Analisis Pengaruh Antar-Variabel Kunci

134 opini dan cerminan kebutuhan para pemangku kepentingan di masa depan Godet dan Roubelat 1996; Bourgeois dan Jesus 2004; Gray dan Hatchard 2008; Coates et al. 2010; Durance dan Godet 2010. 5.4 Pembangunan Skenario Dari penentuan kondisi variabel pada Tabel 33, dapat ditentukan kombinasi kondisi variabel yang tidak mungkin terjadi. Kombinasi antar kondisi variabel yang tidak mungkin tersebut, selanjutnya dibuang dari penyusunan skenario. Kombinasi kondisi variabel yang tidak mungkin, adalah sebagai berikut: 1 A1-B2 2 A1-D3 3 A1-E3 4 A2-B1 5 A2-E1 6 B1-F2 7 B2-F1 8 D1-E3 Pengembangan skenario dilakukan melalui curah pendapat brainstorming dan diskusi kelompok terstruktur. Dalam forum tersebut partisipan diminta untuk dapat memberikan perkiraan dari kondisi masing-masing variabel penentu pada masa datang. Perkiraan tersebut merupakan opini dan cerminan kebutuhan para pemangku kepentingan di masa depan. Dari perkiraan mengenai kondisi variabel tersebut di masa datang, dapat disusun skenario yang mungkin terjadi di wilayah pesisir Teluk Lampung Godet dan Roubelat 1996; Bourgeois dan Jesus 2004; Godet 2010. Suatu skenario merupakan sebuah kombinasi variabel dengan kondisi yang berbeda-beda. Pembangkitan skenario dilakukan melalui curah pendapat terhadap berbagai kondisi variabel yang telah diidentifikasi pada Tabel 33, oleh para partisipan. Secara konsensus, partisipan diminta untuk menyusun berbagai kombinasi dari kondisi variabel yang mungkin terjadi atau mungkin dicapai di masa depan dalam kurun waktu 20 tahun ke depan. 135 Hasil curah pendapat partisipan, dan didapat konsensus penyusunan skenario dalam penataan ruang wilayah pesisir Teluk Lampung yang mungkin terjadi, adalah sebagai berikut: 1 Optimis : A1-B1-C3-D1-E1-F1, yaitu: kualitas SDM masyarakat pesisir meningkat, penegakan hukum baik, pertumbuhan penduduk menurun, infrastruktur wilayah meningkat, aktivitas ekonomi kerakyatan meningkat, zonasi wilayah baik. 2 Moderat : A1-B1-C2-D2-E1-F1, yaitu: kualitas SDM masyarakat pesisir meningkat, penegakan hukum baik, pertumbuhan penduduk tetap, infrastruktur wilayah tetap, aktivitas ekonomi kerakyatan meningkat, zonasi wilayah baik. 3 Pesimis : A2-B2-C2-D2-E2-F2, yaitu: kualitas SDM masyarakat pesisir tetap, penegakan hukum tetap, pertumbuhan penduduk tetap, infrastruktur wilayah tetap, aktivitas ekonomi kerakyatan tetap, zonasi wilayah tetap. 4 Sangat Pesimis : A2-B2-C1-D3-E3-F2, yaitu: kualitas SDM masyarakat pesisir tetap, penegakan hukum tetap, pertumbuhan penduduk meningkat, infrastruktur wilayah menurun, aktivitas ekonomi kerakyatan menurun, zonasi wilayah tetap. Dari skenario yang disusun partisipan, tampak bahwa perbedaan antar skenario memberikan implikasi terhadap upaya yang harus dilakukan dalam penataan ruang wilayah pesisir Teluk Lampung. Pada skenario optimis, harus dilakukan upaya perbaikan yang maksimal terhadap semua variabel, sehingga sistem akan menuju ke arah yang lebih baik. Secara implisit tampak bahwa skenario optimis, merupakan cerminan kebutuhan para pemangku kepentingan untuk mencapai suatu kondisi wilayah pesisir yang ideal pada masa depan. Pada ekstrim yang lain, skenario sangat pesimis menunjukkan bahwa bila kondisi seperti saat ini terus berlangsung, maka tidak diperlukan upaya pebaikan, dan tentunya sistem akan menjadi lebih buruk daripada kondisi saat ini. 136 Sebagai kompromi dari kedua skenario ekstrim di atas, partisipan juga merumuskan skenario moderat dan pesimis. Kedua skenario kompromis ini merupakan cerminan dari kebutuhan para pemangku kepentingan dengan mempertimbangkan kemampuan memperbaiki berbagai variabel penentu Brown et al. 2001. Upaya logis yang dapat diajukan oleh partisipan, secara nyata dapat dirumuskan dalam implikasi strategis dan aksi antisipatif.

