01
Gambar 83 PETA KESESUAIAN
LAHAN BISNIS DAN INDUSTRI
201
02
Gambar 84 PETA KESESUAIAN
PEMANFAATAN UMUM PERAIRAN
203
7.2.2 Karakteristik wilayah dan pusat pelayanan
Penyajian karakteristik wilayah dan pusat pelayanan ditujukan untuk memberikan dasar kebijakan struktur ruang wilayah pesisir Teluk Lampung.
Analisis dilakukan dalam lingkup sub-wilayah kecamatan, yang meliputi location quotient
LQ, localization index LI, specialization index SI, dan skalogram. Alat analisis tersebut dapat menunjukkan sektor basis, distribusi suatu
aktivitas tertentu, spesialisasi, dan hierarki pelayanan, masing-masing sub-wilayah Hoover dan Giarratani 1999; Rustiadi et al. 2009. Hasil analisis disajikan pada
Tabel 46 sampai dengan Tabel 49, data lengkap PDRB untuk analisis LQ, LI, dan SI
telah disajikan pada Bab 4 Tabel 18 dan Tabel 19, sedangkan data lengkap analisis skalogram disajikan pada Lampiran 7.
Tabel 46 Nilai LQ sektor ekonomi per kecamatan
No Kecamatan Sektor Ekonomi
A B
C D
E F
G H
I J
K L
1 Katibung 1,23
- 0,53 2,21 1,21 0,74 0,74 0,96 1,11 0,33 0,52 0,77
2 Sidomulyo 0,12
- 0,56 3,36 1,05 0,78 0,77 1,00 1,17 0,32 0,54 0,80
3 Kalianda 1,02
- 0,69 1,73 0,73 0,96 0,63 0,82 1,44 0,64 0,67 0,74
4 Rajabasa 2,62
- 0,30 1,94 1,05 0,41 0,49 0,63 0,61 0,25 0,29 0,49
5 Bakauheni 1,40 9,17 0,23 1,05 0,34 0,31 0,23 0,30 0,47 0,10 0,22 0,26
6 Padang Cermin
1,90 -
0,48 1,71 1,32 0,66 0,68 0,88 1,00 0,33 0,46 0,70 7 Punduh
Pidada 2,38
- 0,36 1,95 1,69 0,50 0,40 0,52 0,74 0,30 0,35 0,44
8 Teluk Betung Barat
1,23 0,26 0,88 0,15 2,57 1,05 0,90 0,79 0,56 1,83 0,85 2,11 9 Teluk Betung
Selatan 0,55 0,11 2,07 0,01
- 1,06 1,93 1,70 1,39 1,19 2,11 1,20
10 Panjang 0,20 1,69 1,15 0,08 1,38 1,85 1,03 0,91 0,76 2,15 1,16 1,22
Keterangan: A = Perikanan; B = Angkutan laut dan penyeberangan; C = Pariwisata; D = Pertanian; E = Pertambangan dan penggalian; F = Industri
pengolahan; G = Listrik dan air bersih; H = Bangunan; I = Perdagangan; J = Pengangkutan dan komunikasi; K = Keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan; dan L = Jasa-jasa.
Secara umum nilai LQ menunjukkan bahwa sektor-sektor basis relatif agak berbeda antar kecamatan. Sektor yang menjadi ekonomi basis terbanyak di
wilayah kecamatan adalah perikanan dan pertanian masing-masing menjadi basis di tujuh kecamatan. Sebaliknya sektor yang paling sedikit menjadi basis adalah
bangunan, yaitu hanya di Kecamatan Teluk Betung Selatan. Di sisi lain, kecamatan yang paling banyak memiliki sektor basis adalah Teluk Betung Selatan
dan Panjang masing-masing memiliki delapan sektor basis. Sektor pertanian,
204 secara umum menjadi basis di kebanyakan wilayah kecamatan, kecuali pada
kecamatan yang banyak memiliki kawasan perkotaan yaitu di Kota Bandar Lampung Kecamatan Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, dan Panjang.
Sektor pertanian hanya berkembang pada kecamatan yang memiliki wilayah luas dan hanya sedikit memiliki kawasan perkotaan.
