Identifikasi Sistem ANALISIS SISTEM

Dewasa ini penggunaan komputer sebagai pengolah data dan penyimpan data dalam rekayasa dan aplikasi suatu sistem merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan. Pada tahap implementasi komputer, model matematis diaplikasikan dalam bentuk berbagai persamaan, diagram alir dan diagram kotak. Rekayasa model dapat didekati melalui dua cara, yakni menggunakan pendekatan kotak gelap dan pendekatan struktur. Tidak jarang kedua pendekatan ini diterapkan secara serentak dengan tujuan mendapatkan model yang lebih efektif. Pada pendekatan kotak gelap, identifikasi model yang akan dibentuk dilakukan dengan pengamatan terhadap perilaku sistem yang telah ada. Perilaku dan kinerja sistem yang telah ada tersebut dikaji melalui teknik statistik dan matematis, sehingga didapatkan model matematis yang hasilnya paling mendekati hasil operasional yang diperoleh melalui sistem yang ada. Pendekatan kotak gelap sulit diterapkan pada perancangan sistem yang masih baru, yang tujuannya masih bersifat konseptual. Pemodelan sistem menggunakan pendekatan kotak gelap dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yakni yang bersifat analitis, sintesis, rekayasa design dan pengendalian control sebagaimana diungkapkan pada Tabel 6. Pemodelan sistem analitis diterapkan jika asupan dan proses dalam sistem yang dipelajari telah diketahui dan keluarannya yang belum diketahui secara pasti. Sedang pemodelan sistem rekayasa, asupan dan keluaran sudah diketahui dan prosesnya yang masih belum diketahui. Pada pemodelan sistem pengendalian, proses maupun keluaran sistem sudah diketahui dan asupan sistem tersebut yang masih harus dipelajari. Manajemen krisis dalam perusahaan agroindustri adalah segenap tindakan pendeteksian sampai penanggulangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan agroindustri sewaktu menghadapi krisis internal. Jenis-jenis krisis internal yang biasa melanda suatu perusahaan, dapat dilihat rinciannya pada Tabel 7. Dalam perusahaan, biasanya penyusunan rencana pengelolaan krisis didahului dengan pembentukan tim manajemen krisis crisis management team. Anggota inti dari tim manajemen krisis sangat tergantung dari jenis usaha dan kemungkinan krisisnya. Pada umumnya terdiri atas pimpinan puncak atau manajemen senior, direktur keuangan, Tabel 6. Klasifikasi pendekatan sistem Komponen Sistem Pendekatan Sistem Asupan Proses Keluaran Analitis Diketahui Diketahui Tidak Diketahui Rekayasa Diketahui Tidak Diketahui Diketahui Pengendalian Tidak Diketahui Diketahui Diketahui Sintesis Diketahui Tidak Diketahui Tidak Diketahui pimpinan hubungan kemasyarakatan public relation dan konsultan hukum Mitroff, 2001; White Mazur, 1998; Lerbinger, 1997; Hurst, 1995; Mallozzi, 1994; Moscovici Doise, 1994; Barton, 1993; Booth, 1993; Gottschalk, 1993; Janis, 1989; Jefkins, 1987; Fink, 1986. Ekonomis Informasional Fisik Sumberdaya Manusia Reputasi Perbuatan tidak Waras Bencana Alam Pemogokan Kehilangan informasi konfidensial Hilangnya peralatan atau bahan utama Kehilangan pimpinan penting Fitnah Perusakan pemalsuan produk Gempa bumi Pemberontakan buruh Keterangan palsu Rusaknya peralatan penting Kehilangan karyawan penting Menyebarnya berita buruk Penculikan Kebakaran Kekurangan pekerja Kerusakan data komputer Rusaknya fasilitas penting Meningkatnya absen karyawan Merebaknya ejekanhinaan Penyanderaan Banjir Penurunan Harga Saham Hilangnya data pelanggan Meningkatnya kecelakaan dan vandalisme Merebaknya isurumors Aksi Teror Ledakan Pasar anjlok Aksi kekerasan di tempat kerja Rusaknya