berkemampuan menjalankan fungsi sesuai dengan tujuan rekayasanya. Langkah verifikasi dilaksanakan antara lain dengan penelisikan debugging berulang terhadap pemrograman
guna mengurangi kesalahan masing-masing modul sebelum memadukannya menjadi suatu kesatuan. Verifikasi model juga dilakukan dengan memeriksa kemampuan kinerja model,
ketepatan interface antara model yang dibentuk dengan aplikasi lainnya Martis, 2006; Sargent, 2005; Marimin, 2004; Carson, 2002; Sargent, 2000; Blanchard, 1998; Eriyatno,
1998.
4.2.9. Perancangan Implementasi
Pengembangan model manajemen krisis CrismanSoft dilakukan dengan menerjemahkan representasi pengetahuan menjadi bahasa perintah yang dapat dipahami
komputer. Model ini dibangun berdasarkan asupan data dari sebuah perusahaan industri tapioka di Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Setelah model divalidasi dan
diverifikasi serta mampu menunjukkan secara konsisten kinerja kepakaran dalam manajemen krisis, model ini dapat diimplementasikan pada industri tapioka yang sudah
berjalan, dengan memenuhi beberapa ketentuan. Krisis yang dianalisis dalam model ini adalah krisis internal yang mencakup krisis
bahan, krisis ekonomi dan finansial, krisis teknologi dan krisis sosial. Model manajemen krisis CrismanSoft dirancang berkemampuan menyajikan peringatan dini, menyajikan
dampak dan peluang krisis internal dan menyajikan rekomendasi guna mengatasi krisis atau kemungkinan krisis tersebut. Rekomendasi yang dihasilkan hanya akan bermanfaat
bagi para pengambil keputusan atau pihak-pihak yang memiliki otoritas guna mengeksekusikan rekomendasi yang dimaksud.
Model CrismanSoft dapat diimplementasikan pada industri tapioka yang sudah berjalan. Perusahaan tapioka tersebut harus memiliki data yang lengkap sebagaimana
diperlukan oleh model ini, yang meliputi pasokan bahan baku, pasokan air, pasokan bahan pembantu, pasokan bahan bakar, produksi tapioka maupun penjualan tapioka. Data
finansial dan ekonomi, data ketersediaan teknologi dan data sosial yang didaur dari pakar, harus diperbarui sesuai dengan kenyataan di perusahaan yang mengimplementasikan
model ini.
V. ANALISIS SISTEM
Penerapan ilmu sistem dalam manajemen, mempersyaratkan penggunaan teori dasar yang bersifat kuantitatif yang mencakup pemodelan matematis, analisis fungsional
terhadap model matematis yang digunakan, teori kontrol, teori estimasi dan teori pengambilan keputusan. Penerapan teori pengambilan keputusan yang dilandasi
pendekatan statistik, meminimumkan tingkat kesalahan dalam rekomendasi atau keluaran yang dihasilkan suatu sistem. Dalam sistem yang kompleks yang memiliki peubah cukup
banyak dan keluarannya bersifat sangat majemuk, penerapan teori pengambilan keputusan seringkali tidak menghasilkan kinerja yang memuaskan Marimin, 2004; Whitten et al,
2004; Kendall Kendall, 2004; Kusumadewi, 2003; Humphrey Kaolinsky, 1998; Blanchard Fabrycky, 1981; Kauffman, 1968.
Secara ringkas, suatu sistem harus memenuhi kriteria falsafah cybernetics, holistik dan efektif. Cybernetics berarti sistem harus berorientasi pada tujuan, sehingga
perancangan atau rekayasa suatu sistem dimulai dengan penetapan tujuan melalui analisis sistem. Holistik berarti sistem harus bersifat utuh karena segmentasi atau cara pandang
parsial dapat mereduksi kemampuan dan kinerja sistem. Efektif berarti sistem harus lebih mementingkan hasil guna secara operasional dan layak dibandingkan pendalaman teoretik
mengenai efisiensi pengambilan keputusan. Tiga persyaratan pertimbangan utama yang harus dipenuhi dalam pengkajian
sistem yakni kompleksitas, dinamis dan probabilistik. Pertimbangan mengenai kompleksitas atau kerumitan suatu sistem, mengharuskan interaksi antara subsistem
maupun elemen dalam subsistem yang cukup rumit dapat dikenali. Sistem juga harus dinamis, artinya dapat menampung perubahan faktor-faktornya seiring perubahan waktu,
serta dapat memprediksikan keadaan di masa mendatang. Sistem juga harus memenuhi persyaratan probabilistik, yang memungkinkan penentuan peluang dalam inferensi
kesimpulan maupun pelaksanaan rekomendasi yang dihasilkan Eriyatno, 1998. Rekayasa atau sintesis sistem, ditempuh setelah analisis sistem dirampungkan.
Analisis sistem pada umumnya didahului oleh analisis kebutuhan dan identifikasi sistem. Analisis sistem antara lain meliputi formulasi masalah, penyusunan alternatif sistem,
penetapan realisasi fisik, sosial, dan politik, yang dilanjutkan dengan penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan Gambar 29.