Titik Impas Pay Back Period PBP Return on investment ROI

IV. METODOLOGI

4.1. Kerangka Pemikiran

Rekayasa model pengelolaan krisis CrismanSoft dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa krisis internal perusahaan merupakan agregasi dari sejumlah krisis di berbagai bagian atau fungsi dalam perusahaan tersebut Gambar 26. Besaran krisis diukur dari dampak krisis skala 0-10 dan peluang krisis 0-100 persen. Dalam penelitian ini, krisis komprehensif perusahaan merupakan agregasi daripada krisis bahan, krisis teknologi, krisis sosial dan krisis finansial. Model simbolik atau matematis yang dibuat dalam bentuk kinerja logis maupun kuantitatif guna mewakili realisasi manajemen krisis dalam perusahaan agroindustri, diaplikasikan dalam CrismanSoft guna memudahkan manipulasi pengamatan mengenai kecenderungan trend atau reaksi yang timbul terhadap asupan tertentu. Penerapan model matematis seperti pemulusan, dilakukan guna mencari pemecahan analitis analytical Gambar 26. Konfigurasi model simulasi manajemen krisis. solution atau upaya simulasi Marimin, 2004; Eriyatno, 1998; Blanchard, 1998; Coyle, 1995; Law Kelton, 1991; Blanchard Fabrycky, 1981. Suatu sistem dapat digunakan sebagai piranti yang memudahkan proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan terbagi menjadi yang terprogram dan tidak terprogram. Pengambilan keputusan terprogram didasari data yang telah diketahui sebelumnya, dengan teknik-teknik tertentu dan prosedur atau kebijakan yang telah dibakukan sebelumnya, serta bersifat rutin, telah terdefinisikan secara baik dan parameternya jelas. Pengambilan keputusan yang tidak terprogram, biasanya berkaitan dengan persoalan yang rumit dan parameter yang sulit dirumuskan, sehingga memerlukan naluri dan pengalaman di samping dukungan pengetahuan, serta informasi yang cukup. Pengambilan keputusan tidak terprogram umumnya dilakukan oleh manajemen puncak. Banyak pengambilan keputusan yang merupakan gabungan dari kedua kutub tersebut Daihani, 2001; Wright et al., 1996; McKenney, 1995. Dalam model yang dihasilkan melalui penelitian ini, pengambilan keputusan mengenai krisis maupun pemilihan solusi guna mengantisipasi krisis menggunakan cara gabungan antara pengambilan keputusan terprogram dan pengambilan keputusan tidak terprogram. Pengambilan keputusan terprogram dilakukan berdasarkan hasil peramalan menggunakan seri data dari lapang, sedang pengambilan keputusan tidak terprogram didasari oleh pengetahuan, pengalaman, naluri maupun informasi para manajemen puncak perusahaan industri tapioka yang diakuisisi melalui wawancara dan pengisian angket Lihat Lampiran 1 dan Lampiran 2. Pendapat para pakar atau praktisi industri tapioka diakuisisi guna menetapkan peluang krisis dan pilihan solusi terhadap jenis-jenis krisis yang lazim dihadapi oleh perusahaan industri tapioka. Pengambilan keputusan dilakukan melalui suatu sistem pakar yang didukung teknik inferensi fuzzy non-numerik metoda Sugeno atau Metoda Takagi- Sugeno-Kang TSK, berdasarkan kaidah rule-base. Termasuk dalam agregasi krisis finansial dan ekonomi perusahaan berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan usaha. Pengukuran kriteria subjektif dalam penelitian ini menggunakan lima skala hedonik peubah linguistik Sangat Rendah, Rendah, Sedang, Tinggi dan Sangat Tinggi. Model manajemen krisis CrismanSoft banyak menggunakan inferensi fuzzy dalam proses analisis maupun pengambilan keputusan. Analisis dampak krisis bahan maupun krisis finansial yang menghasilkan nilai-nilai crisp diubah menjadi bilangan fuzzy berdasarkan metoda representasi tertentu melalui pemrosesan secara matematis yang dikenal sebagai proses fuzifikasi.