19
Persiapan: Administratif
Kajian informasi sekunder
Teknis
Gambar 3 Pendekatan perencanaan tata ruang wilayah yang umum dilakukan Kep. Men. Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 327 tahun 2002 tentang Penetapan 6 Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang; yang telah diperbaharui dengan
Per. Men. Pekerjaan Umum No. 15, 16, dan 17 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan Kota
Pengumpulan data dan Informasi Primer dan
Sekunder: Peta-peta
Kebijakan sektoral Kondisi lingkungan
dan sumberdaya alam
Sumberdaya buatan dan prasarana
sarana wilayah Kependudukan dan
sumberdaya manusia
Perekonomian dan sosial budaya
Kelembagaan Data lainnya….
Analisis: Identifikasi daerah
fungsional perkotaan
Sistem pusat-pusat permukiman
perkotaan Daya dukung dan
daya tampung wilayah serta
optimalisasi pemaanfaatan ruang
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah:
Penyusunan Konsep
Pengembangan dan Pemilihan
Konsep Penyusunan
Rencana
Penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah
Pemberian informasi ke
masyarakat Penyerapan
informasi dari masyarakat
Penyampaian opini dan
informasi masyarakat
Penyampaian sanggahan
masyarakat Penetapan
Peraturan Daerah
20
Kompleksitas Wilayah Pesisir:
Perpaduan Ekosistem Daratan dan Perairan
Sistem dan Pemodelan
Interaksi Penawaran dan Perminataan
Kebutuhan pemangku
kepentingan Rencana Tata
Ruang Wilayah Pesisir
Masukan Proses
Keluaran
Komponen Sistem: Penduduk
Ekonomi Ketersediaan Ruang
….
S al
in g B
eri nt
era ks
i
Intervensi sistem dan
Skenario Sektor dan
pemangku kepentingan
: Perikanan
Pertanian Angkutan
Pariwisata Industri
Permukiman Prasarana wilayah
………
S al
in g B
eri nt
era ks
i Partisipasi
substantif Keberlanjutan sistem
Pemenuhan kebutuhan
Gambar 4 Pendekatan sistem perencanaan tata ruang wilayah pesisir yang diajukan
20
21 Tabel 1 Karakteristik sistem perencanaan spasial yang diajukan
No. Karakteristik
Perencanaan Sistem Perencanaan yang Diajukan Dalam
Penelitian 1.
Aspek analisis Ekonomi dan sektor unggulan, tidak dilakukan
penekanan pada sektor tertentu; Sumberdaya buatan, diperjelas prasarana yang
berhubungan dengan penggunaan perairan seperti pelabuhan, dan pelabuhan perikanan;
Sumberdaya alam, memberikan keseimbangan perhatian antara sumberdaya pesisir perairan
dan daratan; 2.
Substansi rencana Arahan struktur dan pola pemanfaatan ruang,
diperjelas untuk ruang perairan; Arahan pengelolaan kawasan diperjelas untuk
ruang perairan; Arahan pengembangan kawasan yang
diprioritaskan, dengan keseimbangan pada ruang daratan dan perairan..
Arahan kebijaksanaan tata guna tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya;
termasuk pada sumberdaya dan jasa lingkungan pesisir.
3. Kerangka analisis
Analisis dilakukan secara holistik, dimana proyeksi pada masing-masing aspek analisis
dilakukan secara simultan dengan menggunakan analisis sistem.
4. Corak sektoral
Bebas terhadap kecenderungan sektoral, dan menekankan pada objektivitas rencana.
5. Sifat partisipatif
Dilakukan oleh para pemangku kepentingan secara langsung dan bersama-sama melalui
analisis kebutuhan. Penyusunan rencana merupakan hasil kerja
para pemangku kepentingan.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wilayah dan Wilayah Pesisir
Pada dasarnya pengertian wilayah mengacu pada unit geografis, dan dapat didefinisikan dengan batas-batas spesifik tertentu dimana komponen-
komponennya memiliki arti di dalam pendiskripsian perencanaan dan pengelolaan sumberdaya pembangunan. Oleh karena itu, tidak ada batasan spesifik dari luas
suatu wilayah. Batasan yang ada lebih bersifat meaningful untuk perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pengendalian, maupun evaluasi. Batasan wilayah
tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis berubah- ubah, dengan komponen-komponen yang mencakup biofisik alam, sumberdaya
buatan infrastruktur, manusia, serta bentuk-bentuk kelembagaannya. Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan
sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu. Salah satu kerangka klasifikasi yang cukup mampu menjelaskan berbagai
konsep wilayah adalah Rustiadi et al. 2009: 1 wilayah homogen uniform, 2 wilayah sistemfungsional, dan 3 wilayah perencanaanpengelolaan planning
region atau programming region; seperti disajikan pada Gambar 5.
