Prasarana wisata pantai Armada kapal nelayan Koperasi

120 tidak dijadikan sebagai kawasan strategis yang merupakan satu kesatuan, melainkan hanya tersekat sebagai wilayah strategis provinsi di Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran dan di Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah pesisir Teluk Lampung memiliki potensi ekonomi wilayah yang besar, dengan PDRB sekitar 10 dari wilayah provinsi dan rasio luas wilayah dan jumlah penduduk terhadap provinsi berturut-turut hanya 3,62 dan 8,03. Secara ekologis wilayah ini merupakan kesatuan fungsional yang relatif dapat dibatasi dari wilayah lainnya di Provinsi Lampung. Wilayah pesisir Teluk Lampung, dipisahkan oleh daerah aliran sungai DAS tersendiri, dan memiliki perairan teluk yang semi tertutup dengan tubuh air lainnya. Nilai strategis lain dari wilayah pesisir Teluk Lampung adalah lokasi geografisnya sebagai pintu gerbang antar Pulau Sumatera dan Jawa, serta dari sisi pertahanan sebagai calon pusat armada barat TNI-AL. Berdasarkan kondisi wilayah dan nilai strategis kawasan, maka terdapat cukup alasan untuk memberikan status sebagai kawasan strategis provinsi pada wilayah pesisir Teluk Lampung. Dengan status tersebut maka penataan ruang dan pengelolaan wilayah pesisir Teluk Lampung, dapat lebih diprioritaskan. Dengan demikian, wilayah ini akan memiliki peluang untuk lebih maju dan berkelanjutan, serta akan lebih berperan bagi Provinsi Lampung secara keseluruhan. 121 Gambar 26 PETA RTRW TERKAIT TELUK LAMPUNG 122 5 ANALISIS PROSPEKTIF PARTISIPATIF

5.1 Penentuan Variabel Kunci

Pelaksanaan analisis prospektif partisipatif dilakukan melalui temu pakar expert meeting. Temu pakar dihadiri oleh 27 orang partisipan. Jumlah tersebut dianggap cukup, sebagaimana analisis pernah di Bogor pada tahun 2002, telah dianggap cukup dengan dihadiri oleh 13 orang pakar Bourgeois dan Jesus 2004. Dalam pertemuan tersebut, pakar atau partisipan diminta untuk mengidentifikasi variabel kunci yang dianggap paling berpengaruh terhadap penataan ruang wilayah pesisir Teluk Lampung. Aktivitas ini dilakukan secara bebas, yaitu masing-masing partisipan menuliskan setiap variabel pada selembar kartu berwarna, dan kemudian dikumpulkan. Dari pendapat partisipan secara bebas diidentifikasi 56 variabel yang dianggap paling menentukan dalam perencanaan tata ruang wilayah pesisir Teluk Lampung, seperti disajikan pada Tabel 28. Setelah identifikasi variabel kunci, kemudian partisipan diminta untuk menetapkan definisi dari masing-masing variabel tersebut pada Tabel 28 secara konsensus. Dalam proses ini, ternyata diketahui terdapat banyak variabel yang merupakan pengulangan atau bermiripan antara satu dengan lainnya. Sebagai ilustrasi Pada Tabel 28, terlihat bahwa variabel nomor 6, 15, 23, 41, 52, dan 54, sangat bermiripan dan mempunyai kata kunci yang sama yaitu sumberdaya manusia SDM. Dalam proses yang berlangsung, kelima variabel tersebut secara konsensus digabung menjadi variabel “kualitas SDM masyarakat pesisir”. Selain itu, dengan menerapkan tiga aturan sederhana analisis kandungan dari opini partisipan, serta relevansinya Bourgeois dan Jesus 2004, kembali dapat ditemukan beberapa variabel yang dapat digabung atau dibuang dari daftar. Dari diskusi yang terjadi antar partisipan, dicapai suatu konsensus untuk menggabung dan membuang sejumlah variabel. Pada akhirnya dari proses ini didapatkan 19 variabel yang dapat didefinisikan secara konsensus, seperti disajikan pada Tabel 29.