Impor Wilayah Timur Indonesia dari Wilayah Sumatera Impor Wilayah Timur Indonesia dari Wilayah Jawa-Bali

135 95 persen. Respon perubahan jumlah impor wilayah Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia terhadap perubahan pendapatan wilayah Jawa-Bali adalah inelastis dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang adalah elastis. Artinya bahwa kenaikan pendapatan wilayah Jawa-Bali sebesar satu persen hanya meningkatkan jumlah impor Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia sebesar 0.690 persen dalam jangka pendek namun untuk jangka panjangnya sebesar 1.840 persen Tabel 43. Secara umum terlihat bahwa jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia memiliki kecenderungan yang menurun, dengan kenaikan rata-rata sebesar 112.82 ribu ton pertahun. Peubah bedakala jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen, artinya bahwa jumlah impor wilayah Jawa-Bali dari wilayah Timur Indonesia relatif lambat menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangannya dalam merespon situasi perubahan ekonomi yang terjadi.

5.2.7.11. Impor Wilayah Timur Indonesia dari Wilayah Sumatera

Berdasarkan hasil estimasi yang telah dilakukan diperoleh bahwa harga impor wilayah Timur Indonesia berpengaruh negatif terhadap jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Sumatera dan secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen. Respon perubahan jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Sumatera terhadap perubahan harga wilayah impor Timur Indonesia adalah inelastis dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang besarannya adalah elastis. Artinya, ketika harga impor WTI meningkat sebesar satu persen, ceteris paribus, maka jumlah impor WTI dari wilayah Sumatera menurun 136 sebesar 0.935 persen jangka pendek dan 2.015 persen jangka panjang. Sebaliknya, besarnya PDRB WTI berhubungan positif terhadap jumlah permintaan impor WTI dari wilayah Sumatera, tetapi secara statistik tidak signifikan dan responnya inelastis untu setiap waktu. Tabel 44. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Impor Wilayah Timur Indonesia dari Wilayah Sumatera Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep Impor WTI dari Sumatera 142.8285 0.0046 - - Harga Impor WTI -0.17219 0.0058 -0.9351 -2.0198 PDRB WTI 0.00020 0.3123 0.3033 0.6552 Trend -1.18191 0.5689 - - Lag Impor WTI dari Sumatera 0.53704 0.0003 - - Jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia memiliki kecenderungan yang menurun, dengan kenaikan rata-rata sebesar 1.18 ribu ton pertahun. Peubah bedakala jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Sumatera secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen, artinya bahwa jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Sumatera relatif lambat menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangan-nya dalam merespon situasi perubahan ekonomi yang terjadi.

5.2.7.12. Impor Wilayah Timur Indonesia dari Wilayah Jawa-Bali

Berdasarkan hasil estimasi yang telah dilakukan diperoleh bahwa harga impor wilayah Timur Indonesia berpengaruh negatif terhadap jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali dan secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 95 persen. Respon perubahan jumlah impor wilayah Timur 137 Indonesia dari wilayah Jawa-Bali terhadap perubahan harga impor wilayah Timur Indonesia adalah inelastis dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang besarannya adalah elastis. Artinya, ketika harga impor wilayah Timur Indonesia meningkat, ceteris paribus, jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali akan menurun sebesar 0.690 persen dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang menurun sebesar 2.279 persen. Tabel 45. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Jumlah Impor Wilayah Timur Indonesia dari Wilayah Jawa-Bali Label Parameter Prob |t| Elastisitas Estimate E SR E LR Intersep Impor WTI dari Jawa-Bali 63.51817 0.0415 - - Harga Impor WTI -0.07277 0.0526 -0.6900 -2.2795 Pertumbuhan PDRB WTI 8.10874 0.7388 0.0132 0.0437 Trend -0.06582 0.9224 - - Lag Impor WTI dari Jawa-Bali 0.69731 .0001 - - Tingginya pertumbuhan pendapatan wilayah Timur Indonesia yang ditunjukkan oleh PDRB wilayah Timur Indonesia berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali meskipun secara statistik tidak signifikan. Respon perubahan jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali terhadap perubahan pendapatan wilayah Timur Indonesia adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Artinya bahwa kenaikan pendapatan wilayah Timur Indonesia sebesar satu persen hanya meningkatkan jumlah impor Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali sebesar 0.013persen dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang sebesar 0.043. Secara umum terlihat bahwa jumlah impor wilayah Sumatera dari wilayah Timur Indonesia memiliki kecenderungan yang menurun, sebesar 0.06 ribu ton 138 pertahun. Peubah bedakala jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen, artinya bahwa jumlah impor wilayah Timur Indonesia dari wilayah Jawa-Bali relatif lambat menyesuaikan kembali kepada titik keseimbangan-nya dalam merespon situasi perubahan ekonomi yang terjadi.

VI. DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH

6.1. Validasi Model

Simulasi kebijakan bertujuan untuk menganalisis dampak berbagai alternatif kebijakan dengan cara mengubah nilai peubah kebijakannya. Akan tetapi sebelum melakukan alternatif simulasi kebijakan terlebih perlu dilakukan validasi model untuk melihat apakah nilai dugaan sesuai dengan nilai aktual masing-masing peubah endogen Pindyck dan Rubinfield, 1991. Model keterkaitan wilayah di Indonesia telah diuji dengan suatu simulasi dasar untuk periode sampel pengamatan 1975-2008. Indikator validasi statistik yang digunakan adalah Root Mean Square Percent Error RMSPE yang bertujuan untuk mengukur seberapa dekat nilai masing-masing peubah endogen hasil pendugaan mengikuti nilai data aktualnya selama periode pengamatan atau dengan kata lain seberapa jauh penyimpangannya dalam ukuran persen. Selain itu, juga digunakan statistik proporsi bias U M , proporsi regresi U R , proporsi distribusi U D dan juga statistik Theil’s inequality coefficient U untuk mengevaluasi kemampuan model bagi analisis simulasi historis. Pada dasarnya jika makin kecil nilai RMSE, RMSPE dan U-Theil’s, maka pendugaan model semakin baik. Nilai koefisien Theil U berkisar antara 1 dan 0. Jika U = 0 maka pendugaan model sempurna, sebaliknya jika U =1, maka pendugaan model adalah naif. Berikut ini disajikan hasil validasi model keterkaitan wilayah di Indonesia seperti yang tertera pada Tabel 46.