29 5 Terdapat mekanisme pengendalian yang berkaitan dengan perubahan yang
terjadi pada lingkungan sistem. Kajian mengenai teori sistem tidak terlepas dari tiga akar utama yang
berkaitan dengan sistem dan kompleksitas, yaitu teori sistem umum, sibernetika, dan sistem dinamik. Ketiga akar tersebut berkembang relatif hampir bersamaan,
dan sekarang dianggap sebagai pilar teori kompleksitas complexity theory Abraham 2002. Sepanjang abad 20, secara paralel telah berkembang teori sistem
umum general system theory, sibernetika cybernetics, dan sistem dinamik system dynamics François 1999; Mäntysalo 2000; Abraham 2002; Haaf et al.
2002; Mindell 2002. Teori sistem umum mulai mengemuka sejak publikasi artikel Ludwig von
Bertalanffy yang berjudul General system theory pada tahun 1956, terutama dalam bidang teknik dan sains. Teori sistem umum didasarkan pada ide biologi,
dimana von Bertalanffy merumuskan formula abstrak yang dibahasakan secara matematis dan dapat menjelaskan kompleksitas yang terorganisir secara umum.
Ide utama dari teori sistem umum adalah keutuhan, pengorganisasian, dan sistem terbuka yang ada di dalam biologi, dan kemudian digeneralisasi oleh von
Bertalanffy ke dalam berbagai disiplin termasuk sistem sosial dan budaya. Teori sistem umum dimaksudkannya dapat menjadi suatu teori universal, sebagai suatu
kerangka analitik yang dapat memberikan penjelasan abstrak dari fenomena alam Mäntysalo 2000; Abraham 2002; Haaf et al. 2002. Di penghujung abad 20 teori
dan pendekatan sistem umum telah berkembang pada berbagai disiplin Haaf et al.
2002. Sibernetika diperkenalkan oleh Norbert Wiener pada tahun 1946, yang
intinya berkaitan dengan controlled feedback systems, yaitu sistem yang mampu mempertahankan kondisi homeostatis melalui “perlawanan” counteracting
deviasi dari variabel kritis akibat adanya umpan balik negatif negative feedback. Kata cybernetics sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu kubernetes yang berarti
“teman” mate atau juga dapat berarti “pengatur” governor. Dua konsep utama dari sibernetika adalah kontrol control dan komunikasi communication.
Pandangan sibernetika lebih kepada “software” dari suatu sistem, misalnya sistem biologis dan sistem artifisial servo-mechanisms dipandang mirip satu sama lain,
30 karena sifat-sifat mereka dalam mengendalikan entropi positif dengan adanya
umpan balik negatif, meskipun ”hardwares” mereka dapat sangat berbeda Mäntysalo 2000; Abraham 2002; Haaf et al. 2002; Mindell 2002. Pandangan
tersebut telah menjadikan sibernetika sebagai pemacu perkembangan ilmu komputer seperti kecerdasan buatan artificial intelligence François 1999 ;
Abraham 2002; Haaf et al. 2002; Mindell 2002. Perkembangan sistem dinamik system dynamics dimotori oleh Jay
Forrester bersama koleganya di Massachusetts Institute of Technology MIT sejak tahun 1950-an Abraham 2002. Sistem dinamik merupakan cara
pemahaman sifat dinamis dari suatu sistem yang kompleks. Metode sistem dinamik berlandaskan pada cara pandang bahwa struktur suatu sistem bentuk
hubungan antar komponen seperti hubungan sirkular, saling tergantung, dan time- delayed
adalah penentu dari sifat sistem. Menurut Forrester 1968 sistem dinamik merupakan suatu metode dalam mempelajari sifat-sifat sistem, dengan tujuan
untuk mengetahui bagaimana interrelasi dari suatu keputusan, kebijakan, struktur dan delay, dalam mempengaruhi pertumbuhan dan stabilitas sistem tersebut.
Metodologi sistem dinamik telah berkembang, terutama dengan berkembangnya komputer digital berkemampuan tinggi, dan telah diterapkan pada
berbagai bidang untuk menganalisis sifat-sifat sistem kompleks seperti masalah sosial-ekonomi dan teknologi. Salah satu kelebihan sistem dinamik adalah
kemampuannya menggambarkan tingkah laku sistem menurut waktu. Kata dinamik dynamics memiliki arti perubahan atau variasi, dan suatu sistem yang
dinamik adalah sistem yang menunjukkan sifat bervariasi menurut waktu François 1999; Sterman 2002; Haaf et al. 2002; Mindell 2002; Forrester 2003.
