11 laut, mineral dasar laut; sumber daya buatan meliputi infrastruktur laut
yang terkait dengan kelautan dan perikanan, dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar laut tempat instalasi bawah air
yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energi gelombang laut yang terdapat di wilayah pesisir.
31 Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. 32 Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif danatau aspek fungsional.
33 Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
34 Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan
daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir.
35 Makna dari simbol-simbol bagan alir yang digunakan dalam penjelasan sistem adalah sebagai berikut:
Penghubung Penjumlahan bercabang summing junction, menunjukkan
percabangan jamak yang menuju proses tunggal Data
Dokumen Dokumen jamak
Ekstraks
Keputusan decision Entitas
Objek Pemaparan display
12
1.5 Lingkup Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menyajikan suatu pendekatan perencanaan tata ruang yang memadukan wilayah daratan dan perairan dalam
suatu kerangka sistem dan bersifat partisipatif, yang dilakukan di wilayah pesisir Teluk Lampung, lingkup penelitian adalah meliputi aktivitas sebagai berikut:
1 Mengidentifikasi kondisi wilayah pesisir Teluk Lampung secara holistik dari aspek-aspek biofisik ekologi, ekonomi, dan sosial, serta menentukan
kondisi yang dikehendaki pada masa mendatang sebagai ambang batas kemampuan kawasan dalam mendukung pemanfaatan ruang. Aktivitas ini
dilakukan berdasarkan data dan informasi sekunder terutama dokumen RTRW Provinsi Lampung, RTRW Kota Bandar Lampung, dan RTRW
Kabupaten Lampung Selatan, dan analisis citra satelit yang selanjutnya divalidasi dengan observasi dan penelitian lapangan.
2 Menganalisis sistem dinamik yang terintegrasi dengan analisis spasial dengan sistem informasi geografis SIG berdasarkan data dan informasi
yang didapat dari berbagai kajian yang dilakukan, kemudian menyusun indikasi rencana tata ruang wilayah pesisir Teluk Lampung.
3 Memaparkan kondisi wilayah pesisir Teluk Lampung dan indikasi rencana tata ruang wilayah pesisir Teluk Lampung, dalam suatu pertemuan ahli
menggunakan metode prospektif partisipatif. Aktivitas ini ditujukan untuk memetakan berbagai kebutuhan para pemangku kepentingan dalam rangka
mencari titik temu yang dapat mendasari suatu perencanaan tata ruang yang akomodatif terhadap kepentingan tersebut.
Proses Proses yang dilakukan sebelumnya predefined
Simpanan storage internal Titik terminal untuk awal dan akhir bagan alir
13 4 Menyusun skenario perencanaan tata ruang Teluk Lampung yang bersifat
partisipatif, komprehensif dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan para pemangku kepentingan.
1.6 Kerangka Konsepsional
Secara konsepsional, penelitian dan disertasi ini dilatarbelakangi oleh kekhasan wilayah pesisir yang kompleks dan meliputi ekosistem daratan dan
perairan. Dengan kompleksitasnya yang tinggi, pengelolaan wilayah pesisir harus bersifat holistik dan terintegrasi, dengan salah satu komponen kuncinya adalah
perencanaan tata ruang Dahuri et al. 2001; Tyldesley
2004; Gangai dan
Ramachandran 2010 . Urgensi penataan ruang merupakan bentuk intervensi
positif guna meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan, atau sebagai bentuk koreksi terhadap kegagalan mekanisme pasar dalam menciptakan pola dan
struktur ruang yang sesuai dengan tujuan bersama Rustiadi et al. 2009. Oleh karena itu, perencanaan tata ruang memiliki posisi penting dalam kerangka
pengelolaan wilayah pesisir terpadu. Namun demkian, perencanaan tata ruang wilayah pesisir memerlukan suatu pendekatan yang mampu memadukan
karakteristik ruang daratan dan perairan secara sejajar, sehingga sulit diakomodasi oleh perencanaan tata ruang yang bias daratan.