Wilayah pesisir dapat dimasukkan dalam konsep wilayah sistem kompleks, memiliki beberapa sub-sistem penyusun yang meliputi sistem ekologi
ekosistem, sistem sosial, dan sistem ekonomi. Secara sederhana, wilayah pesisir dipahami sebagai wilayah pertemuan antara daratan dan laut. Pada dasarnya
pemahaman mengenai wilayah pesisir yang meliputi daratan dan perairan laut telah diterima secara luas, namun demikian masih belum ada definisi wilayah
pesisir yang bersifat baku dan dapat diterima semua pihak. Dalam konteks pesisir, pengertian wilayah dapat dirunut pada dua istilah
yang bermiripan yaitu zone dan area, dan dikenal adanya coastal zone dan coastal area
. Perbedaan keduanya terletak pada implikasi yang mengikutinya, yaitu coastal zone
berimplikasi pada adanya proses pengelolaan yang dibatasi secara artifisial; sedangkan coastal area lebih bersifat alami. Perbedaan tersebut masih
menjadi fokus perdebatan dalam konteks pengelolaan pesisir, terutama di negara- negara sedang berkembang, dimana masih terdapat banyak bagian pesisir yang
24 belum termasuk dalam suatu zona pengelolaan tertentu. Oleh karena itu,
penggunaan istilah coastal area dalam pembicaraan dan pembahasan mengenai pesisir, menjadi pilihan yang lebih netral dan konsisten Kay dan Alder 1999.
Merujuk pada Kay dan Alder 1999, secara umum dalam disertasi ini istilah wilayah pesisir diasosiasikan dengan coastal area, kecuali dari sumber-
sumber yang dikutip atau dirujuk memang menunjuk pada coastal zone. Dengan kata lain, istilah zone dan area dalam disertasi ini akan dirujuk secara sama
menjadi “wilayah”. Dengan demikian “wilayah pesisir” menjadi padanan bagi coastal area
bila berbicara dalam batas-batas alami; dan menjadi padanan bagi coastal zone
bila berbicara dalam batas-batas artifisial pengelolaan. Terdapat banyak definisi wilayah pesisir yang berbeda antar berbagai
negara; atau antar disiplin seperti perikanan, biologi laut, tenik pantai, hukum, dan militer. Keragaman definisi tersebut bersumber dari penentuan seberapa jauh
batas definitif wilayah pesisir ke arah laut dan ke arah darat.
Wilayah Homogen
Sistem Fungsional
Sistem Sederhana
Sistem Kompleks
Nodal Pusat – Hinterland
Sistem Ekonomi: Kawasan Produksi, Kawasan Industri
Budidaya – Lindung Desa – Kota
Sistem Ekologi: DAS, Hutan, Pesisir
Sistem Sosial Politik: Kawasan Adat, Wilayah Etnik
Konsep Alamiah Deskriptif
Perencanaan Pengelolaan
Perencanaan Khusus: Jabodetabekjur, KAPET
Wilayah Administratif Politik: Provinsi, Kabupaten, Kota
Konsep Non-Alamiah
Gambar 5 Sistematika Konsep-konsep Wilayah Rustiadi et al. 2009
25 Dahuri et al. 2001 mendefinisikan wilayah pesisir sebagai suatu wilayah
peralihan antara daratan dan lautan, dimana batas wilayah pesisir ke arah darat adalah jarak arbitrer dari rata-rata pasang tinggi mean high tide dan batas ke arah
laut adalah batas yurisdiksi wilayah provinsi atau state di suatu negara. Kay dan Alder 1999 memberikan tiga elemen bagi definisi ilmiah
wilayah pesisir, yaitu bahwa wilayah pesisir harus mengandung: 1 komponen daratan dan perairan; 2 batas antara daratan dan perairan harus ditentukan
berdasarkan tingkat pengaruh daratan terhadap perairan, dan pengaruh perairan terhadap daratan; dan 3 batas wilayah tidaklah seragam dalam dimensi lebar,
kedalaman, maupun ketinggian. Adapun untuk orientasi kebijakan, Kay dan Alder 1999 menyatakan bahwa terdapat empat cara yang mungkin dalam
mendefinisikan wilayah pesisir, yaitu: 1 batasan jarak yang tetap; 2 batasan jarak variabel; 3 batasan yang disesuaikan dengan penggunaannya; dan 4 merupakan
kombinasi hibrid atara ketiga cara tersebut. Dalam Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, secara formal wilayah pesisir didefinisikan sebagai daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Sebelum adanya Undang-undang tersebut, DKP 2002 telah mendefinsikan wilayah pesisir sebagai daerah
pertemuan antara darat dan laut yang memiliki empat karaketristik khas yaitu: 1 Merupakan wilayah pertemuan antara berbagai aspek yang ada di darat,
laut dan udara. Bentuk wilayah ini merupakan hasil keseimbangan dinamis dari suatu proses penghancuran dan pembangunan dari ketiga unsur
tersebut; 2 Memiliki fungsi sebagai zona penyangga dan habitat dari berbagai jenis
burung yang bermigrasi serta merupakan tempat pembesaran, pemijahan dan mencari makan bagi berbagai jenis biota.