Perkembangan ilmu sistem sampai di penghujung tahun 1960-an menunjukka n bahwa teori sistem umum general system theory, sibernetika
cybernetics, dan sistem dinamik system dynamics, telah mengalami saling keterkaitan. Kerja dari Kelompok Roma The Club of Rome pada akhir dekade
1960 dan awal 1970 yang mempublikasikan The Limits to Growth dan World Dynamics
, pada dasarnya telah menggabungkan antara general system theory, cybernetics
, dan system dynamics Meadows et al. 1972; Abraham 2002; Smil 2005. Sampai dengan dekade 1990, ilmu sistem semakin diramaikan dengan
31 pencabangan teori kompleksitas seperti cellular automata, fractal geometry, dan
chaos theory . Perkembangan ilmu sistem yang terpayungi dalam teori
kompleksitas di masa depan masih sangat mungkin akan bertambah Abraham 2002, sebagaimana dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Berdasarkan perkembangan teori sistem, jelas bahwa terdapat upaya intelektual yang terus-menerus untuk memahami berbagai fenomena dunia nyata
secara sistematis. Dari perkembangan yang ada, terlihat bahwa penerapan ilmu sistem merupakan metode baru dalam pemahaman dan pengelolaan sistem
kompleks, yang sangat sulit dilakukan secara monodisiplin. Oleh karena itu, upaya penerapan ilmu sistem dalam pengelolaan sumberdaya alam yang kompleks
seperti wilayah pesisir, tampaknya menjadi suatu keniscayaan. Fenomena dunia nyata seperti wilayah pesisir, yang menunjukkan
kompleksitas tinggi dan sangat sulit dipahami hanya melalui satu disiplin keilmuan. Upaya dari masing-masing disiplin untuk mamahami fenomena dunia
nyata yang kompleks melalui pengembangan beragam model seringkali tidak konsisten, hanya bersifat parsial, tidak berkesinambungan, dan gagal memberikan
penjelasan yang utuh Eriyatno 1999. Konsep sistem yang berlandaskan pada unit keragaman dan selalu mencari keterpaduan antar komponen melalui pemahaman
yang utuh Forrester 1968, dapat menawarkan suatu pendekatan baru untuk memahami dunia nyata.
Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan, sehingga dapat
menghasilkan suatu operasi sistem yang efektif Eriyatno 1999. Dengan demikian kajian mengenai fenomena kompleks dapat dilakukan melalui
pendekatan sistem Nichols dan Monahan 1999; Sterman 2002, seperti membangun model perencanaan tata ruang wilayah pesisir Teluk Lampung,
2.3 Sistem dan Model
Model merupakan pengganti suatu objek atau sistem, yang dapat memiliki beragam bentuk dan memenuhi banyak tujuan Forrester 1968; Sterman 2002.
Dalam pengertian yang relatif sama, Eriyatno 1999 menyatakan bahwa model
32 merupakan suatu abstraksi dari realitas, yang menunjukkan hubungan langsung
maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Suatu model tidak lain merupakan seperangkat anggapan assumptions
mengenai suatu sistem yang rumit, sebagai usaha untuk memahami dunia nyata yang bersifat aneka ragam Meadows et al. 1972; Elshorbagy et al. 2005; Yufeng
dan ShuSong 2005. Dalam mempelajari sistem sangat diperlukan pengembangan model guna menemukan peubah-peubah variable penting dan tepat, serta
hubungan antar peubah di dalam sistem tersebut. Model dapat dikategorikan menurut jenis, dimensi, fungsi, tujuan pokok kajian, atau derajat keabstrakannya;
namun pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga Eriyatno 1999 yaitu: 1 Model ikonik model fisik, merupakan perwakilan fisik dari beberapa hal
baik dalam bentuk ideal ataupun dalam skala yang berbeda. Model ikonik dapat berdimensi dua seperti peta, atau berdimensi tiga seperti prototipe.
Dalam hal model berdimensi lebih dari tiga, maka tidak dapat lagi dikontsruksi secara fisik sehingga diperlukan kategori model simbolik.
2 Model analog model diagramatik, menyajikan transformasi sifat menjadi analognya kemudian mengetengahkan karakteristik dari kejadian yang
dikaji. Model ini bersifat sederhana namun efektif dalam menggambarkan situasi yang khas. Contoh dari model ini adalah kurva permintaan, kurva
distribusi frekuensi pada statistik, dan diagram alir suatu proses. 3 Model simbolik model matematik, menyajikan format dalam bentuk
angka, simbol, dan rumus. Pada dasarnya ilmu sistem lebih terpusat pada penggunaan model simbolik, dengan jenis yang umum dipakai adalah
persamaan matematis equation. Contoh dari model matematis adalah persamaan antara arus dan tegangan listrik, posisi sebuah mobil pada suatu
aliran transportasi, serta aliran bahan dan pelayanan pada suatu struktur ekonomi.
Dalam pendekatan sistem, pengembangan model modelling atau pemodelan merupakan titik kritis yang akan menentukan keberhasilan dalam
mepelajari sistem secara keseluruhan Sterman 2002. Melalui pemodelan akan diketahui karakteristik sistem, sehingga dapat dijadikan sebagai titik masuk entry
point bagi intervensi terhadap sistem, sesuai dengan yang diinginkan. Pemodelan
33 akan melibatkan tahap-tahap yang meliputi seleksi konsep, rekayasa model,
implementasi komputer, validasi, analisis sensitivitas, analisis stabilitas, dan aplikasi model.
