Analisis skalogram Sistem perencanaan tata ruang wilayah pesisir Studi kasus Teluk Lampung

84

4.1.2 Geologi pantai dan sistem lahan

Secara geomorfologis, daratan wilayah pesisir Teluk Lampung tergolong sebagai pedataran pantai sempit dan perbukitan, dengan batuan dominan meliputi endapan aluvium dan rawa, batu gamping terumbu, dan endapan gunung api muda berumur quarter Qhv. Topografi wilayah yang berbatasan langsung dengan laut Teluk Lampung memiliki kelerengan datar 0-3, dengan elevasi 0-10 m dari permukaan laut dpl; sedangkan wilayah ke arah daratan memiliki kelerengan beragam mulai dari landai 3-8 sampai dengan sangat curam 40, dengan elevasi beragam mulai dari 10 sampai dengan 1.000 m dpl. Kelompok relief pada wilayah ke arah laut tergolong dataran flat; dan ke arah daratan beragam yaitu berombak undulating, bergelombang rolling, dan berbukit hummocky, hillocky, dan hilly Wiryawan et al., 1999. Satuan geologi lingkungan wilayah ke arah pantai meliputi pedataran GL-1, GL-2, dan GL-5 dan kaki perbukitan dan pergunungan GL-3 dan GL-4, yang secara ringkas disajikan pada Tabel 7. Topografi pesisir Teluk Lampung sangatlah beragam, mulai dari dataran pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan 0 sampai 1.281 m dpl. Daerah dengan topografi perbukitan hingga bergunung membentang dari arah utara ke selatan dengan puncak tertinggi pada gunung Rajabasa di Kabupaten Lampung Selatan, dengan ketinggian 1.280 m dpl; dan Gunung Ratai di Kabupaten Pesawaran, dengan ketinggian 1.681 m dpl. Sistem lahan land system di wilayah pesisir Teluk Lampung sangat beragam, mulai dari dataran rawa pantai sampai pada pegunungan terjal. Berdasarkan Peta Land systems and sand suitability Sumatra, Series RePPProt 1988 Sheet 1110 Tanjungkarang, dapat diidentifikasi 22 sistem lahan di dalam wilayah penelitian. Sistem lahan dominan adalah Bukit Balang BBG dan Tanggamus TGM, yang keduanya merupakan pegunungan dengan kemiringan lereng yang sangat curam 41-60. Adapun sistem lahan dataran yang dominan adalah Sungai Aur SAR dan Muara Beliti MBI, dengan kemiringan lereng 9- 15. Berdasarkan klasifikasi Soil Taxonomy, tanah di wilayah pesisir Teluk Lampung meliputi 5 ordo, yaitu Entisols Fluvaquents, Hydraquents, Sulfaquents, Troporthents, dan Tropofluvents, Inceptisols Dystropepts, Humitropepts, Tropaquepts, Dystrandepts, Eutropepts, dan Hydrandepts, Alfisols Tropudalfs, 85 Ultisols Tropudults, Tropohumults, dan Paleudults, serta Oxisols Haplorthox. Jenis tanah dominan adalah Dystropepts dan Tropudults, yang terutama terdapat pada sistem lahan BBG, TGM, SAR, dan MBI. Ringkasan informasi mengenai sistem lahan di disajikan pada Tabel 8, dan secara lengkap pada Lampiran 2. Adapun sebaran spasial sistem lahan disajikan pada Gambar 19. Tabel 7 Satuan geologi lingkungan pantai Teluk Lampung No. Penciri Satuan Geologi GL-1 GL-2 GL-3 GL-4 GL-5 1. Morfologi Pedataran rendah, lereng 0-3, muara sungai dan sekitarnya Pedataran rendah Kaki perbukitan, lereng 3-25 Kaki gunung Pedataran rendah 2. Litologi