Analisis location quotient LQ

79 • Tahap berikutnya adalah melakukan pembakuan indeks untuk seluruh peubah, sehingga didapatkan indeks baku dengan persamaan berikut: Keterangan: K ij = nilai baku indeks hierarki untuk wilayah kecamatan ke-i dan fasilitas ke-j, I ij = bobot indeks penciri untuk sub-wilayah ke-i kecamatan pesisir di Teluk Lampung dan fasilitas ke-j, minI j = nilai minimum indeks yang terdapat pada fasilitas ke-j di seluruh wilayah kecamatan pesisir Teluk Lampung, s j • Tahap berikutnya menjumlahkan indeks baku untuk setiap wilayah kecamatan per baris, sehingga diperoleh jumlah indeks pelayanan per wilayah kecamatan IPi. Kemudian juga dihitung nilai rata-rata indeks wilayah kecamatan = simpangan baku pada fasilitas ke-j di seluruh wilayah kecamatan pesisir Teluk Lampung. IP , dan simpangan baku indeks wilayah kecamatan s, dengan persamaan sebagai berikut: Keterangan: IP i IP = nilai baku indeks pelayanan kecamatan ke-i, = nilai rata-rata indeks pelayanan wilayah kecamatan pesisir Teluk Lampung, s I I K j j ij ij min − = ……………………………………………13 ∑ = = p j ij i K IP 1 . ……………………………………………14 n IP IP i ∑ = ……………………………………………15 1 2 − − = ∑ n IP IP s i ……………………………………16 80 s = simpangan baku indeks pelayanan wilayah kecamatan pesisir Teluk Lampung, n = jumlah wilayah kecamatan pesisir Teluk Lampung 10 kecamatan. • Tahap paling akhir adalah menetapkan hierarki wilayah kecamatan berdasarkan nilai indeks pelayanan, yaitu peringkat I, II, dan III, dengan kriteria sebagai berikut. 1 Peringkat I adalah: Jika IP i IP ≥ + 2s; 2 Peringkat II adalah: Jika IP + 2s IP i IP ≥ ; 3 Peringkat III adalah: Jika IP i IP . 3.9.4 Metode manual alokasi pola ruang Untuk menangani keterbatasan kemampuan peneliti dalam pembuatan program komputer antarmuka antara sistem dinamik dan sistem informasi geografis SIG yang ditunjukkan oleh “keterkaitan” pada Gambar 13, analisis dilakukan secara manual. Komponen “keterkaitan” pada kerangka analisis tidak berlangsung secara otomatis, melainkan dilakukan oleh peneliti berupa pemasukan data dan informasi dari sistem dinamik ke SIG dan sebaliknya. Pada metode manual alokasi pola ruang, kebutuhan ruang yang didapatkan dari analisis sistem dinamik disandingkan dengan kesesuaian ruang yang didapatkan dari analisis SIG. Dari persandingan tersebut dapat diketahui apakah secara fisik wilayah pesisir Teluk Lampung dapat memenuhi kebutuhan ruang yang dikehendaki oleh sistem, sesuai dengan skenario yang dipilih. Alokasi pola ruang dilakukan pada skala provinsi, yaitu pada tingkat ketelitian peta dengan skala 1:250.000, yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah. Dalam penetapan alokasi pola ruang, tidak dipertimbangkan aspek penguasaanpemilikan lahanruang, melainkan hanya mempertimbangkan status kawasan seperti kawasan lindungkonservasi, perairan TNI-AL, dan daerah lingkungan kerja dan kepentingan DLKr dan DLKp untuk pelabuhan yang telah ada penentapannya.