Rumah tangga perikanan Kependudukan

109 yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian Provinsi Lampung. 2 Komponen pergeseran proporsional P, merupakan pertumbuhan total sektor yang bersangkutan secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan seluruh sektor dalam wilayah provinsi, yang menunjukkan dinamika sektor tersebut secara total dalam wilayah provinsi. Nilai Pj 0 dapat diinterpretasikan bahwa sektor yang bersangkutan tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan total sektor provinsi; nilai Pj 0 dapat diinterpretasikan bahwa sektor yang bersangkutan relatif tumbuh lebih lambat. 3 Komponen pergeseran diferensial D, menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi sektor yang bersangkutan dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor tersebut dalam wilayah provinsi. Komponen ini menggambarkan dinamika keunggulan sektor tersebut di wilayah pesisir Teluk Lampung terhadap sektor yang sama di wilayah lain dalam wilayah provinsi. Nilai Dj 0 diinterpretasikan bahwa sektor yang bersangkutan memiliki keunggulan terhadap sektor yang sama, terkonsentrasi, dan tumbuh lebih cepat di wilayah pesisir dibandingkan dengan wilayah lain dalam provinsi; nilai Dj 0 diinterpretasikan bahwa sektor yang bersangkutan relatif tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan wilayah lain dalam provinsi. Hasil analisis pergeseran-pertumbuhan yang menggunakan data nilai tambah sektor dari PDRB tahun 2003 dan 2007 dalam konteks wilayah wilayah pesisir Teluk Lampung dan Provinsi Lampung, disajikan pada Tabel 20. Interpretasi hasil analisis dari komponen P menunjukkan bahwa sektor perikanan, listrik dan air bersih, pengangkutan dan komunikasi, serta keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; merupakan sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat daripada total pertumbuhan di tingkat provinsi. Dari komponen D, menunjukkan bahwa sektor angkutan laut dan penyeberangan, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa; tumbuh lebih cepat di wilayah 110 pesisir dibandingkan dengan wilayah lain di dalam provinsi, karena ditunjang oleh keuntungan lokasional wilayah pesisir. Tabel 20 Komponen pergeseran-pertumbuhan wilayah pesisir Teluk Lampung No . Sektor Pertum- buhan total wilayah S Pergeseran proporsio- nal P Pergeseran diferensial D 1 Perikanan 0,2155 0,5111 -0,2562 2 Angkutan Laut dan Penyeberangan 0,2155 -0,0251 0,0802 3 Pariwisata 0,2155 -0,0272 -0,0283 4 Pertanian 0,2155 -0,0549 -0,0428 5 Pertambangan dan Penggalian 0,2155 -0,4899 0,2806 6 Industri Pengolahan 0,2155 -0,0041 0,1112 7 Listrik dan Air Bersih 0,2155 0,0646 -0,3864 8 Bangunan 0,2155 -0,0601 -0,0476 9 Perdagangan 0,2155 -0,0188 -0,0202 10 Pengangkutan dan Komunikasi 0,2155 0,0837 0,0066 11 Keu., Persewaan, dan Jasa Prsh. 0,2155 0,5161 0,0859 12 Jasa-jasa 0,2155 -0,1059 0,0004 Sumber: BPS Bandar Lampung 2008a, 2008b, BPS Pesawaran 2008a, 2008b, BPS Lampung Selatan 2008a, 2008b Dengan menggabungkan nilai komponen P dan D dengan LQ, dapat diambil informasi yang lebih banyak mengenai sektor-sektor perekonomian wilayah pesisir. Melalui penggabungan tersebut dikembangkan tipologi daya saing sektor sebagai berikut:  Daya saing tinggi: sektor basis LQ 1, dengan salah satu atau kedua nilai Pj dan Dj 0;  Daya saing rendah: sektor basis LQ 1, nilai Pj 0 dan Dj 0;  Tidak berdaya saing: bukan sektor basis LQ 1. Hasil penggabungan nilai LQ, Pj, dan Dj, secara lengkap disajikan pada Tabel 21. Penggabungan nilai LQ, Pj, dan Dj, menunjukkan bahwa terdapat tujuh sektor ekonomi wilayah pesisir Teluk Lampung yang berdaya saing tinggi, yang merupakan sektor ekonomi basis dengan pertumbuhan yang tinggi danatau memiliki keunggulan lokasional dari wilayah pesisir. Konsisten dengan hasil dari LQ , sektor-sektor ekonomi yang menonjol adalah sektor basis seperti perikanan serta angkutan laut dan penyeberangan. Pengembangan sektor-sektor yang