Aluvium: lempung, lanau, dan pasir tufaan Endapan rawa: lumpur, lanau dan pasir, batu pasir sisipan, dan batu lempung Aluvium: kerikil, lempung, dan sisa organisme laut. Batuan tersier breksi, dasitik, lava, tufa andesitik Batuan quarter breksi, lava, tufa, andesitik- basaltik Tufa, batu apung, batu lempung, batu pasir, batu gamping koral 3. Jenis pantai Relief rendah, melengkung halus Relief rendah Relief tinggi Relief tinggi- rendah Relief rendah 4. Karakteristik Endapan lumpur, pasir, lanau setempat, terdapat koral Pasir pantai, sisa organisme laut, berlumpur. Pasir, kerikil, kerakal, bongkah, batuan dasar Pasir, kerikil, kerakal, bongkah, batuan dasar, pecahan koral Pasir pantai dan lumpur, bongkah batuan 5. Sifat fisik Lumpur lembek, daya dukung rendah Pasir pantai, putih kekuningan, halus-kasar, daya dukung rendah Breksi berbongkah, daya dukung sedang- tinggi Daya dukung sedang Pasir putih kekuningan, daya dukung rendah 6. Proses geologi Sedimentasi muara sungai, gosong pasir pantai Sedimentasi sungai, dan abrasi Runtuhan bongkah tebing pantai Runtuhan tanahbatuan di tebing pantai Sedimentasi sungai 7. Air tanah Akuifer produktif sedang, intrusi air asin Akuifer potensi sedang, muka air tanah 0-1 m, payau Akuifer produktif sedang, muka air tanah 1-3 m Air tanah produktif dari pegunungan Akuifer produktif Sumber: Wiryawan et al. 1999 86 Tabel 8 Ringkasan sistem lahan di wilayah pesisir Teluk Lampung No. Simbol Nama Kelompok Tanah Luas ha 1 AHK Air Hitam Kanan Dystropepts, Haplorthox, Tropudults 2.209 1,73 2 BBG Bukit Balang Dystropepts, Humitropepts, Tropohumults 36.510 28,55 3 BBR Bukit Barangin Dystropepts, Tropudults, Haplorthox 2.029 1,59 4 BGA Batang Anai Dystropepts, Eutropepts, Tropudults 2.557 2,00 5 BLI Beliti Tropaquepts, Fluvaquents 382 0,30 6 BMS Bukit Masung Dystropepts, Tropudults, Troporthents 7.245 5,66 7 BTA Batu Ajan Tropudults, Humitropepts, Troporthents 1.661 1,30 8 BTK Barong Tongkok Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs 987 0,77 9 KHY Kahayan Tropaquepts, Fluvaquents 746 0,58 10 KJP Kajapah Hydraquents, Sulfaquents 5.710 4,46 11 KNJ Kuranji Dystropepts, Dystrandepts, Tropaquepts 4.399 3,44 12 LBS Lubuk Sikaping Tropaquepts, Tropofluvents, Fluvaquents 527 0,41 13 MBI Muara Beliti Tropudults, Dystropepts, Haplorthox 10.892 8,52 14 PKS Pakasi Dystropepts, Dystrandepts, Haplorthox 299 0,23 15 PLB Pidoli-dombang NA 755 0,59 16 SAR Sungai Aur Dystropepts, Haplorthox, Paleudults 12.593 9,85 17 SKA Sukaraja Tropudults, Paleudults 51 0,04 18 SMD Sungai Medang Tropudalfs, Tropudults 7.709 6,03 19 TGM Tanggamus Dystrandepts, Humitropepts, Hydrandepts 25.019 19,56 20 TLU Talamau Dystrandepts, Tropudults, Eutropepts 2.467 1,93 21 TWI Telawi Tropudults, Dystropepts, Troporthents 2.699 2,11 22 UBD Ulubandar Dystropepts, Dystrandepts, Troporthents 456 0,36 Jumlah 127.902 100,00 Keterangan: NA = tidak tersedia data Sumber: Peta land systems and land suitability Sumatra, Sheet 1110 Tanjungkarang Series RePPProt 1988 87 Gambar 19 PETA SISTEM LAHAN 88

