Tujuan Ruang Lingkup PENDAHULUAN

langkah strategis yang dapat ditempuh perusahaan agroindustri guna menghadapi krisis tersebut; didasarkan pada pengamatan, penghitungan dan analisis mengenai: a. Laba atau rugi perusahaan dan membandingkannya dengan rataan tingkat sukubunga yang berlaku b. Likuiditas finansial perusahaan c. Kenaikanpenurunan harga saham perusahaan dan membandingkannya dengan kenaikanpenurunan indeks harga saham gabungan d. beberapa parameter yang dapat dijadikan indikator mengenai kinerja perusahaan secara finansial dan ekonomi seperti titik impas atau BEP break even point, NPV net present value, IRR internal rate return, PBP pay back period dan ROI return on investment 4. Sosial. Diagnosis, identifikasi dan peringatan dini mengenai tahapan maupun magnitude krisis yang timbul akibat masalah SDM, hukum dan aksi kekerasan, serta alternatif langkah-langkah strategis yang dapat ditempuh perusahaan agroindustri guna menghadapi krisis tersebut; didasarkan pada pengamatan, penghitungan dan analisis mengenai: a. Gejala keresahan atau ketidakpuasan dan tingkat pengunduran diri karyawan penting serta manajemen b. Aksi mogok, kekerasan, penculikan dan penyanderaan karyawan atau manajemen c. Ancaman, teror maupun kerusuhan di tempat kerja atau di lingkungan perusahaan agroindustri d. Pelanggaran hukum yang dilakukan oleh perusahaan atau manajemen perusahaan agroindustri. Penelitian guna menghasilkan model simulasi manajemen krisis ini melibatkan narasumber yang terdiri atas praktisi atau para pelaku elemen yang terlibat secara langsung dalam agroindustri tapioka. Sebelum dijadikan acuan, pendapat para praktisi industri tapioka tersebut dikonfirmasikan dengan para pemangku kepentingan lain seperti petani, masyarakat sekitar, pengusaha, pegawai dan manajemen perusahaan industri, dan pejabat pemerintah yang terkait.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Krisis

Penelitian dan telaah mengenai krisis masih terbilang jarang, terutama tentang krisis pada agroindustri. Perkembangan studi tentang krisis, analisis krisis, cara penanganan dan situasi pemulihannya mulai terlihat selama sekitar 30 tahun terakhir. Kebanyakan pustaka membahas manajemen krisis dari segi komunikasi pada saat krisis maupun setelah peristiwa krisis berlalu. Sejumlah pustaka membahas manajemen krisis menggunakan pendekatan individualistik dan studi kasus yang umumnya berdasarkan pengalaman penulisnya Fearn-Banks, 1996; Glen, 1993; Gottschalk, 1993; Meyers dan Holusha, 1988; Mitroff, 1988; Shrivastava, 1987; Boulton, 1978; Allison, 1971. Selain itu, ada penulis yang membahas masalah krisis secara lebih komprehensif Lerbinger, 1997; Booth, 1993; Miller, 1988, Perrow, 1984, dan sebagian lainnya menggunakan pendekatan empirik dalam manajemen krisis Mitroff, 2001; Kennedy, 1996; Fink, 1996; Mitroff et al., 1996; Isselbacher dan Upton, 1994; Lippitt, 1994; Barton, 1993; Gottschalk, 1993; Pauchant Mitroff, 1992. Penelitian ini bertujuan menghasilkan model berupa piranti lunak yang dapat digunakan sebagai simulasi pengelola perusahaan agroindustri dalam menghadapi suatu keadaan krisis. Model tersebut dapat menyajikan peringatan dini, tahapan krisis, risiko krisis dan solusi alternatif terhadap krisis yang dihadapi. Model manajemen krisis yang dihasilkan berbasis pengetahuan kecerdasan intelligence knowledge based system yang memungkinkan pengambilan keputusan berdasarkan atas