Tabel 47 Nilai LI sektor ekonomi wilayah pesisir Teluk Lampung No.
Sektor Ekonomi Nilai LI
1 Perikanan
0,30 2
Angkutan laut dan penyeberangan 0,70
3 Pariwisata
0,27 4
Pertanian 0,47
5 Pertambangan dan penggalian
0,30 6
Industri pengolahan 0,17
7 Listrik dan air bersih
0,22 8
Bangunan 0,16
9 Perdagangan
0,15 10
Pengangkutan dan komunikasi 0,33
11 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
0,28 12
Jasa-jasa 0,19
Hasil analisis LI menunjukkan bahwa hanya sektor angkutan laut dan penyeberangan yang memiliki nilai relatif besar, tetapi masih belum mendekati 1
yaitu hanya 0,70. Nilai LI tersebut diinterpretasikan bahwa sektor angkutan laut dan penyeberangan tidak hanya terpusat di satu lokasi, namun juga secara relatif
tidak tersebar merata di seluruh wilayah. Hal ini merupakan indikasi bahwa sebagian besar sektor ekonomi relatif tersebar merata di sebagian besar wilayah
kecamatan pesisir Teluk Lampung. Nilai LI tersebut konsisten dengan analisis LQ, dimana sektor yang memiliki nilai LQ yang mencolok adalah angkutan laut dan
penyeberangan untuk Kecamatan Bakauheni 9,17, dan hanya menjadi basis di Kecamatan Bakauheni dan Panjang. Secara umum dari analisis LI dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat sektor ekonomi yang terpusat pada wilayah kecamatan tertentu, dan sektor angkutan laut dan penyeberangan hanya relatif
terpusat pada sedikit kecamatan. Secara konsisten, analisis SI menunjukkan bahwa tidak terdapat wilayah
kecamatan tertentu yang terspesialisasi pada satu sektor tertentu. Nilai SI terbesar terdapat pada Kecamatan Bakauheni, tetapi masih jauh dari nilai 1 yaitu hanya
0,46. Dari analisis LQ diketahui bahwa salah satu sektor basis di Kecamatan
205 Bakauheni adalah angkutan laut dan penyeberangan, dan nilai LI menunjukkan
bahwa sektor angkutan laut dan penyeberangan merupakan sektor yang relatif terpusat di Kecamatan Bakauheni. Dengan demikian, Kecamatan Bakauheni
secara relatif terspesialisasi pada sektor angkutan laut dan penyeberangan, tetapi juga tergantung dengan sektor ekonomi basis lainnya perikanan dan pertanian.
Tabel 48 Nilai SI per kecamatan di wilayah pesisir Teluk Lampung No
Kecamatan Nilai SI
1 Katibung
0,23 2
Sidomulyo 0,36
3 Kalianda
0,16 4
Rajabasa 0,40
5 Bakauheni
0,46 6
Padang Cermin 0,26
7 Punduh Pidada
0,37 8
Teluk Betung Barat 0,24
9 Teluk Betung Selatan
0,27 10
Panjang 0,30
Dari analisis LQ, LI, dan SI dapat disimpulkan bahwa pengembangan sektor-sektor ekonomi di wilayah pesisir Teluk Lampung, dapat dilakukan secara
relatif sama di semua wilayah kecamatan, dengan memperhatikan potensi dan kondisi yang telah berkembang. Pada wilayah kecamatan dengan kondisi yang
telah didominasi oleh aktivitas perkotaan, tidak mungkin dikembangkan sektor pertanian yang butuh lahan luas, seperti di Kecamatan Teluk Betung Barat, Teluk
Betung Selatan, dan Panjang. Demikian juga sektor yang secara relatif telah mengarah pada spesialisasi pada wilayah tertentu seperti angkutan laut dan
penyeberangan di Kecamatan Bakauheni dan Panjang, sektor tersebut tidak perlu diprioritaskan pengembangannya pada kecamatan yang lain.
