182 angkutan laut dan penyeberangan dapat tumbuh lebih pesat lagi, yaitu pada
skenario optimis dapat mendekati nilai Rp 1,08 triliun pada tahun 2029, dari nilai semula hanya Rp 0,12 triliun pada tahun 2003 Gambar 60.
Pada akhirnya, peningkatan aktivitas ekonomi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir Teluk Lampung. Walaupun relatif
kasar, nilai PDRB per kapita digunakan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. Pada skenario optimis, PDRB per kapita berdasarkan harga konstan
tahun 2000, dapat terus meningkat pesat mencapai Rp 18,41 juta per orang pada tahun 2029. Sedangkan untuk skenario sangat pesimis, PDRB per kapita
meningkat lebih lambat, dan hanya mencapai nilai Rp 11,18 juta per orang pada tahun 2029, dibandingkan pada tahun 2003 yang bernilai Rp 4,93 juta per orang
Gambar 61. Tabel 40 Rekapitulasi simulasi sub-model aktivitas ekonomi
No. Peubah
Satuan Skenario serta tahun awal dan akhir simulasi
Sangat Pesimis
Pesimis Moderat
Optimis 2003
2029 2003
2029 2003
2029 2003
2029 1
Aktivitas ekonomi
Rp milyar 2.629 7.415 2.629 7.537 2.629 12.280 2.629 14.062 2
Investasi Rp milyar
188 1.408 188 1.468
188 2.875 188 3.334
3 Pertanian
Rp milyar 432
796 432
706 432
678 432
678 4
Perikanan Rp milyar
380 564
380 601
380 1.204 380 1.554
5 Pariwisata
Rp milyar 63
139 63
141 63
187 63
202 6
Industri Rp milyar
372 1.491 372 1.533
372 2.508 372 2.839
7 Angkutan
Laut Rp milyar
124 474
124 488
124 925
124 1.082 8
PDRB per Kapita
Rp jutaorang
4,93 11,18 4,93 11,30
4,93 16,59 4,93 18,41
7.1.5 Simulasi sub-model ketersediaan ruang
Ketersediaan ruang merupakan faktor yang sangat menentukan dinamika komponen lainnya, dan sistem secara keseluruhan. White dan Engelen 2000 dan
Yufeng dan
ShuSong 2005 menunjukkan bahwa keberlangsungan
perkembangan populasi dan aktivitas ekonomi, membutuhkan ruang yang cukup. Menurut
Deal dan Schunk 2004 , tekanan aktivitas ekonomi dan populasi dalam
memenuhi kebutuhan ruang akan menimbulkan fenomena perkembangan kawasan perkotaan yang menjorok ke perdesaan urban sprawl.
Gangai dan Ramachandran 2010
menunjukkan bahwa dengan kondisi ketersediaan ruang
183 yang kurang, maka dapat terjadi pelanggaran hukum akibat adanya tekanan
ekonomi dan populasi. Di sisi lain diperlihatkan bahwa, ketersediaan ruang yang berkurang akan semakin memberikan tekanan terhadap aspek ekologis suatu
wilayah Villa et al. 2002; Haie dan Cabecinha 2003; Aurambout et al. 2005; Elshorbagy et al. 2005. Dalam penelitian ini, fenomena tersebut di atas,
disimulasikan dalam sub-model ketersediaan ruang. Hasil simulasi skenario sub-model ketersediaan ruang disajikan pada
Gambar 62 sampai dengan Gambar 78. Rekapitulasi simulasi skenario, disajikan pada Tabel 41, serta data lengkap disajikan pada Lampiran 9. Perilaku antar
skenario menunjukkan perbedaan yang konsisten pada berbagai peubah model. Pemanfaatanpenggunaan lahan pertanian pada skenario sangat pesimis
relatif tetap dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2029, yaitu dari 105,2 ribu ha menjadi 103,4 ribu ha Gambar 62. Pada skenario ini, konversi lahan pertanian
menjadi permukiman, industri, dan penggunaan budidaya non-pertanian lainnya, akan diimbangi oleh konversi lahan berkualitas rendah lahan kelas 5, 6, 7, dan 8
yang masih tertutup hutan, menjadi lahan pertanian. Konversi lahan tersebut dimungkinkan karena tidak ada intervensi terhadap sistem yang membatasinya.