sekumpulan aturan. Pengguna model yang berinteraksi dengan model seakan berkonsultasi dengan pakar, guna mengetahui tahap krisis, risiko yang mungkin timbul dan mendapatkan solusi krisis yang dihadapi perusahaan agroindustri yang ditelaah. Krisis merupakan peristiwa yang timbul akibat suatu tindakan atau kegagalan bertindak yang mengakibatkan suatu organisasi mengalami gangguan fungsi-fungsi, penerimaan keuntungan, maupun keberadaannya. Krisis menimbulkan gangguan yang secara fisik berdampak nyata terhadap suatu sistem dan mengancam eksistensi maupun kelangsungan sistem tersebut. Setidaknya, krisis adalah situasi mendadak yang ekstrim, menimbulkan ketegangan, berisiko besar dan sulit terkendali, yang tidak dapat dihadapi menggunakan prosedur rutin yang normal. Situasi itu dapat menimbulkan risiko tinggi terhadap harta benda atau nyawa, sehingga memerlukan tanggapan segera menggunakan segala sumberdaya dan fasilitas yang tersedia dengan upaya yang melampaui kinerja pada saat normal Mitroff, 2001; Schonberger, 2001; Hendricks, 2000; White Mazur, 1998; Mitroff et al, 1996; Barton, 1993; Glen, 1993; Gottschalk, 1993; Fink, 1986; Doherty, 1985. Krisis dapat terjadi pada perorangan maupun terhadap organisasi atau lembaga. Setiap jenis lembaga melayani kepentingan pihak tertentu sesuai dengan bentuknya dan masing-masing memiliki potensi masalah utama tersendiri. Masing-masing jenis lembaga, memiliki struktur formal, kemampuan dan pendekatan maupun intervensi yang berbeda ketika menghadapi krisis atau perubahan mendadak Mitroff, 2001; Barton, 1993; Booth, 1993; Glen, 1993; Pauchant dan Mitroff, 1992; Janis, 1989. Klasifikasi lembaga berdasarkan kepentingannya dapat dilihat pada Tabel 1. Bentuk Kepentingan utama yang harus dilayani Contoh Masalah utama Bisnis Pemilik saham Perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara, dll Harus mencari keuntungan Non profit Kelompok penerima jasa Universitas Harus menyeleksi calon penerima jasa Perhimpunan Para anggota Serikat pekerja, koperasi, perhimpunan tani dll Harus memenuhi kebutuhan anggota Lembaga publik Masyarakat umum Polisi, instansi pemerintah dll Harus melaksanakan prosedur tertentu Diolah dari Kreitner, 1986 Metoda yang paling sederhana dalam menghindari krisis adalah konsensus yang memungkinkan para pihak yang berkepentingan berpartisipasi dalam upaya mencegah konflik. Pengambilan keputusan berdasarkan konsensus tergantung pada dua hal, yakni 1 optimasi dari terpenuhinya kepentingan para pihak dan 2 kompromi dari pihak-pihak yang berkepentingan. Pemilihan langkah antara pencegahan, penghindaran dan penanggulangan tergantung pada perbandingan antara biaya perlakuan dengan dampak yang mungkin timbul. Jika biaya penghindaran atau pencegahan lebih besar dibandingkan dengan kerugian yang timbul akibat dampak krisis, maka pihak manajemen lebih tepat memilih penanggulangan krisis tersebut Mitroff, 2001; Moscovici Doise, 1994; Gottschalk, 1993; Fink, 1986. Pencegahan dan penghindaran krisis tergolong langkah yang sangat rumit, karena datangnya krisis pada umumnya sangat mendadak serta perkembangannya sangat cepat. Sehingga, upaya melakukan konsensus guna menyelesaikan krisis, sangat sulit dilakukan setelah krisis mulai berlangsung. Perencanaan dan kesiagaan penanggulangan krisis crisis planning and preparedness yang tepat merupakan faktor kunci bagi keberhasilan Tabel 1. Klasifikasi lembaga berdasarkan kepentingan