Prosedur analisis skalogram disajikan pada Bab 3, dengan menggunakan 67 jenis fasilitas pelayanan secara lengkap disajikan pada Lampiran 7. Hasil
analisis skalogram Tabel 49 menunjukkan bahwa Kecamatan Teluk Betung Selatan memiliki nilai indeks pelayanan IP yang terbesar dan menempati
peringkat I, kemudian disusul oleh Kecamatan Panjang, Kalianda, dan Bakauheni yang menempati peringkat II. Nilai IP menunjukkan bahwa berbagai fasilitas
pelayanan di wilayah pesisir Teluk Lampung, terpusat pada keempat kecamatan
206 tersebut. Berdasarkan nilai IP, dapat ditentukan ordo pusat pelayanan di wilayah
pesisir Teluk Lampung, yaitu sesuai dengan peringkat nilai IP. Tabel 49 Nilai IP skalogram per kecamatan di wilayah pesisir Teluk Lampung
No Kecamatan
Nilai IP Peringkat
1 Katibung
30,01 III
2 Sidomulyo
41,72 III
3 Kalianda
55,97 II
4 Rajabasa
34,96 III
5 Bakauheni
55,37 II
6 Padang Cermin
30,77 III
7 Punduh Pidada
25,44 III
8 Teluk Betung Barat
39,35 III
9 Teluk Betung Selatan
90,41 I
10 Panjang
63,25 II
Nilai IP pada analisis skalogram juga menunjukkan bahwa secara aktual terdapat ketimpangan jenis dan jumlah fasilitas pelayanan antar kecamatan di
wilayah peisisr Teluk Lampung. Tampak bahwa wilayah kecamatan pesisir di Kabupaten Pesawaran Kecamatan Padang Cermin dan Punduh Pidada, memiliki
nilai IP yang lebih kecil daripada kecamatan lainnya. Oleh karena itu kedua kecamatan pesisir Kabupaten Pesawaran ini hanya menempati peringkat III.
Untuk menetapkan struktur hierarki yang mewakili wilayah pesisir di Kabupaten Pesawaran, diperlukan percepatan pengadaan failitas pelayanan agar ordo pusat
pelayanan dapat memiliki tingkatan yang sama dengan wilayah pesisir di Kabupaten Lampung Selatan dan Bandar Lampung.
7.2.3 Arahan pola ruang
Dari analisis sistem dinamik dan analisis sistem informasi geografis SIG, dapat ditentukan arahan pola ruang yang mampu mengakomodasi kebutuhan para
pemangku kepentingan di wilayah pesisir Teluk Lampung. Berdasarkan analisis CPI
diketahui bahwa hanya skenario optimis dari analisis sistem dinamik yang paling mampu mengakomodasi kebutuhan pemangku kepentingan dalam
perencanaan tata ruang wilayah pesisir Teluk Lampung. Sementara itu, dari analisis SIG diketahui bahwa kebutuhan ruang yang seseuai dengan skenario
optimis seperti disajikan pada Tabel 44, dapat dipenuhi di wilayah pesisir Teluk Lampung.