Sesuai dengan hukum geografi pertama dari Tobler 1970, yang menyatakan bahwa “Setiap hal memiliki keterkaitan dengan hal lainnya, namun
yang lebih berdekatan memiliki keterkaitan yang lebih dari lainnya”. Oleh karena itu, ruang daratan dan perairan yang berbatasan langsung di wilayah pesisir akan
saling terkait dan mempengaruhi secara lebih erat. Dengan demikian, paduan karakteristik ruang daratan dan perairan di wilayah pesisir harus dapat
diakomodasi dalam suatu perencanaan tata ruang yang komprehensif. Penataan ruang dan perencanaan tata ruang pada dasarnya merupakan
proses pembelajaran yang berkelanjutan sebagai buah pengalaman manusia dan bersifat iteratif Rustiadi et al. 2009. Dalam perkembangannya, perencanaan tata
ruang tidak terlepas dari berbagai teori dan metode yang terkait dengan ilmu kewilayahan dan ekonomi wilayah, dan terus berevolusi. Teori fundamental dari
ekonomi wilayah dimulai dari karya von Thünen pada tahun 1826, yang dikenal
14 sebagai teori lokasi umum, dan terus berevolusi menjadi ekonomi geografi baru
yang digagas Krugman pada awal 1990-an. Di antara rentang evolusi tersebut, terdapat banyak teori yang dikemukakan dan diterapkan dalam ekonomi wilayah
dan perencanaan tata ruang, antara lain: faktor pembentuk ruang dari Issard, efek menetes ke bawah dan polarisasi dari Hirschman, efek pencucian dan penyebaran
dari Myrdal, kutub pertumbuhan dari Friedman, dan keterkaitan kota dan desa dari Douglas Rustiadi et al. 2009; Fujita 2010.
Penerapan berbagai teori dalam perencanaan tata ruang, pada dasarnya hanya akan berhasil, jika dapat dipenuhinya dua kondisi yaitu Rustiadi et al.
2009: 1 kebutuhan masyarakat untuk melakukan perubahan atau upaya untuk mencegah terjadinya perubahan yang tidak diinginkan; dan 2 adanya kemauan
politik dan kemampuan untuk mengimplementasikan perencanaan yang disusun. Oleh karena itu, pengembangan metodologi dalam perencanaan tata ruang untuk
dapat memenuhi dua kondisi tersebut, terutama di wilayah yang sangat kompleks seperti wilayah pesisir, menjadi penting.
Wilayah pesisir Teluk Lampung merupakan kawasan yang bernilai strategis bagi Provinsi Lampung, yang menjadi lokasi berbagai aktivitas ekonomi.
Pada satu sisi wilayah pesisir Teluk Lampung tumbuh pesat secara ekonomi dan kependudukan. Di sisi lain, sebagai wilayah pesisir, Teluk Lampung bersifat
rentan secara ekologis. Dengan demikian, jika tidak dijaga keseimbangan antara pengembangan ekonomi dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungannya,
maka perkembangan wilayah Teluk Lampung tidak dapat berkelanjutan. Dengan potensi dan kondisi perkembangannya, selayaknya wilayah pesisir
Teluk Lampung ditetapkan sebagai kawasan strategis Provinsi Lampung. Namun sampai saat ini kawasan Teluk Lampung belum ditetapkan sebagai kawasan
strategis kawasan tertentu maupun kawasan andalan. Jika telah ditetapkan sebagai kawasan strategis, maka penataan ruangnya harus diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, danatau lingkungan. Perencanaan tata ruang kawasan strategis
provinsi dapat dilakukan sebagai wewenang provinsi dalam pengelolaan kawasan strategis, dan akan menjadi acuan bagi daerah kabupatenkota di bawahnya.
Klasifikasi sistem perencanaan tata ruang disajikan pada Gambar 1.