Himpunan fungsi keanggotaan pada tawas menggunakan fungsi Gaussian. Himpunan tersebut menggambarkan persentase tingkat kelebihan atau kekurangan bahan pembantu tawas. Himpunan
fungsi keanggotaan disajikan pada tabel di bawah ini.
Himpunan Fuzzy Tawas
σ
c
Sangat Tinggi 10
100 Tinggi 10
75 Sedang 10
50 Rendah 10
25 Sangat Rendah
10 Pola fungsi keanggotaan disajikan pada gambar di bawah ini:
Masukan yang kedua yaitu belerang. Dengan fungsi keanggotaan adalah tingkat persentase kekurangan atau kelebihan belerang. Fungsi keanggotaan menggunakan fungsi Gaussian dengan
parameter sebagai berikut:
Himpunan Fuzzy Belerang
σ
c
Sangat Tinggi 10
100 Tinggi 10
75 Sedang 10
50 Rendah 10
25 Sangat Rendah
10 Fungsi keanggotaan belerang disajikan pada gambar berikut ini:
Masukan selanjutnya adalah zak pembungkus. Fungsi keanggotaan didefinisikan dengan fungsi keanggotaan Gaussian. Parameter pada fungsi keanggotaan zak pembungkus disajikan pada tabel di
bawah ini.
Himpunan Fuzzy Zak Pembungkus
σ
c
Sangat Tinggi 10
100 Tinggi 10
75 Sedang 10
50 Rendah 10
25 Sangat Rendah
10 Gambar fungsi keanggotaan pada zak pembungkus seperti pada gambar di bawah ini:
Masukkan yang terakhir adalah PAC, dengan fungsi keanggotaan juga menggunakan fungsi Gaussian. Fungsi Gaussian tersebut menggunakan parameter seperti pada gambar di bawah ini.
Himpunan Fuzzy PAC
σ
c
Sangat Tinggi 10
100 Tinggi 10
75 Sedang 10
50 Rendah 10
25 Sangat Rendah
10 Fungsi keanggotaan tersebut dikelompokkan menjadi lima kelompok pada persentase sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Gambar fungsi keanggotaan tersebut seperti disajikan pada gambar berikut.
Sedangkan fungsi keanggotaan keluaran didefinisikan sebagai sebuah fungsi linier mengikuti fuzzy Sugeno orde 1. Persamaan tersebut mengikuti rumus:
e dx
cx bx
ax x
f +
+ +
+ =
4 3
2 1
Nilai konstanta pada masing-masing parameter penyusun fungsi keanggotaan adalah sebagai berikut:
Himpunan konstanta a
b c
d e
Sangat Tinggi
1 1 1 1 100
Tinggi 1 1 1 1
75 Sedang
1 1 1 1 50
Rendah 1 1 1 1
25 Sangat
Rendah 1 1 1 1 0
b. Rule Fuzzy Kelebihan Bahan Pembantu
Evaluasi krisis bahan pembantu dilakukan dengan rule. Rule tersebut adalah sebagai berikut: Rule I
If Tawas Sangat Tinggi dan Belerang Sangat Tinggi dan Zak Pembungkus Sangat Tinggi dan PAC sangat tinggi maka dampak krisis bahan pembantu
sangat tinggi Rule II
If Tawas Tinggi dan Belerang Tinggi dan Zak Pembungkus Sangat Tinggi dan PAC sangat tinggi maka dampak krisis bahan pembantu tinggi
Rule III If Tawas Sedang dan Belerang Sedang dan Zak Pembungkus Sangat Tinggi dan
PAC sangat tinggi maka dampak krisis bahan pembantu Sedang Rule IV
If Tawas Rendah dan Belerang Rendah dan Zak Pembungkus Sangat Tinggi dan PAC sangat tinggi maka dampak krisis bahan pembantu Rendah
Rule V If Tawas Sangat Rendah dan Belerang Sangat Rendah dan Zak Pembungkus
Sangat Tinggi dan PAC sangat tinggi maka dampak krisis bahan pembantu Sangat Rendah
6. KEKURANGAN AIR a. Rancangan Fuzzy Kekurangan Air
Krisis kekurangan air didefinisikan sebagai dampak krisis akibat kekurangan pasokan air yang digunakan dalam proses produksi. Rancangan fuzzy dalam analisis kekurangan air adalah nilai
persentase kekurangan air dan keluarannya adalah tingkat dampak yang diakibatkan oleh kekurangan air.
Fungsi keanggotaan untuk persen kekurangan air dihitung berdasarkan tingkat pasokan dan tingkat kebutuhan air yang dihitung dari perkiraan produksi. Fungsi keanggotaan untuk kekurangan air
menggunakan fungsi Gaussian. Pendefinisiannya adalah sebagai berikut:
Himpunan Fuzzy Air
σ
c
Sangat Tinggi 10
100 Tinggi 10
75 Sedang 10
50 Rendah 10
25 Sangat Rendah
10 Gambar fungsi keanggotaan untuk persentase kekurangan air adalah sebagai berikut:
Himpunan fungsi keanggotaan keluaran adalah berupa persamaan linier. Persamaan tersebut didefinisikan dengan fungsi fx = ax + b. Nilai konstanta a dan b untuk masing-masing fungsi
keanggotaan disajikan pada tabel di bawah ini:
Himpunan Fungsi Keanggotaan Dampak Krisis Air a
b
Sangat Tinggi 1
10 Tinggi 1
8 Sedang
1 6
Rendah 1 4
Sangat Rendah 1
2
b. Rule Fuzzy Kekurangan Air
Rule yang digunakan untuk mengevaluasi dalam penentuan dampak krisis terdiri dari lima rule. Rule tersebut antara lain sebagai berikut:
Rule I If persen kekurangan air sangat tinggi maka dampak krisis air sangat tinggi
Rule II If persen kekurangan air tinggi maka dampak krisis air tinggi
Rule III If persen kekurangan air sedang maka dampak krisis air sedang.
Rule IV If persen kekurangan air rendah maka dampak krisis air rendah
Rule V If persen kekurangan air sangat rendah maka dampak krisis air sangat rendah