Blok bangunan dasar dan persamaan dalam model

70

3.9 Data dan Analisis

Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi data biofisik dan sosial ekonomi, baik yang bersifat spasial maupun atribut yang berhubungan dengan pemanfatan ruang wilayah pesisir. Secara ringkas, data dan informasi yang dikumpulkan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Data dan informasi yang dikumpulkan No. Data dan Informasi Sumber 1. Dokumen RTRW Provinsi Lampung, Kota Bandar Lampung, dan Kabupaten Lampung Selatan Bappeda 2. Peta Perairan skala 1:75.000, 1:25.000, dan 1:20.000 Dishidros TNI-AL 3. Peta Peta land systems, land suitability , dan 1:250.000. Peta Lingkungan Pantai Indonesia Skala 1:250.000. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:250.000. Bakosurtanal 4. Data hidrooseanografi dan kualitas perairan Teluk Lampung Dishidros TNI-AL, PT. Pelindo II, Bappeda, Bapedalda 5. Data ekosistem utama pesisir, perikanan, degaradasi sumberdaya, serta informasi lain yang relevan. Dinas Perikanan, Bapedalda 6. Dokumen perencanaan dan hasil- hasil penelitian yang relevan Bappeda, Bapedalda, PT. Pelindo II, Dinas Perikanan dan Kelautan. 7. Informasi kepelabuhan, lalu lintas barang dan manusia, peta alur pelayaran, kepadatan pelayaran PT. Pelindo II 8. Demografi dan sosial ekonomi BPS 9. Produk Domestik Regional Bruto PDRB dan perekonomian wilayah BPS 10. Investasi dan pertumbuhannya Badan Penanaman Modal Daerah 11. Kepariwisataan BPS dan Dinas Pariwisata 12. Reklamasi pantai dan degradasi sumberdaya pesisir Bappeda, Bapedalda, Dinas Perikanan 13. Kawasan terbangun dan belum terbangun Bappeda, Bapedalda, BPN, Dinas Tata Kota, Analisis SIG 14. Citra satelit LAPAN 15. Kondisi eksisting aspek biofisik dan sosial ekonomi wilayah Penelitian lapang; analisis citra satelit dan ground check 16 Kebutuhan pemangku kepentingan Participatory prospective analysis 71 Sebagian besar data dan informasi yang disajikan pada Tabel 4, merupakan data dan informasi sekunder. Data dan informasi primer dikumpulkan dari penelitian lapang dengan melakukan observasi yang meliputi: kondisi sosial ekonomi wilayah. Secara umum, untuk mendapatkan data primer, dilakukan untuk pengamatan kondisi sosial ekonomi pada desa nelayan di wilayah pesisir.

3.9.1 Analisis biofisik wilayah

Analisis biofisik wilayah meliputi analisis kesesuaian ruang lahan dan perairan untuk kawasan lindung dan konservasi, serta kawasan budidaya dan pemanfaatan umum perairan. Alat utama analisis biofisik wilayah adalah sistem informasi geografis SIG yang menggunakan data sekunder sebagaimana digambarkan pada Sub-Bab 3.8. Kriteria yang digunakan dalam analisis biofisik wilayah, disajikan pada Lampiran 5, yang meliputi: kesesuaian kawasan lindung daratan dan kawasan konservasi perairan berupa terumbu karang dan padang lamun; kesesuaian kawasan budidaya pertanian pangan tanaman semusim dan perkebunan tanaman tahunan, kawasan budidaya pesisir tambak, kawasan bisnis dan industri, kawasan permukiman, dan prasarana wilayah; serta kawasan pemanfaatan umum perairan untuk perikanan budidaya dan perikanan tangkap.