reputasi perusahaan Kerusuhan di tempat kerja Topan Penurunan pendapatan Perusakan pemalsuan logo perusahaan Badai Sumber: Mitroff 2001 Pembentukan model simulasi diawali dengan formulasi masalah dan rencana pembelajaran model, yang dilanjutkan dengan pengumpulan data dan penetapan model. Pemilihan teknik pengambilan keputusan dan bahasa pemrograman komputer merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam implementasi model. Hal ini mempengaruhi ketelitian hasil komputasi, biaya operasi model, kesesuaian dengan jenis komputer yang tersedia, serta efektivitas proses pengambilan keputusan berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan oleh model. Setelah model dalam bentuk program komputer dibuat, dilakukan verifikasi atau pembuktian mengenai kesesuaian kemampuan program itu menjalankan simulasi dibandingkan dengan sistem yang akan dibentuk Midgley, 2000; Eriyatno, 1998; Blanchard, 1998; Coyle, 1995; Law Kelton, 1991; Blanchard Fabrycky, 1981. Asupan data terhadap model tersebut, setelah diolah bisa menghasilkan gambaran mengenai tahapan krisis yang dihadapi perusahaan agroindustri, dampak atau risiko yang muncul, peluang terjadinya serta pilihan-pilihan tindakan guna mencegah atau menanggulangi krisis tersebut. Model simbolik atau matematis yang dibuat dalam bentuk kinerja logis maupun kuantitatif guna mewakili realisasi manajemen krisis dalam perusahaan agroindustri, diaplikasikan dalam CrismanSoft guna memudahkan manipulasi pengamatan mengenai Tabel 7. Jenis-jenis krisis internal kecenderungan trend atau reaksi yang timbul terhadap asupan tertentu. Penerapan model matematis seperti pemulusan, dilakukan guna mencari pemecahan analitis analytical solution atau upaya simulasi. Pembelajaran suatu model simbolik yang rumit agar dapat menghasilkan pemecahan yang diinginkan hanya dapat dilakukan melalui simulasi Marimin, 2004; Eriyatno, 1998; Blanchard, 1998; Coyle, 1995; Law Kelton, 1991; Blanchard Fabrycky, 1981. Kerumitan dalam coding dan pemodelan secara rinci hanya bagian dari keseluruhan upaya simulasi guna memahami atau merekayasa kerumitan manajemen krisis dalam perusahaan agroindustri. CrismanSoft, model pengelolaan krisis yang dihasilkan dalam penelitian ini, merupakan sistem pendukung keputusan guna menghadapi krisis perusahaan agroindustri, melalui keterpaduan sistem dan analisis data serta teknik representasi dan inferensi tertentu. Selain itu kriteria evaluasi masing-masing pengambilan keputusan dalam model, ditetapkan menggunakan parameter yang berkaitan secara langsung dengan masalah pokok yang akan diselesaikan. Misalnya ambang batas krisis pasokan bahan baku, pasokan air, krisis pemasaran dan lain-lain. Dilakukan juga pemilihan teknik pemodelan, berupa aplikasi teknik analitis dan inferensi fuzzy dalam bentuk model atau serangkaian submodel. Dilanjutkan dengan penyediaan data asupan yang sesuai dengan persyaratan spesifik yang telah ditentukan dan dipresentasikan dalam format yang benar. Langkah terakhir adalah ujicoba dan manipulasi model. Aspek pengambilan keputusan dalam ilmu sistem dipengaruhi oleh teknik pembuatan model dan sangat tergantung pada pendekatan kuantitatif yang digunakan dan menuntut perhitungan risiko serta ketidakpastian. Langkah memastikan model sesuai dengan kebutuhan dilakukan melalui verifikasi dan validasi. Langkah-langkah ini diperlukan guna memastikan bahwa model yang dibentuk dapat dipercaya credible dan dapat diterima oleh pihak pengguna Marimin, 2004; Marimin, 2002; McLeod, 2001; Turban Aronson, 2001; Levin et al, 2000; Stevenson, 1999.

