3 METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian menggunakan metodologi sistem dinamik digunakan berdasarkan pertimbangan kemampuannya menyajikan keterkaitan antar variabel
yang dikaji dan mensimulasikan prilaku sistem bila dilakukan intervensi terhadap sistem tersebut. Penerapan sistem dinamik dapat membantu dalam penyusunan
skenario kebijakan dan pengambilan keputusan dalam kajian sistem kompleks. Dengan demikian dapat dipelajari sifat sistem wilayah pesisir Teluk Lampung.
Kemampuan tersebut memudahkan penyusunan skenario perencanaan sistem kompleks, seperti perencanaan tata ruang wilayah pesisir Teluk Lampung.
Untuk mendapatkan penyajian spasial terhadap skenario perencanaan tata ruang, hasil simulasi sistem dinamik dikaitkan dengan dengan sistem informasi
geografis SIG.
3.2 Wilayah Penelitian
Perumusan definisi wilayah pesisir yang diacu dalam penelitian ini disusun berdasarkan pertimbangan yang telah disajikan pada sub-bab 2.1. Dari
pertimbangan tersebut, lingkup wilayah penelitian meliputi wilayah daratan dan perairan Teluk Lampung Gambar 11, yaitu:
1 Wilayah daratan adalah meliputi semua kecamatan pesisir di dalam administrasi Kota Bandar Lampung Kecamatan Telukbetung Barat,
Telukbetung Selatan, dan Panjang, Kabupaten Lampung Selatan Kecamatan Ketibung, Sidomulyo, Kalianda, Rajabasa, dan Bakauheni,
dan Kabupaten Pesawaran Kecamatan Padang Cermin dan Punduh Pidada, yang berbatasan langsung dengan perairan Teluk Lampung.
2 Wilayah perairan adalah Teluk Lampung dengan posisi geografis terletak antara 105
o
11’-105
o
43’ BT dan 5
o
26’-5
o
3.3 Kerangka Pemikiran dan Analisis
59’ LS.
Pada dasarnya perencanaan tata ruang wilayah pesisir merupakan bagian dari pengelolaan wilayah pesisir terpadu yang mengandung tiga dimensi yaitu
50 sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis Dahuri et al. 2001; Kay dan Alder
1999; Gangai dan Ramachandran 2010. Oleh karena itu, pengelolaan wilayah pesisir terpadu menghendaki kesamaan visi antar pelaku.
Menyadari arti penting visi pengelolaan wilayah pesisir, Pemerintah Provinsi Lampung telah mempelopori perumusan visi bersama. Visi pengelolaan
wilayah pesisir Lampung yang disepakati antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha, dirumuskan sebagai berikut Pemerintah Provinsi Lampung 2001.
Gambar 11 PETA WILAYAH
PENELITIAN
SELAT SU N DA
Ibukota Kecamatan Wilayah Penelitian
Ibukota Kab.Kota
51 “Terwujudnya pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan yang didukung oleh peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penataan dan penegakan
hukum, serta penataan ruang untuk terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat”.
Mengacu pada visi tersebut, strategi pengelolaan wilayah pesisir terpadu di Provinsi Lampung harus memperhatikan aspek sumberdaya manusia, lingkungan,
hukum, tata ruang, dan kesejahteraan bersama. Oleh karena itu, penataan ruang wilayah pesisir memiliki peran strategis sebagai salah satu upaya perwujudan visi.
Namun pada kenyataannya telah terdapat permasalahan kompleks di wilayah pesisir Teluk Lampung, yang meliputi aspek-aspek ekonomi, ekologi, dan sosial.
Jika permasalahan tersebut tidak mendapatkan solusi yang tepat dan cepat, maka upaya perwujudan visi menjadi semakin sulit dicapai.
Berdasarkan visi sebagai tujuan utama pengelolaan wilayah pesisir, disusun kerangka pemikiran penelitian. Permasalahan kompleks yang meliput i
aspek-aspek ekonomi, ekologi, dan sosial, bersumber dari lemahnya penyelengaraan penataan ruang. Seperti diketahui bahwa penyelenggaraan
penataan ruang harus ditopang oleh pilar pengaturan, pengawasan, dan pelaksanaan penataan ruang. Pelaksanaan penataan ruang menempati posisi
penting dalam penyelenggaran, karena bersentuhan langsung dengan berbagai dimensi kepentingan masyarakat dan dunia usaha, dan pada dasarnya merupakan
domain pemerintah bersama masyarakat. Pelaksanaan penataan ruang merupakan suatu sistem proses yang meliputi sub-sistem pengendalian, perencanaan, dan
pemanfaatan ruang. Ketiga sub-sistem tersebut saling berinteraksi dan menentukan performa sistem secara keseluruhan.
Perencanaan tata ruang sebagai suatu sub-sistem, akan menentukan performa pelaksanaan penataan ruang, karena perencanaan merupakan titik tolak
bagi pengendalian dan pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, penataan ruang hanya akan berjalan dengan baik bila didasari dengan perencanaan tata ruang yang dapat
memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan dan dapat diimplementasikan di lapangan. Dengan demikian, perencanaan tata ruang memiliki peran strategis
dalam pengelolaan wilayah pesisir Teluk Lampung secara berkelanjutan.