Tinjauan Penelitian Terdahulu Sistem perencanaan tata ruang wilayah pesisir Studi kasus Teluk Lampung

51 “Terwujudnya pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan yang didukung oleh peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penataan dan penegakan hukum, serta penataan ruang untuk terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat”. Mengacu pada visi tersebut, strategi pengelolaan wilayah pesisir terpadu di Provinsi Lampung harus memperhatikan aspek sumberdaya manusia, lingkungan, hukum, tata ruang, dan kesejahteraan bersama. Oleh karena itu, penataan ruang wilayah pesisir memiliki peran strategis sebagai salah satu upaya perwujudan visi. Namun pada kenyataannya telah terdapat permasalahan kompleks di wilayah pesisir Teluk Lampung, yang meliputi aspek-aspek ekonomi, ekologi, dan sosial. Jika permasalahan tersebut tidak mendapatkan solusi yang tepat dan cepat, maka upaya perwujudan visi menjadi semakin sulit dicapai. Berdasarkan visi sebagai tujuan utama pengelolaan wilayah pesisir, disusun kerangka pemikiran penelitian. Permasalahan kompleks yang meliput i aspek-aspek ekonomi, ekologi, dan sosial, bersumber dari lemahnya penyelengaraan penataan ruang. Seperti diketahui bahwa penyelenggaraan penataan ruang harus ditopang oleh pilar pengaturan, pengawasan, dan pelaksanaan penataan ruang. Pelaksanaan penataan ruang menempati posisi penting dalam penyelenggaran, karena bersentuhan langsung dengan berbagai dimensi kepentingan masyarakat dan dunia usaha, dan pada dasarnya merupakan domain pemerintah bersama masyarakat. Pelaksanaan penataan ruang merupakan suatu sistem proses yang meliputi sub-sistem pengendalian, perencanaan, dan pemanfaatan ruang. Ketiga sub-sistem tersebut saling berinteraksi dan menentukan performa sistem secara keseluruhan. Perencanaan tata ruang sebagai suatu sub-sistem, akan menentukan performa pelaksanaan penataan ruang, karena perencanaan merupakan titik tolak bagi pengendalian dan pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, penataan ruang hanya akan berjalan dengan baik bila didasari dengan perencanaan tata ruang yang dapat memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan dan dapat diimplementasikan di lapangan. Dengan demikian, perencanaan tata ruang memiliki peran strategis dalam pengelolaan wilayah pesisir Teluk Lampung secara berkelanjutan. 52 Pendapatan penduduk rendah Pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem pesisir RTRW belum partisipatif dan operasional Kantung kemiskinan Kawasan lindung dan budidaya belum jelas Permukiman kumuh RTRW belum mengakomodasi peekonomian masyarakat RTRW bias darat dan kota Konflik pemanfaatan ruang Permasalahan Ekonomi Permasalahan Ekologis Permasalahan Sosial Penyelenggaraan penataan ruang masih lemah Domain pemerintah:  Pengaturan  Pembinaan  Pengawasan Domain pemerintah dan masyarakat:  Pengawasan  Pelaksanaan Pengendalian Ruang Perencanaan Tata Ruang Pemanfaatan Ruang Visi pengelolaan wilayah pesisir Lampung  Ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumberdaya pesisir.  Pengembangan ekonomi wilayah pesisir berkelanjutan yang mengakomodasi kepentingan ekonomi masyarakat dan usaha skala besar, secara berimbang.  Keterkaitan antara aspek ekonomi dan sosial terhadap aspek ekologi dan kerusakan ekosistem pesisir.  Kondisi ekologis wilayah pesisir yang dikehendaki pada masa mendatang.  Pemetaan berbagai kepentingan stakeholders.  Konflik penggunaan ruang antar pelaku stakeholders.  Wilayah pesisir sebagai suatu kawasan terpadu yang meliputi daratan dan perairan. Belum ada perencanaan tata ruang yang komprehensif dan partisipatif  Komprehensif dan akomodatif terhadap kepentingan ekonomi masyarakat kecil nelayan dan usaha skala besar, secara berimbang.  Berbasis pada pelestarian sumberdaya dan ekosistem wilayah pesisir.  Akomodatif terhadap kepentingan berbagai pelaku secara berimbang. Penguatan penyelenggaraan penataan ruang K aj ai an p en el it ian m el al ui pe nd ek at an s is tem T uj ua n pe ne lit ia n Is u ut am a P er m as a la ha n w ilay ah p es is ir S k en ar io p er enc a na an Manfaat Perlu kajian sistem Gambar 12 Kerangka pemikiran penelitian 53 Kerangka pemikiran penelitian, dibangun dengan pandangan bahwa perencanaan tata ruang harus disusun secara komprehensif dan partisipatif dengan menggunakan pendekatan sistem. Pada akhirnya perencanaan tata ruang yang baik akan dapat mendukung penguatan penyelenggaraan penataan ruang dan menuju perwujudan visi sebagai tujuan utama. Secara ringkas kerangka pemikiran penelitian, disajikan pada Gambar 12. Gambar 13 Kerangka alur analisis penelitian Data Atribut Sekunder: Biofisik dan Sosial Ekonomi RTRW Provinsi dan Kabupaten Kota Citra Satelit Data Spasial Peta Tematik Sekunder: Biofisik dan Sosial Ekonomi Interpretasi Citra Satelit Penelitian Lapangan Basis Data Isu Tata Ruang Pesisir Indikasi Tata Ruang Stakeholders Analisis Prospektif Partisipatif Analisis Sistem Informasi Geografis Analisis Ekonomi Wilayah, Analisis Kewilayahan Analisis Sistem Dinamik ArahanRekomendasi Pola dan Struktur Ruang Wilayah Pesisir Teluk Lampung Keter- kaitan Visi Pengelolaan Pesisir Lampung 54 Untuk melaksanakan penelitian sebagaimana digambarkan dalam kerangka pemikiran, dibutuhkan berbagai data dan informasi, yang harus dirangkum dalam suatu kerangka analisis. Kerangka analisis menggunakan pendekatan sistem dinamik dan partisipatif, yang diintegrasikan dengan sistem informasi geografis SIG, ditujukan untuk membangun skenario perencanaan tata ruang wilayah pesisir Teluk Lampung yang bersifat komprehensif, partisipatif, dan akomodatif terhadap berbagai kebutuhan pemangku kepentingan. Secara ringkas kerangka alur analisis penelitian disajikan pada Gambar 13.