3.9.2 Analisis pemilihan skenario

Dalam analisis analisis prospektif partisipatif, partisipan menyusun beberapa skenario yang mungkin terjadi di wilayah Teluk Lampung. Semua skenario dari partisipan, selanjutnya akan dipresentasikan ke dalam model dinamik dan disimulasi. Salah satu dari hasil simulasi skenario tersebut, selanjutnya dipilih yang dianggap paling mampu mengakomodasi kebutuhan partisipan pemangku kepentingan, dan dijadikan sebagai dasar dalam kebijakan pola dan struktur ruang wilayah pesisir Teluk Lampung. Alat yang digunakan dalam memilih skenario adalah analisis pembuatan keputusan multikriteria MCDM, berupa pengambilan keputusan berbasis indeks kinerja. Indeks kinerja merupakan berbagai kriteria dari suatu sistem, yang diolah dengan berbagai teknik atau metode perhitungan, sehingga menghasilkan nilai- nilai numerik sebagai indeks. Indeks tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar bagi pengambilan suatu keputusan. Metode yang digunakan dalam pengambilan 72 keputusan berbasis indeks kinerja, adalah indeks kinerja komposit composite performance index , CPI, karena dapat menggunakan berbagai kriteria yang tidak seragam Marimin 2004. CPI merupakan indeks komposit dari berbagai kriteria, yang didapat dari pemodelan. Hasil perbandingan kriteria yang ditransformasi dapat digunakan untuk menentukan penilaian atas peringkat dari berbagai alternatif. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut: Keterangan : A ij = nilai alternatif ke-i pada kriteria ke-j X ij min = nilai alternatif ke-i pada kriteria awal minimum ke-j A i + 1j = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria ke-j X i + 1j = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria awal ke-j P ij = bobot kepentingan kriteria ke-j I ij = indeks altenatif ke-i I i 1 Peringkat I adalah: Jika nilai alternatifdari rata-rata nilai alternatif+ simpangan baku; = indeks gabungan kriteria pada altenatif ke-i Untuk pengambilan keputusan peringkat nilai alternatif, dilakukan dengan menggunakan rata-rata nilai alternatif dan simpangan bakunya. Skenario dengan peringkat nilai alternatif tertinggi I merupakan skenario yang akan dipilih. Penentuan peringkat nilai alternatif adalah sebagai berikut: 2 Peringkat II adalah: Jika rata-rata nilai alternatifnilai alternatifdari rata- rata nilai alternatif+simpangan baku; 3 Peringkat III adalah: Jika nilai alternatifdari rata-rata nilai alternatif. ∑ = + + = ⋅ = ⋅ = ⋅ = n i ij i ij ij ij ij j i j i ij ij ij I I P A I X X A X X A 1 min 1 1 min min 100 100 …………………..………........….……... 4 ………………………………..……... 5 ………………………….………………….……... 6 …………………………………..……….……... 7 73

3.9.3 Analisis ekonomi wilayah dan kewilayahan

Kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah sangat tergantung dari keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di wilayahnya. Nilai strategis setiap sektor di dalam memacu menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi wilayah berbeda-beda. Sektor ekonomi suatu wilayah dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu sektor basis dimana kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut menyebabkan terjadinya mekanisme ekspor dan impor antar wilayah. Artinya industri basis ini menghasilkan barang dan jasa, baik untuk pasar domestik daerah maupun pasar luar wilayahdaerah. Sedangkan sektor non-basis adalah sektor dengan kegiatan ekonomi yang hanya melayani pasar di daerahnya sendiri, dan kapasitas ekspor daerah belum berkembang Hoover dan Giarratani 1999; Rustiadi et al. 2009. Dalam kaitannya dengan perencanaan tata ruang, analisis ekonomi wilayah menjadi penting dilakukan Rustiadi et al. 2009; Djakapermana 2006. Analisis ekonomi wilayah dan analisis kewilayahan yang dilakukan meliputi location quotient LQ, localization index LI, specialization index SI, dan skalogram. Analisis tersebut, digunakan untuk penggambaran kondisi umum wilayah, dan juga digunakan dalam penentuan struktur ruang wilayah pesisir Teluk Lampung.

a. Analisis location quotient LQ

Analisis LQ merupakan cara untuk mengetahui kemampuan suatu sub- wilayah dalam sektorkegiatan tertentu. Hasil dari analisis ini dapat memberikan gambaran mengenai perbandingan relatif kemampuan suatu sub-wilayah terhadap wilayah yang lebih luas tinggi dalam sektorkegiatan tertentu. Analisis ini dilakukan pada dua tingkat unit analisis, yaitu: 1 tingkat provinsi dengan wilayah pesisir Teluk Lampung sebagai sub-wilayah dan Provinsi Lampung sebagai wilayah yang lebih tinggi; serta 2 tingkat kawasan dengan kecamatan pesisir Teluk Lampung sebagai sub-wilayah dan wilayah pesisir Teluk Lampung sebagai wilayah yang lebih tinggi. Data yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga konstan ADHK sembilan sektor tahun 2007.