Keluarga dan keluarga miskin

108 dinyatakan bahwa sektor-sektor ekonomi lainnya yang meliputi perikanan, angkutan laut dan penyeberangan, pariwisata, industri pengolahan, listrik dan air bersih, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa, merupakan sektor basis bagi wilayah pesisir Teluk Lampung. Namun demikian, dapat dilihat bahwa terdapat dua sektor yang secara sangat mencolok memiliki nilai LQ sangat tinggi, yaitu perikanan serta angkutan laut dan penyeberangan, dengan nilai masing-masing 2,30 dan 6,20. Kedua sektor ini memang sangat ditunjang oleh kondisi wilayah Teluk Lampung, yaitu dengan terdapatnya pelabuhan laut dan penyeberangan utama, serta pelabuhan perikanan, di wilayah ini. Tabel 19 Nilai LQ sektor ekonomi wilayah pesisir Teluk Lampung No. Sektor LQ Keterangan 1 Perikanan 2,30 basis 2 Angkutan Laut dan Penyeberangan 6,20 basis 3 Pariwisata 1,53 basis 4 Pertanian 0,41 bukan basis 5 Pertambangan dan Penggalian 0,45 bukan basis 6 Industri Pengolahan 1,11 basis 7 Listrik dan Air Bersih 1,16 basis 8 Bangunan 1,08 basis 9 Perdagangan 0,87 bukan basis 10 Pengangkutan dan Komunikasi 1,60 basis 11 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1,42 basis 12 Jasa-jasa 1,25 basis Sumber: BPS Bandar Lampung 2008a, 2008b, BPS Pesawaran 2008a, 2008b, BPS Lampung Selatan 2008a, 2008b

4.3.4 Daya saing sektor ekonomi

Penggambaran daya saing ekonomi wilayah pesisir dilakukan melalui analisis pergeseran-pertumbuhan shift–share, yang menunjukkan pergeseran dan peranan perekonomian wilayah pesisir Teluk Lampung terhadap perekonomian Provinsi Lampung. Komponen di dalam analisis dapat menunjukkan pengaruh dari kombinasi campuran dan daya saing suatu perekonomian wilayah Hoover dan Giarratani 1999; Rustiadi et al. 2009. Komponen analisis dalam konteks wilayah pesisir Teluk Lampung dan Provinsi Lampung meliputi: 1 Komponen pertumbuhan total wilayah S, menggambarkan pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian wilayah pesisir Teluk Lampung 109 yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian Provinsi Lampung. 2 Komponen pergeseran proporsional P, merupakan pertumbuhan total sektor yang bersangkutan secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan seluruh sektor dalam wilayah provinsi, yang menunjukkan dinamika sektor tersebut secara total dalam wilayah provinsi. Nilai Pj 0 dapat diinterpretasikan bahwa sektor yang bersangkutan tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan total sektor provinsi; nilai Pj 0 dapat diinterpretasikan bahwa sektor yang bersangkutan relatif tumbuh lebih lambat. 3 Komponen pergeseran diferensial D, menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi sektor yang bersangkutan dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor tersebut dalam wilayah provinsi. Komponen ini menggambarkan dinamika keunggulan sektor tersebut di wilayah pesisir Teluk Lampung terhadap sektor yang sama di wilayah lain dalam wilayah provinsi. Nilai Dj 0 diinterpretasikan bahwa sektor yang bersangkutan memiliki keunggulan terhadap sektor yang sama, terkonsentrasi, dan tumbuh lebih cepat di wilayah pesisir dibandingkan dengan wilayah lain dalam provinsi; nilai Dj 0 diinterpretasikan bahwa sektor yang bersangkutan relatif tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan wilayah lain dalam provinsi. Hasil analisis pergeseran-pertumbuhan yang menggunakan data nilai tambah sektor dari PDRB tahun 2003 dan 2007 dalam konteks wilayah wilayah pesisir Teluk Lampung dan Provinsi Lampung, disajikan pada Tabel 20. Interpretasi hasil analisis dari komponen P menunjukkan bahwa sektor perikanan, listrik dan air bersih, pengangkutan dan komunikasi, serta keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; merupakan sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat daripada total pertumbuhan di tingkat provinsi. Dari komponen D, menunjukkan bahwa sektor angkutan laut dan penyeberangan, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa; tumbuh lebih cepat di wilayah