4.1.3 Fisik kimia perairan

Batimetri Teluk Lampung merupakan salah satu dari dua teluk di ujung paling Selatan Pulau Sumatera, Kota Bandar Lampung terletak pada pangkal teluk, dan bagian mulut teluk arah Selatan-Tenggara berhadapan langsung dengan Selat Sunda yang merupakan perairan penghubung antara Laut Jawa di sebelah utara dan Samudera Hindia di selatan. Deskripsi batimetri Teluk Lampung didasarkan pada Peta Sumatera-Pantai Selatan, Teluk Kalumbayan hingga Pulau-pulau Tiga skala 1:75.000 dengan inset Pelabuhan Panjang skala 1:25.000 dan Pelabuhan Batubara Tarahan skala 1:20.000 Dishidros TNI-AL 1998. Dasar laut di sisi utara teluk pangkal teluk relatif landai, dengan kedalaman -5 sampai dengan -20 m LWS. Semakin ke arah selatan, kedalaman dasar laut semakin meningkat, dan cenderung semakin curam, di Tanjung Tua dan arah selatan Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran, dasar laut menjadi sangat curam dengan kedalaman mencapai -100 m LWS pada jarak sekitar 1 km dari pantai. Pada sisi timur teluk Kabupaten Lampung Selatan, dasar laut masih relatif landai, dengan kedalaman terdalam sekitar -40 m LWS, seperti disajikan pada Gambar 20.  Tipe pasut semi diurnal campuran, yaitu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut setiap harinya. Pasang dan surut pertama akan berbeda dengan yang kedua, yang biasa disebut sebagai ketidaksamaan harian. Pasang surut Deskripsi mengenai pasang surut pasut Teluk Lampung didapatkan dari informasi Bapedalda Prov. Lampung dan PT. TELPP 1999, PT. Pelindo II Cabang Panjang 2001, serta pengolahan data pasut dari Dishidros TNI-AL 2003. Karakteristik pasut Teluk Lampung adalah sebagai berikut:  Dalam satu bulan terjadi dua kali pasang tinggi dan dua kali pasang rendah. Pada saat pasang tinggi maka akan terjadi pasang yang sangat tinggi dan surut yang sangat rendah. Sedangkan pada saat pasang rendah akan terjadi pasang dan surut yang sangat kecil.  Pasut di kawasan pantai Teluk Betung, Bandar Lampung mempunyai kisaran tunggang pasut maksimal sebesar 143,8 cm. 89  Satu periode pasut di kawasan pantai Teluk Betung, Bandar Lampung adalah antara 10 jam hingga 14,5 jam. No. Arus dan Sedimen Arus di Teluk Lampung utamanya dibangkitkan oleh pergerakan massa air Samudera Hindia dan Laut Jawa. Massa air laut pasang Samudera Hindia dan Laut Jawa, masuk ke dalam teluk dari arah selatan ke arah utara dengan volume massa air yang cukup besar. Pulau-pulau yang berada di selatan menyebabkan terjadinya pembelokan arah massa air, sebagian kecil berbelok ke barat daya sisi kiri teluk dan sebagian besar ke timur laut sisi kanan teluk dengan arah akhir barat daya. Pembelokan gerakan massa air pasang sisi kanan membentur sisi kanan teluk, dan selanjutnya, terjadi pembelokan dengan arah timur-barat. Pada waktu air laut surut massa air akan keluar dari teluk Helfinalis 2000. Arus di Teluk Lampung terdiri dari arus pasut yang dibangkitkan oleh pasut, dan arus non pasut yang utamanya dibangkitkan oleh angin. Data mengenai arus pasut yang diacu dari Bapedalda Prov. Lampung dan PT. TELPP 1999, disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Arus pasut di Teluk Lampung Kedalaman Kondisi Pasut V maks knot Arah o 1 0,2 D Surut 0,34 258 Pasang 0,40 344 2 0,5 D Surut 0,26 206 Pasang 0,36 294 3 0,8 D Surut 0,34 103 Pasang 0,34 334 Keterangan: D = kedalaman -16 m, lokasi perairan pantai di Kel. Srengsem, Kec. Panjang, Kota Bandar Lampung Sumber : Bapedalda Prov. Lampung dan PT. TELPP 1999 Berdasarkan hasil kajian pada Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung Wiryawan et al. 1999, iklim di perairan pesisir, terutama Pantai Barat Lampung dipengaruhi oleh Samudera Hindia yang dicirikan oleh adanya angin muson dan curah hujan yang tinggi. Angin berhembus dari arah Selatan selama bulan Mei sampai September, dan dari arah yang berlawanan selama bulan November sampai Maret. Berlawanan dengan arah angin, arus musim di Pantai Barat Lampung sepanjang tahun mengalir ke arah tenggara hingga barat daya.