3 Memiliki gradien perubahan sifat ekologi yang tajam dan pada skala yang sempit akan dijumpai kondisi ekologi yang berlainan;
4 Memiliki tingkat kesuburan yang tinggi yang menjadi sumber zat organik yang penting dalam rantai makanan laut.
26 Chua 2006 mendeskripsikan wilayah pesisir dengan memasukkan
pentingnya aspek aktivitas manusia, karena sebagian besar wilayah pesisir telah dimanfaatkan oleh manusia. Deskripsi tersebut secara ringkas disajikan pada
Gambar 6. Dengan adanya aktivitas manusia, pembicaraan wilayah pesisir menjadi lebih penting karena merupakan suatu sistem sumberdaya yang
dipengaruhi dan mempengaruhi kehidupan manusia. Oleh karena itu, perencanaan pengelolaan wilayah pesisir haruslah memasukkan aspek aktivitas manusia, yaitu
aspek ekonomi dan sosial.
Dengan adanya beragam definisi mengenai wilayah pesisir, perlu dibuat suatu definisi khusus sebagai acuan dalam penelitian yang dilakukan. Perumusan
definisi wilayah pesisir yang diacu dalam penelitian ini didasarkan pada aspek penentu definisi wilayah pesisir yaitu batas ke arah darat dan laut, dan tujuan
penelitian yaitu perencanaan wilayah. Pertimbangan dalam perumusan definisi yang digunakan adalah sebagai berikut:
1 Sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Lampung adalah sungai-sungai kecil dengan daerah aliran sungai DAS yang sempit Wiryawan et al.
Lingkungan Daratan
Lingkungan Perairan
Aktivitas Manusia
Wilayah Pesisisr Sistem Sumberdaya Pesisisr
Gambar 6 Wilayah Pesisir dan Sistem Sumberdaya Pesisir Chua 2006
27 1999, sehingga secara ekologis batas ke arah darat berdasarkan DAS
hanya beberapa km saja dari garis pantai maksimal 20 km. 2 Secara administratif, perairan Teluk Lampung dibatasi langsung oleh
kecamatan-kecamatan pesisir di Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kabupaten Pesawaran. Dengan pertimbangan
ketersediaan data dan satuan wilayah terkecil, secara administratif batas ke arah darat dapat ditetapkan sebagai batas administratif kecamatan pesisir
di Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kabupaten Pesawaran, yang berbatasan langsung dengan perairan Teluk Lampung.
3 Secara ekologis, Perairan Teluk Lampung merupakan suatu kesatuan, karena relatif tertutup dan hanya dipengaruhi oleh perairan laut lepas
melalui Selat Sunda CRMP 1998a dan 1998b; sehingga kondisi oseanografis fisik dan biologis perairan ini relatif seragam. Kondisi
tersebut merupakan indikasi bahwa Teluk Lampung merupakan suatu bioekoregion, yaitu bentang alam yang berada di dalam satu hamparan
kesatuan ekologis yang dibatasi oleh batas-batas alam, seperti daerah aliran sungai dan perairan teluk. Dengan demikian, secara ekologis dapat
ditetapkan batas ke arah laut wilayah pesisir Teluk Lampung adalah meliputi keseluruhan perairan Teluk Lampung, dengan luas sekitar 1.600
km
2
4 Secara administratif berdasarkan UU No. 32 tahun 2004, batas kewenangan pengelolaan perairan laut adalah 12 mil laut untuk provinsi
dan 13-nya 4 mil laut untuk kabupatenkota, yang diukur tegak lurus garis pantai. Pada perairan Teluk Lampung, jarak tegak lurus dari garis
pantai yang terjauh adalah 18,01 km atau 9,73 mil laut Wiryawan et al. 1999. Dengan demikian, batas ke arah laut dari wilayah pesisir Teluk
Lampung adalah meliputi keseluruhan perairan teluk, dan dapat dipandang sebagai kewenangan pengelolaan Provinsi Lampung karena bersifat lintas
kabupaten dan kota, dan sebagian wilayah perairan berjarak lebih dari 4 mil laut.