3.4 Batas Sistem

Sistem yang dibangun dibatasi oleh lingkungan sistem, yaitu semua elemen-elemen yang mempengaruhi sistem secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan. Secara fisik sistem dibatasi hanya pada wilayah penelitian, secara non-fisik sistem dibatasi hanya pada komponen-komponen utama di wilayah penelitian yaitu populasi, aktivitas ekonomi, serta kebutuhan dan ketersediaan ruang Graham 1976 in HPS 1990; Oppenheim 1980; Chadwick 1987; Hall 1996; Fedra 2004; Gee et al. 2004; Gilliland et al. 2004; Taussik 2004; Martin dan Hall-Arber 2008, serta interaksi di antara komponen tersebut. Aspek lain di luar ketiga komponen dan interaksinya tersebut, dimasukkan sebagai lingkungan sistem, antara lain adalah aspek sosial budaya, agama, etnis, kebijakan pemerintah pusat, perubahan perekonomian akibat resesi, dan lain-lain. Sub-komponen pengguna ruang di wilayah pesisir yang dimasukkan di dalam sistem meliputi: 1 Kawasan lindung daratan dan kawasan konservasi perairan 2 Kawasan budidaya daratan perikanan budidaya pesisir tambak, pertanian, pariwisata pantai, permukiman perkotaan dan perdesaan, bisnis dan industri, dan prasarana wilayah; serta pemanfaatan umum perairan perikanan tangkap, perikanan budidaya laut, transportasi laut, dan kawasan militer TNI-AL. Secara ringkas komponen sistem dan interaksinya, serta arah kebijakan dan implikasinya, disajikan pada Gambar 14. 55 Aliran Penyebab Implikasi Kebijakan Arah Kebijakan 1 2 3 Keterangan: Industri Manufaktur Pariwisata Transportasi Laut Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Pesisir Perikanan Budidaya Laut Pertanian Perdagangan dan Jasa Aktivitas Ekonomi Kebutuhan Dan Ketersediaan Ruang Populasi Penduduk Permukiman Perkotaan dan Perdesaan Penggunaan Ruang Lainnya Perencanaan Tata Ruang Penataan Ruang Limbah Domestik Permukiman Kumuh Kemiskinan Pengangguran Ketersediaan Tenaga Kerja Peningkatan Imigrasi Pencemaran Lingkungan Kerusakan Sumberdaya Pesisir Limbah Domestik, Pertanian, dan Industri Perikanan Tidak Ramah Lingkungan Konflik Penggunaan Ruang Tekanan Terhadap Ruang Gangguan Terhadap Kawasan Lindung Gambar 14 Komponen sistem dan interaksinya, serta arah kebijakan dan implikasinya