Pendekatan sistem melalui pemodelan sistem dinamik dapat sangat membantu pemahaman terhahap sistem kompleks dalam rentang waktu tertentu.
Dalam upaya mendapatkan skenario perencanaan tata ruang wilayah pesisir Teluk Lampung yang bersifat komprehensif, dapat digunakan metodologi sistem
dinamik berdasarkan pertimbangan kemampuannya menyajikan keterkaitan antar variabel yang dikaji dan mensimulasikan prilaku sistem bila dilakukan intervensi
terhadap sistem tersebut. Sistem dinamik cukup powerful digunakan dalam mengkaji sistem alam yang kompleks Forrester 1998; White dan Engelen 2000;
Sterman 2002; Deal dan Schunk 2004; Elshorbagy et al. 2005; Yufeng dan ShuSong 2005, seperti wilayah pesisir. Selain itu, sistem dinamik memiliki
kemampuan dalam memahami bagaimana kebijakan policies mempengaruhi sifat sistem. Dengan adanya pemahaman mengenai pengaruh dari kebijakan,
pengambilan keputusan dapat lebih mudah dilakukan dalam selang waktu simulasi; dan jika didapatkan sifat sistem yang tidak diinginkan, maka dapat
dengan mudah mudah diperbaiki Forrester 1998 dan 2003. Berbeda dengan banyak metode lain yang mengkaji permasalahan dengan
pemilahan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan saling membatasi, konsep utama sistem dinamik adalah pemahaman tentang bagaimana semua objek dalam
suatu sistem saling berinteraksi satu sama lain. Sistem dinamik merupakan metode untuk mempelajari dan mengelola sistem umpan balik yang kompleks
Forrester 1998 dan 2003, seperti wilayah pesisir. Menurut Sushil 1993, sistem dinamik merupakan struktur metode yang dilatarbelakangi oleh prinsip ilmu
manajerial tradisional, sibernetika, dan simulasi komputer. Ketiga prinsip tersebut saling bersinergi dan saling menutup kelemahannya masing-masing dalam
memberikan suatu solusi permasalahan secara holistik. Oleh karena itu, sistem dinamik dapat berfungsi efektif sebagai metode kajian sistem kompleks seperti
dinamika wilayah ekologis Haie dan Cabecinha 2003; Aurambout et al. 2005; Elshorbagy et al. 2005, kota dan wilayah White dan Engelen 2000; Winz 2005;
Yufeng dan ShuSong 2005, wilayah pesisir Villa et al. 2002; Ramos 2004, dan
34 juga aspek manajerial suatu pabrik Rohmatulloh 2008. Sistem dinamik
berkemampuan dalam mengkaji sistem yang berciri kompleks, dinamik, dan probabilistik Sushil 1993; Forrester 1998; Sterman 2002.
Kemampuan sistem dinamik yang demikian, sangat membantu dalam penyusunan skenario kebijakan dan pengambilan keputusan dalam kajian sistem
kompleks. Dengan demikian dapat dipelajari sifat sistem wilayah pesisir Teluk Lampung. Kemampuan tersebut memudahkan penyusunan skenario perencanaan
sistem kompleks, yaitu perencanaan tata ruang wilayah pesisir Teluk Lampung. Dinamika wilayah pesisir Teluk Lampung ditentukan oleh tiga komponen utama
yaitu populasi penduduk, aktivitas ekonomi, dan ketersediaan ruang. Upaya pemahaman yang utuh dan terpadu dari ketiga komponen adalah sangat penting
untuk membangun model perencanaan tata ruang wilayah pesisir Teluk Lampung. Dalam penelitian ini, pendekatan sistem dinamik ditandai oleh dua hal,
yaitu: 1 mencari semua faktor penting yang ada untuk menyelesaikan masalah, dan 2 membuat model kuantitatif untuk membantu keputusan rasional. Untuk
itu, pendekatan sistem dinamik dilakukan dalam beberapa tahap proses yang terdiri dari penetapan tujuan dan analisis kebutuhan, formulasi permasalahan,
identifikasi sistem, pemodelan sistem, dan evaluasi. Pelaksanaan semua tahap tersebut dalam satu kesatuan kerja merupakan analisis sistem Grant et al. 1997;
Eriyatno 1999. Pemodelan sistem dinamik dilakukan secara determinsitik, untuk
membatasi kompleksitas metodologi. Pilihan tersebut dilakukan sebagai kompromi ata keterbatasan ketersediaan data yang diperlukan dalam pemodelan
sistem dinamik.
2.4 Penelitian Partisipatif
Terminologi partisipasi paticipation di dalam penelitian, aktivitas perencanaan, dan pengambilan keputusan, semakin banyak digunakan pada
berbagai artikel ilmiah. Partisipasi berkonotasi pada keterlibatan berbagai pihak yang berkepentingan pemangku kepentingan terhadap suatu objek. Namun
demikian, makna yang dimaksudkan pada berbagai artikel, seringkali berbeda satu dengan yang lainnya. Keberbedaan tersebut bersumber dari sifat dan kedalaman