207 Arahan pola ruang meliputi kawasan lindung darat dan koservasi perairan,
serta kawasan budidaya daratan dan pemanfaatan umum perairan. Penentuan alokasi peruntukan pola ruang dilakukan terutama berbasiskan prinsip kontinum
pada pola ruang eksisting yang telah memenuhi kaidah kesesuaian. Hasil analisis menunjukkan bahwa alokasi pola ruang untuk beberapa peruntukan, dapat
melebihi kebutuhan yang diperlukan pada skenario optimis. Arahan alokasi pola ruang wilayah pesisir Teluk Lampung, secara ringkas disajikan pada Tabel 50
serta Gambar 85 dan Gambar 86. Tabel 50 Arahan alokasi pola ruang wilayah pesisir Teluk Lampung yang
memenuhi skenario optimis No. Peruntukan ruang
Rencana alokasi ha
1 Permukiman
3.689 2
Prasarana wilayah jalan, terminal, perkantoran, prasarana kesehatan, pasar, sekolah, dan lain-lain
4.446 3
Bisnis dan industri pabrik, pergudangan, hotel, restoran, dan penunjang lainnya
6.400 4
Pertanian 51.911
- Tanaman pangan semusim 20.005
- Tanaman perkebunan tahunan 31.906
5 Budidaya pesisir tambak
7.750 6
Lahan pelabuhan 300
7 Lahan militer
250 8
Lahan wisata pantai 200
Jumlah kawasan budidaya darat 74.946
9 Lindung lahan atas
45.326 10
Sempadan sungai 4.541
11 Sempadan pantai dan mangrove
4.615 Jumlah kawasan lindung darat
54.482 Jumlah luas alokasi lahan
129.428 Luas lahan total
129.428 12
Perairan perikanan budidaya dan pariwisata 18.880
13 Perairan perikanan tangkap
81.734 14
Perairan militer TNI-AL 35.417
15 Perairan pelabuhanpelayaran
5.913 16
Alur pelayaran 11.360
17 Perairan direklamasi
1.526 Jumlah kawasan pemanfaatan umum perairan
153.304 18
Kawasan konservasi perairan 4.822
Jumlah penggunaan perairan 158.126
Luas perairan total 159.652
Keterangan: Luas total lahan bertambah dan perairan berkurang dari tahun 2003 karena adanya reklamasi pantai
08
Gambar 85 PETA ALOKASI
RUANG KAWASAN LINDUNG DAN
KONSERVASI
209 Kawasan lindung daratan meliputi luas lahan 54.482 ha, yang terdiri dari
kawasan lindung lahan atas, sempadan sungai, sempadan pantai, dan mangrove. Terdapat sedikit perbedaan antara kebutuhan dari sistem dinamik dengan arahan
alokasi lahan, yaitu untuk porsi luas sempadan sungai serta sempadan pantai dan mangrove. Perbedaan tersebut bersumber dari adanya lahan bentukan reklamasi
akan memperpanjang sungai sehingga sempadan sungai menjadi lebih luas, namun secara bersamaan garis pantai menjadi lebih lurus dan pendek sehingga
sempadan pantai menjadi lebih sempit. Secara keseluruhan, jumlah luas alokasi lahan untuk sempadan sungai serta sempadan pantai dan mangrove, menjadi tetap
sama dengan kebutuhan dari analisis sistem dinamik sampai tahun 2029. Kawasan konservasi perairan meliputi luas perairan 4.822 ha, yang
merupakan perairan terumbu karang dan padang lamun, yang umumnya berada di tepi pantai atau pulau-pulau kecil.
Rencana alokasi kawasan budidaya daratan meliputi luas lahan 74.946 ha, yang secara keseluruhan dapat melebihi kebutuhan ruang budidaya daratan dari
analisis sistem dinamik sampai tahun 2029, yaitu seluas 73.845 ha seperti telah disajikan pada Tabel 44. Alokasi kawasan budidaya daratan meliputi peruntukan
permukiman, prasarana wilayah jalan, terminal, perkantoran, prasarana kesehatan, pasar, sekolah, dan lain-lain, bisnis dan industri pabrik, pergudangan,
hotel, restoran, dan penunjang lainnya, pertanian tanaman perkebunan dan tanaman pangan, budidaya tambak, lahan pelabuhan, lahan militer pangkalan
TNI-AL, dan lahan wisata pantai. Terdapat penambahan luas lahan yang berasal dari reklamasi perairan pantai, dan diperuntukkan bagi penggunaan permukiman,
prasarana wilayah, bisnis dan industri, dan kawasan lindung setempat. Alokasi ruang daratan dirancang untuk dapat mengembangkan ekonomi
kerakyatan, terutama melalui penyediaan ruang bagi sektor-sektor yang terkait langsung dengan masyarakat. Walaupun sektor pertanian bukan merupakan sektor
yang berdaya saing tinggi untuk wilayah pesisir Teluk Lampung seperti telah dibahas dalam sub-bab 4.3.4, pada Tabel 21, namun alokasi lahan pertanian
tanaman pangan dan perkebunan tetap diutamakan dengan luas terbesar yaitu 51.911 ha, karena sektor ini merupakan sumber pendapatan sebagian besar
masyarakat Tabel 15. Berdasarkan pertimbangan kemampuan dan luas lahan,