ohlin
menduga bahwa faktor produksi yang berlebih dapat berpindah yang diwujudkan menjadi ekspor dominant Krugman and Obstfeld, 2000.
Aliran komoditi dari perdagangan akan berakibat bukan hanya terhadap harga komoditi tetapi juga harga sumberdaya. Suatu negara yang melimpah dalam
tenaga kerja cenderung memiliki upah yang rendah sebelum ada perdagangan. Ekspor tenaga kerja, produk yang intensif akan meningkatkan permintaan
terhadap tenaga kerja dan upah. Negara pengimpor tenaga kerja akan menekan permintaan tenaga kerja sehingga upah terhadap kerja dibayar rendah. Jika dalam
kenyataannya dimana diasumsikan informasi sempurna dan komoditi dapat berpindah, maka teori Heckscher dan Ohlin menuju kepada kesimpulan bahwa
komoditi yang berpindah akan menghasilkan persamaan dengan harga faktor produksi. Dalam kondisi demikian, perpindahan komoditi dapat disubstitusi
dengan perpindahan sumberdaya. Teori keunggulan komparatif Hechscher – Ohlin dihadapkan pada
tantangan karena teori ini tidak mampu menjelaskan dan memprediksi pola perdagangan aktual. Beberapa pertimbangan untuk berpikir ulang terhadap teori
keunggulan komparatif yaitu: 1 mekanisme dan kelembagaan kurang diperhatikan, 2 jika hukum, kelembagaan dan kebiasaan tidak mendukung, maka
spesialisasi dan perdagangan tidak bekembang dan 3 keunggulan komparatif adalah teori yang statis.
3.1.3.3. Mobilitas Sumberdaya