Berhentinya konversi lahan kualitas rendah tersebut hanya akan ditentukan oleh terbatasnya kemampuan masyarakat dalam membuka lahan akibat faktor alam,
terutama kelerengan. Dengan demikian, luas lahan pertanian menjadi relatif tetap selama kurun waktu simulasi.
Berlainan dengan skenario sangat pesimis, pada skenario lainnya yaitu pesimis, moderat, dan optimis, dilakukan intervensi terhadap sistem. Penurunan
tersebut bersumber dari dihentikannya konversi lahan kualitas rendah menjadi
Gambar 63 Skenario perkembangan pemanfaatan penggunaan lahan tambak
2 3
4 5
6 7
8 9
2003 2008
2013 2018
2023 2028
R ibu hek
tar
Sangat Pesimis Pesimis
Moderat Optimis
Gambar 62 Skenario perkembangan pemanfaatan penggunaan lahan pertanian
50 62
74 86
98 110
2003 2008
2013 2018
2023 2028
R ibu hek
tar
Sangat Pesimis Pesimis
Moderat Optimis
184 lahan pertanian, dan dilakukan konversi lahan pertanian eksisting yang berada
pada lahan kualitas rendah menjadi kawasan lindung. Di samping itu juga terjadi konversi lahan pertanian menjadi penggunaan budidaya non-pertanian, dengan
demikian, terjadi penurunan luas lahan pertanian secara signifikan. Pada skenario optimis luas lahan pertanian akan menurun tajam menjadi hanya 51,9 ribu ha pada
tahun 2029, dari luas semula 105,2 ribu ha pada tahun 2003. Pada skenario ini, semua aktivitas budidaya pertanian hanya akan berlangsung pada lahan kualitas
tinggi kelas 1, 2, 3, dan 4, sehingga dapat dilakukan secara intensif dengan input yang lebih rendah. Oleh karena itu, walaupun luas lahan pertanian pada skenario
optimis menjadi jauh lebih rendah, tetapi produktivitasnya akan menjadi lebih tinggi daripada skenario sangat pesimis seperti disajikan pada Gambar 56.
Luas lahan budidaya pesisir tambak terus meningkat pada semua skenario. Peningkatan luas tambak di wilayah pesisir Teluk Lampung adalah
akibat dari nilai ekonomi komoditas udang yang tinggi dan aksesibilitas wilayah yang cukup baik. Pada skenario sangat pesimis, pertumbuhan luas tambak
meningkat pesat dari tahun 2003 hanya 2,5 ribu ha sampai tahun 2013 menjadi 7,2 ribu ha, dan kemudian melambat sampai mencapai luas 8,1 ribu ha pada tahun
2029 Gambar 63. Pada skenario lainnya peningkatan luas tambak tidak sepesat skenario sangat pesimis, karena terdapat pembatasan untuk kawasan lindung
terutama untuk sempadan pantai dan mangrove. Pada akhir simulasi tahun 2029, luas tambak pada skenario pesimis, moderat, dan optimis, berturut-turut adalah
8,0 ribu ha, 7,9 ribu ha, dan 7,7 ribu ha. Penggunaan lahan untuk permukiman, bisnis dan industri, serta prasarana,
menunjukkan peningkatan untuk semua skenario. Pada skenario optimis, penggunaan ruang tersebut meningkat lebih cepat setelah tahun 2017,
dibandingkan dengan skenario lainnya. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan populasi dan aktivitas ekonomi yang lebih besar pada skenario optimis daripada
skenario lainnya. Total lahan permukiman dan perkotaan yang terdiri dari lahan untuk
permukiman, bisnis dan industri, prasarana, dan lahan pelabuhan, juga menunjukkan pola yang relatif sama. Pada skenario optimis, total lahan
permukiman dan perkotaan lebih besar daripada skenario lainnya. Pada akhir