VI. PEMODELAN

6.1. Kerangka Model

Penelitian ini difokuskan pada rekayasa model simulasi manajemen krisis bagi perusahaan agroindustri, dengan mengambil studi kasus pada perusahaan tapioka di Kabupaten Lampung Timur. Lingkup yang dikaji secara khusus dalam pengelolaan krisis mencakup masalah bahan, teknologi, ekonomi dan sosial. Manajemen krisis dalam perusahaan agroindustri diwakili oleh suatu model simulasi, yang bereaksi terhadap asupan tertentu. Model manajemen krisis CrismanSoft merupakan paket aplikasi komputer yang mampu menyajikan peringatan dini dan tahapan maupun risiko krisis internal yang dihadapi perusahaan agroindustri dan menyuguhkan solusi alternatif berupa tindakan pencegahan, penghindaran dan penanggulangan krisis tersebut. Konfigurasi paket program ini Gambar 31 tersusun atas Sistem Manajemen Basis Data Data Base Management System, Sistem Manajemen Basis Model Model Base Management System dan Sistem Manajemen Basis Pengetahuan Knowledge Base Management System. Ketiga sistem itu Gambar 31. Konfigurasi model manajemen krisis. dihubungkan dengan Sistem Pengolahan Data data processing yang menjadi penghubung antar sistem, yang kemudian berinteraksi dengan Sistem Manajemen Dialog yang berfungsi sebagai tampilan bagi pengguna user interface. Asupan data terhadap model tersebut, setelah diolah bisa menghasilkan gambaran mengenai dampak dan peluang terjadinya krisis serta pilihan-pilihan tindakan guna mencegah atau menanggulangi krisis tersebut. Sistem Manajemen Basis Data merupakan basis penyimpanan data bagi seluruh model yang disusun. Sistem Manajemen Basis Data berisi kumpulan data yang berkaitan dengan permasalahan krisis yang akan dianalisis melalui simulasi. Sistem ini secara terintegrasi memungkinkan pengelolaan basis data antara lain dalam bentuk pengaksesan data maupun perubahan penambahan, pengurangan dan penghapusan data. Sistem Manajemen Basis Data harus dapat menjamin kemudahan pemeliharaan maupun pemanfaatan data, pengumpulan data dalam jumlah yang sangat besar, peningkatan efisiensi, kemudahan akses maupun pengembangan aplikasi, serta kemudahan perawatan, perbaikan dan pengembangan sistem di kemudian hari. Sistem Manajemen Basis Model dalam manajemen krisis tersusun atas: • Submodel Krisis Bahan • Submodel Krisis Teknologi • Submodel Krisis Finansial • Submodel Krisis Sosial • Submodel Alternatif Solusi. Sistem Manajemen Basis Pengetahuan merupakan basis penyimpanan data hasil akuisisi pengalaman, naluri dan pengetahuan para narasumber. Sistem ini dilengkapi dengan fungsi pengolahan inference engine yang memungkinkan penggabungan hasil- hasil pengolahan data dengan pengetahuan dan pengalaman pakar dalam proses pengambilan keputusan. Sedang Sistem Pengolahan Data merepresentasikan permasalahan krisis yang dihadapi oleh perusahaan agroindustri dalam format kuantitatif sebagai dasar simulasi atau pengambilan keputusan. Sistem pengolahan data mencakup juga tujuan pengambilan keputusan, kendala atau constraints, kaidah dan komponen pengambilan keputusan, serta hal-hal lain yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan. Sistem Pengolahan Problematik merupakan fasilitas aplikasi yang berfungsi mengolah data maupun informasi dari sistem lainnya dan menyiapkannya menjadi asupan bagi Sistem Manajemen Dialog.