Jaringan transportasi Informasi Geografis Wilayah

161 Simulasi model dilakukan dengan peubah kebijakan bernilai nol 0, yaitu tidak ada penegakan peraturan yang tegas untuk kawasan lindung baik darat maupun perairan. Pada kondisi tersebut, penggunaan ruang sepenuhnya hanya bergantung pada nilai finansial jangka pendek dan kebutuhan populasi dalam pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, tidak dipertimbangkan adanya kawasan lindung yang perlu dipertahankan di dalam wilayah pesisir Teluk Lampung. Dalam kurun waktu simulasi tersebut, diungkapkan perkembangan yang mungkin terjadi pada peubah-peubah yang dikaji. Peubah yang disimulasi meliputi peubah yang dianggap dapat mewakili gambaran dinamika wilayah pesisir Teluk Lampung, yaitu: 1 Populasi, angkatan kerja, dan lapangan kerja; 2 Aktivitas ekonomi PDRB dan investasi; 3 Sektor-sektor ekonomi di wilayah pesisir; 4 Penggunaan ruang budidaya daratan dan pemanfaatan umum perairan. Dari perkembangan peubah yang diamati, dapat dirumuskan kebijakan penataan ruang untuk perbaikan di masa depan. Dinamika beberapa peubah sistem dalam kurun waktu 2003-2029 disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 40 sampai dengan Gambar 47, data tabulasi lengkap dari hasil simulasi disajikan pada Lampiran 9.

6.3.1 Populasi

Simulasi menunjukkan bahwa populasi penduduk terus tumbuh dengan pola seperti yang didapatkan oleh White dan Engelen 2000, Aurambout et al. 2005, Winz 2005, dan Yufeng dan ShuSong 2005. Populasi dan angkatan kerja di wilayah Pesisir Teluk Lampung terus tumbuh dari 533.298 orang pada tahun 2003 menjadi 663.382 orang pada akhir tahun simulasi Gambar 40. Laju pertumbuhan populasi antara tahun 2003 sampai 2007 relatif tinggi, namun menjadi lebih rendah di atas tahun 2009. Pola pertumbuhan penduduk diikuti secara relatif sama oleh pertumbuhan angkatan kerja, yang akan mencapai jumlah 324.102 orang pada tahun 2029. Adapun lapangan kerja juga meningkat, dari tahun 2003 sebanyak 248.607 orang, menjadi 290.473 orang pada tahun 2029. Penyediaan lapangan kerja selalu berada 162 di bawah angkatan kerja sehingga selalu terdapat pengangguran, yang cenderung terus meningkat sampai akhir tahun simulasi, yaitu mencapai 33.630 atau mencapai 10,38 dari angkatan kerja.