.
5 Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk menyusun perencanaan wilayah pesisir Teluk Lampung yang komprehensif, wilayah perairan Teluk
28 Lampung harus dipandang sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan,
bersama dengan wilayah daratan yang berbatasan langsung dengan perairan teluk.
Berdasarkan pertimbangan di atas, definisi wilayah pesisir Teluk Lampung yang diacu dalam penelitian ini adalah: Wilayah yang meliputi perairan dan
daratan, dengan batas ke arah laut adalah meliputi keseluruhan wilayah perairan Teluk Lampung, dan batas ke arah darat adalah mengikuti batas-batas administrasi
kecamatan-kecamatan di Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kabupaten Pesawaran, yang berbatasan langsung dengan perairan Teluk
Lampung.
2.2 Teori Sistem
Terminologi sistem sering digunakan dalam berbagai bidang dengan interpretasi beragam, tetapi tetap berkonotasi tentang sesuatu yang “utuh” dan
“keutuhan” Eriyatno 1999. Banyak definisi sistem yang telah dikemukakan oleh para penulis. Forrester 1968 mendefinisikan sistem sebagai sekelompok
komponen yang beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. O’Connor dan McDermott 1997 mendefinisikan sistem sebagai suatu entitas
yang mempertahankan eksistensi dan fungsinya sebagai suatu keutuhan melalui interaksi komponen-komponennya. Haaf et al. 2002 mendefinisikan sistem
sebagai koleksi dari elemen-elemen dalam suatu keseluruhan dengan hubungan di antaranya. Dengan kata lain, sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari
bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks Marimin 2004.
Dari beragam definisi yang ada terlihat bahwa sistem memiliki karakteristik keutuhan dan interaksi antar komponen yang membangun sistem.
Secara lebih tegas beberapa karakteristik yang dimiliki sistem dapat dinyatakan sebagai berikut Sushil 1993:
1 Dibangun oleh sekelompok komponen yang saling berinteraksi. 2 Memiliki sifat yang “utuh” dan “keutuhan” wholeness.
3 Memiliki satu atau segugus tujuan. 4 Terdapat proses transformasi input menjadi output.
29 5 Terdapat mekanisme pengendalian yang berkaitan dengan perubahan yang
terjadi pada lingkungan sistem. Kajian mengenai teori sistem tidak terlepas dari tiga akar utama yang
berkaitan dengan sistem dan kompleksitas, yaitu teori sistem umum, sibernetika, dan sistem dinamik. Ketiga akar tersebut berkembang relatif hampir bersamaan,
dan sekarang dianggap sebagai pilar teori kompleksitas complexity theory Abraham 2002. Sepanjang abad 20, secara paralel telah berkembang teori sistem
umum general system theory, sibernetika cybernetics, dan sistem dinamik system dynamics François 1999; Mäntysalo 2000; Abraham 2002; Haaf et al.
2002; Mindell 2002. Teori sistem umum mulai mengemuka sejak publikasi artikel Ludwig von
Bertalanffy yang berjudul General system theory pada tahun 1956, terutama dalam bidang teknik dan sains. Teori sistem umum didasarkan pada ide biologi,
dimana von Bertalanffy merumuskan formula abstrak yang dibahasakan secara matematis dan dapat menjelaskan kompleksitas yang terorganisir secara umum.
Ide utama dari teori sistem umum adalah keutuhan, pengorganisasian, dan sistem terbuka yang ada di dalam biologi, dan kemudian digeneralisasi oleh von
Bertalanffy ke dalam berbagai disiplin termasuk sistem sosial dan budaya. Teori sistem umum dimaksudkannya dapat menjadi suatu teori universal, sebagai suatu
kerangka analitik yang dapat memberikan penjelasan abstrak dari fenomena alam Mäntysalo 2000; Abraham 2002; Haaf et al. 2002. Di penghujung abad 20 teori
dan pendekatan sistem umum telah berkembang pada berbagai disiplin Haaf et al.
2002. Sibernetika diperkenalkan oleh Norbert Wiener pada tahun 1946, yang
intinya berkaitan dengan controlled feedback systems, yaitu sistem yang mampu mempertahankan kondisi homeostatis melalui “perlawanan” counteracting
deviasi dari variabel kritis akibat adanya umpan balik negatif negative feedback. Kata cybernetics sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu kubernetes yang berarti
“teman” mate atau juga dapat berarti “pengatur” governor. Dua konsep utama dari sibernetika adalah kontrol control dan komunikasi communication.
Pandangan sibernetika lebih kepada “software” dari suatu sistem, misalnya sistem biologis dan sistem artifisial servo-mechanisms dipandang mirip satu sama lain,