5.5 Implikasi Strategis dan Aksi Antisipatif

Dari kombinasi kondisi variabel dan skenario yang mungkin terjadi dalam 20 tahun ke depan, selanjutnya partisipan melakukan diskusi terstruktur dan menyusun implikasi strategis dan aksi antisipatif. Rencana aksi yang dapat disusun oleh partisipan adalah mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi di masa datang pro-aktif. Selain itu, eksplorasi kondisi masa datang juga dapat membantu dalam menyiapkan aksi yang bersifat re-aktif. Melalui identifikasi dan perbandingan skenario, maka para pengambil keputusan dan pemangku kepentingan dapat lebih mampu merencanakan masa depan suatu wilayah Godet dan Roubelat 1996; Bourgeois dan Jesus 2004; Gray dan Hatchard 2008; Coates et al. 2010; Durance dan Godet 2010. Pada akhirnya sebagai kesimpulan konsensus, dapat dirumuskan implikasi strategis dan aksi antisipatif yang harus diakomodasi dalam penataan ruang wilayah pesisir Teluk Lampung adalah sebagai berikut: 1 Pemenuhan kebutuhan ruang untuk prasarana dan sarana kesehatan dan pendidikan masyarakat pesisir 2 Pemenuhan kebutuhan ruang untuk pengembangan sentra-sentra usaha mikro, kecil, dan menengah UMKM yang terkait dengan kelautan dan perikanan 3 Pemenuhan kebutuhan ruang untuk permukiman di wilayah pesisir yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana sanitasi lingkungan. 4 Penyusunan struktur dan pola ruang yang sinergis antar kabupatenkota di wilayah pesisir 5 Penyusunan struktur dan pola ruang yang mampu mendorong pengembangan wirausaha UMKM untuk masyarakat pesisir. 137 6 Penyusunan struktur ruang yang dapat mendorong distribusi penduduk yang proporsional di wilayah pesisir, dan sekaligus menjamin pengelolaan kawasan lindung dan budidaya secara berimbang. Implikasi strategis dan aksi antisipatif di atas merupakan kebutuhan pemangku kepentingan yang dapat dipenuhi melalui intervensi terhadap berbagai variabel penentu dalam penataan ruang wilayah pesisir Teluk Lampung.

5.6 Hubungan Analisis Prospektif Partisipatif dengan Pemodelan

Hasil analisis prospektif partisipatif digunakan sebagai bentuk kebutuhan pemangku kepentingan dalam pengembangan skenario perencanaan tata ruang. Pada sub-bab 7.1, hasil analisis ini dipresentasikan dalam model sistem dinamik untuk penggambaran skenario melalui peubah “kebijakan”. Adapun hasil penyusunan implikasi strategis dan aksi antisipatif oleh para pemangku kepentingan, digunakan sebagai dasar dalam penyusunan strategi implementasi kebijakan tata ruang, yang dibahas dalam sub-bab 7.3. 6 ANALISIS SISTEM

6.1 Pemodelan Sistem Dinamik

Pemodelan sistem merupakan gugus kegiatan pembuatan model yang akan menggambarkan sistem yang dikaji Forrester 1968; HPS Inc. 1994; Eriyatno 1999. Model yang dibangun adalah model simbolik model matematik deterministik. Pemodelan sistem dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer Stella 7.r. dari HPS, Inc 2001.

6.1.1 Sub-model

Model terdiri dari tiga sub model, yaitu populasi, ekonomi, dan ketersediaan ruang. Ketiga sub-model saling terhubung dengan beberapa peubah, dengan beragam parameter dan nilai awal. Blok bangunan dasar dalam bahasa Stella adalah meliputi stocks, flows, dan converter, seperti telah diuraikan pada Sub-bab 3.7.2. Sub-model populasi menggambarkan dinamika penduduk berikut peubah yang menentukan dan ditentukannya. Peubah yang terlibat dalam sub-model ini antara lain meliput i: jumlah populasi, kelahiran, imigrasi, kematian, emigrasi, angkatan kerja, pengangguran, dan pertambahan penduduk. Kesemua peubah berhubungan baik secara langsung maupun tidak, yang diformulasikan secara numerik. Sub-model populasi Sub-model populasi terhubung dengan sub-model aktivitas ekonomi melalui peubah lapangan kerja-pengangguran, dan kemudahan tenaga kerja- percepatan investasi; sedangkan terhadap sub-model ketersediaan ruang melalui peubah kendala ruang-percepatan emigrasi_emigrasi, serta pertambahan penduduk-kebutuhan permukiman dan prasarana. Sub-model populasi disajikan pada Gambar 30, sedangkan persamaan lengkap disajikan pada Lampiran 4. Sub-model aktivitas ekonomi menggambarkan dinamika perekonomian berikut peubah yang menentukan dan ditentukannya. Peubah-peubah yang terlibat dalam sub-model ini antara lain meliputi: aktivitas ekonomi PDRB harga konstan tahun 2000, pertumbuhan ekonomi, angkutan laut, industri, investasi, perikanan, Sub-model aktivitas ekonomi