6.3.2 Aktivitas Ekonomi

Aktivitas ekonomi wilayah pesisir Teluk Lampung digambarkan dari produk domestik regional bruto PDRB harga konstan tahun 2000. Simulasi menunjukkan bahwa pertumbuhan aktivitas ekonomi merupakan akibat dari adanya aktivitas yang terkait dengan populasi dan investasi, serta dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya dan lingkungan, sebagaimana telah ditunjukkan oleh Deal dan Schunk 2004 , Yufeng dan ShuSong 2005. Gangai dan Ramachandran 2010 , Liangju el al. 2010. Hasil simulasi model pada Gambar 41, menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi meningkat cukup tajam antara tahun 2003 sampai 2008, serta 2016 sampai 2020, setelah tahun 2020 petumbuhan terus melambat. Pada akhir tahun simulasi, PDRB harga konstan mencapai Rp 7,41 triliun. Kondisi yang berbeda terjadi dengan investasi, pada awal simulasi pertumbuhannya relatif merata dari Gambar 40 Kecenderungan populasi, angkatan kerja, dan lapangan kerja di wilayah pesisir Teluk Lampung 240 328 416 504 592 680 2003 2008 2013 2018 2023 2028 R ib u o ra n g Populasi Angkatan Kerja Lapangan Kerja 163 awal sampai akhir tahun simulasi. Pada tahun 2029, investasi mencapai Rp 1,41 triliun. Gambar 42 menyajikan simulasi produk sektor-sektor ekonomi sebagai komponen PDRB harga konstan tahun 2000. Sektor industri mengalami pertumbuhan yang semakin meningkat, dan pada akhir simulasi telah mencapai nilai sebesar Rp 1,49 triliun. Sektor lain yang menunjukkan peningkatan adalah angkutan laut dan pariwisata, namun tidak setajam sektor industri Sektor yang menunjukkan pertumbuhan melambat dan kemudian terus menurun adalah perikanan dan pertanian. Pada akhir tahun simulasi nilai kontribusi sektor pariwisata terhadap aktivitas ekonomi Rp 0,14 triliun, yaitu meningkat dari nilai pada tahun 2003 hanya Rp 0,06 triliun. Sektor angkutan laut dapat tumbuh lebih pesat daripada sektor pariwisata, pada tahun 2003 hanya bernilai Rp 0,12 triliun, dan pada tahun 2029 meningkat menjadi Rp 0,47 triliun. Sektor pertanian meningkat pada awal simulasi, kemudian melambat dan terus menurun sampai akhir simulasi tahun 2029. Pada tahun 2003 nilai sektor Gambar 41 Kecenderungan aktivitas ekonomi PDRB harga konstan tahun 2000 dan investasi di wilayah pesisir Teluk Lampung 1.500 3.000 4.500 6.000 7.500 2003 2008 2013 2018 2023 2028 R p M ily a r Aktivitas Ekonomi Investasi 164 pertanian mencapai Rp 0,43 triliun, dan pada kahir tahun simulasi hanya meningkat menjadi Rp 0,79 triliun. Pelambatan kenaikan tersebut terkait dengan perubahan penggunaan ruang dan struktur ekonomi yang semakin cenderung kepada industri sektor sekunder dan permukiman. Di sisi lain ekstensifikasi penggunaan lahan untuk pertanian sudah tidak dimungkinkan lagi, karena lahan dengan daya dukung tinggi sudah tidak lagi tersedia. Sektor yang menunjukkan kesamaan dengan pertanian adalah perikanan, yang cenderung menurun sampai akhir simulasi. Pada tahun 2003, sektor perikanan bernilai Rp 0,38 triliun, dan pada tahun 2029 hanya meningkat menjadi Rp 0,56 triliun. Peningkatan yang semakin menurun tersebut, dikarenakan sektor perikanan di Teluk Lampung sangat bertumpu pada perikanan budidaya pesisir tambak. Peningkatan pesat nilai produk sektor ini pada tahun 2008 berkorelasi erat dengan peningkatan luas tambak. Pada tahun 2003, luas tambak di Teluk Lampung hanya 2.477 ha, lalu meningkat sangat cepat pada tahun 2007 hampir mencapai 5.000 ha, atau meningkat dua kali lipat dalam empat tahun. Peningkatan luas tersebut telah menggunakan lahan budidaya pesisir secara maksimal, yaitu sudah mendekati luas lahan pesisir yang sesuai untuk tambak sekitar 8.000 ha. Gambar 42 Dinamika produksi sektor-sektor ekonomi sebagai komponen PDRB harga konstan tahun 2000 di wilayah pesisir Teluk Lampung 320 640 960 1.280 1.600 2003 2008 2013 2018 2023 2028 R p M il yar Pertanian Perikanan Industri Angkutan Laut Wisata 165 Oleh karena itu, peningkatan sektor perikanan menjadi relatif stagnan setelah tahun 2009. Di sisi lain, perikanan budidaya laut dan tangkap juga semakin tertekan dengan semakin berkurangnya kualitas lingkungan perairan Teluk Lampung Yusuf 2005; Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung 2007.

6.3.3 Penggunaan Ruang

Pertumbuhan populasi dan aktivitas ekonomi, secara langsung akan menyebabkan peningkatan kebutuhan ruang. Simulasi model menunjukkan pola yang sama dengan peningkatan penggunaan ruang oleh berbagai aktivitas, sebagaimana juga telah ditunjukkan oleh White dan Engelen 2000, Villa et al. 2002, Deal dan Schunk 2004 , Yufeng dan ShuSong 2005. Gangai dan Ramachandran 2010 , Liangju el al. 2010. Hasil simulasi model menunjukkan bahwa penggunaan ruang untuk bisnis dan industri akan meningkat melampaui penggunaan ruang untuk permukiman. Pada awal simulasi tahun 2003, luas ruang permukiman berjumlah 1.531 ha, mengalami peningkatan yang tidak terlalu tajam sampai akhir tahun simulasi, dan akan mencapai luas 2.442 ha pada tahun 2029. Penggunaan lahan untuk bisnis dan industri akan meningkat menjadi 3.341 ha pada tahun 2029, dari luas pada tahun 2003 sebesar 880 ha. Penggunaan lahan prasarana pada tahun 2003 seluas 890 ha, meningkat pada tahun 2029 menjadi 2.525 ha. Penggambaran dinamika penggunaan ruang untuk bisnis dan industri, prasarana wilayah, dan permukiman, disajikan pada Gambar 43. Penggunaan lahan untuk budidaya pertanian, relatif tetap dari awal simulasi sampai akhir tahun 2029. Padahal di sisi lain, terjadi konversi lahan pertanian menjadi budidaya bukan pertanian permukiman, perkotaan, dan industri. Pada tahun 2003, lahan pertanian mencapai luas 105.223 ha, dan pada akhir simulasi tahun 2029, luas lahan sedikit menurun menjadi 103.367 ha seperti disajikan pada Gambar 44. Penurunan yang sedikit tersebut dikarenakan pada simulasi model tidak dibatasi dengan ketentuan kawasan lindung, sehingga dapat terus terjadi pembukaan lahan pertanian baru yang berasal dari hutan sekunder bekas tebangan, atau dari penutupan lahan lainnya. Dengan demikian konversi lahan pertanian menjadi bukan pertanian, akan diimbangi oleh konversi lahan lain