Penutupan lahan Informasi Geografis Wilayah

153 Berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan di atas, dan kondisi lahan yang ada, terutama sistem lahan dan kelerengan seperti telah disajikan pada Sub-Bab 4.1.3, dilakukan analisis pengelompokan kelas lahan di wilayah studi. Hasil analisis kemampuan lahan, disajikan pada Tabel 37 dan Gambar 37. Dari analisis kelas kemampuan lahan, nampak bahwa wilayah pesisir Teluk Lampung memiliki lahan dengan faktor penghambat besar kelas 6, 7, dan 8, seluas 40.921 ha sekitar 32 dari luas lahan total. Sebaran lahan dengan faktor penghambat besar tersebut, terutama terdapat di Kabupaten Pesawaran Kecamatan Padang Cermin dan Punduh Pidada, yaitu mencapai 25.840 ha. Sebaran lahan dengan faktor penghambat lebih kecil kelas 1, 2, 3, dan 4 berjumlah 83.735 ha 65,47, dan terutama terdapat di Kabupaten Lampung Selatan yaitu seluas 53.338 ha 41,70. Adapun kelas lahan dengan penghambat khusus berupa genangan air dan drainase buruk kelas 5, terdapat seluas 3.246 ha 2,54. Lahan kelas 5 terdapat pada pantai yang berlereng datar dan berawa, umumnya merupakan habitat vegetasi mangrove, namun pada saat ini sebagian besar telah telah dikonversi menjadi tambak. Dari sebaran kelas lahan, tampak bahwa wilayah pesisir Teluk Lampung, hanya mampu mendukung aktivitas budidaya daratan pertanian dan non- pertanian yang terbatas sekitar 65,47 dari luas lahan. Merujuk pada penutupan lahan saat ini, tampak bahwa sebagian aktivitas budidaya pertanian dan non- pertanian sudah mencapai luas sekitar 113.055 ha Tabel 36, sudah menunjukkan bahwa sebagian dari aktivitas budidaya telah menggunakan lahan yang berpenghambat besar. Jumlah tersebut belum lagi termasuk tutupan vegetasi hutan yang telah dirambah dan berubah menjadi hutan bekas tebangan dan semak belukar, yang mencapai luas 12.239 ha. Penggunaan lahan berpenghambat besar untuk aktivitas budidaya, harus dikurangi dan dihentikan. Terdapat dua alasan bagi kepentingan tersebut, yaitu pertama lahan yang bersangkutan memiliki fungsi lindung dan selayaknya dijadikan kawasan lindung, dan kedua produktivitas lahan berpenghambat besar adalah rendah bagi aktivitas budidaya. Oleh karena itu, lahan berpenghambat besar selayaknya ditetapkan sebagai kawasan lindung, yang berfungsi melindungi kawasan di bawahnya. 154

6.2.3 Penggunaan perairan

Luas total perairan di dalam wilayah studi yang dihitung dari analisis SIG adalah 161.178 ha. Aktivitas utama pengguna ruang perairan adalah angkutan perhubungan laut, TNI-AL, dan perikanan, adapun aktivitas pengguna lainnya adalah pariwisata, permukiman dan perkotaan yang berbatasan dengan perairan. Hasil analisis SIG menunjukkan bahwa perikanan tangkap merupakan aktivitas yang paling banyak menggunakan ruang perairan sebagai wilayah tangkap fishing ground, serta TNI-AL untuk area kepentingan latihan pertempuran laut. Informasi mengenai penggunaan ruang perairan disajikan pada Tabel 38, dan Gambar 38. Tabel 38 Penggunaan ruang perairan Teluk Lampung No. Penggunaan Perairan Luas ha 1. Kepentingan pelayaran 4.330 2. Daerah latihan TNI AL 35.417 3. Perairan wilayah tangkap 80.262 4. Perairan perikanan budidaya 8.000 5. Terumbu karang dan padang lamun 4.823 6. Perairan yang telah direklamasi di Bandar Lampung 450 7. Perairan yang telah direklamasi di Lampung Selatan dan Pesawaran 200 Sumber: Dishidros TNI-AL 1998, Pemerintah Provinsi Lampung 2006a, 2006b, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung 2007, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bandar Lampung 2007, Interpretasi Citra Landsat TM-7 2009 Pada dasarnya penggunaan ruang perairan oleh berbagai aktivitas, tidaklah bersifat kaku, namun lebih bersifat temporal, kecuali untuk perikanan budidaya laut terutama kerang mutiara dan perikanan tangkap yang menggunakan alat tangkap statis. Oleh karena itu, terdapat banyak penggunaan ruang perairan yang tumpang tindih antar berbagai aktivitas, seperti kepentingan perikanan dengan TNI-AL, dan perikanan dengan perhubungan laut. Dari analisis SIG dapat dihitung luas tumpang tindih antara areal perikanan tangkap dengan daerah latihan TNI-AL mencapai 15.877 ha, yaitu sekitar 45 dari daerah latihan merupakan wilayah tangkap bagi nelayan. Tumpang tindih antara daerah lingkungan kepentingan DLKp pelabuhan dengan wilayah tangkap adalah 291 ha, yaitu daerah banyak sero alat tangkap statis. Alur pelayaran juga tumpang tindih dengan wilayah tangkap dan daerah latihan