Pengembangan Klaster Kelapa Dalam Kebijakan Pemerintah Daerah

113 layak, untuk dikembangkan menjadi suatu klaster kelapa berbasis komunitas diharapkan dapat mendorong terwujudnya kemakmuran dan kestabilan ekonomi wilayah Kabupaten Pacitan. Pengembangan klaster menjadi salah satu alternatif untuk percepatan pengembangan unit-unit usaha mikro, kecil dan menengah produk kelapa, karena klaster merupakan aglomerasi ekonomi yang melibatkan pelaku dari hulu ke hilir, sehingga memungkinkan penggabungan skala usaha antar pelaku, yang karenanya dapat mengeliminasi beberapa kelemahan usaha mikro, kecil dan menengah terutama di bidang produksi dan pemasaran. Dengan penumbuhan klaster, kelembagaan ekonomi berbasis komunitas dapat bekerja sama dengan industri dan pemerintah daerah dalam mengarahkan masyarakat menuju dunia kerja yang menjanjikan masa depan yang lebih baik, sehingga para pemuda di Kabupaten Pacitan tidak perlu pergi merantau untuk mencari pekerjaan. Selain itu dengan penumbuhan klaster, komunitas perdesaan dapat membangun dan memperkuat industri kunci mereka sendiri.

5.9 Pengembangan Klaster Kelapa Dalam Kebijakan Pemerintah Daerah

Program prioritas yang diarahkan untuk menyelesaikan persolan- persoalan mendasar yang dihadapi oleh Kabupaten Pacitan sebagai salah satu daerah tertinggal sebagaimana tertuang dalam RPJM Daerah Kabupaten Pacitan dan Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal Stranas PDT Tahun 2006 – 2011 antara lain adalah program pengembangan ekonomi lokal dan program pemberdayaan masyarakat. Program pengembangan ekonomi lokal berdasarkan kondisi dan potensi wilayah, diarahkan pada kegiatan pokok sebagai berikut: a meningkatkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat, b meningkatkan kapital sosial yang ada dalam masyarakat, c mendorong tumbuhnya pusat kegiatan ekonomi baru dengan memperhatikan produk andalan wilayah, d meningkatkan akses masyarakat dan usaha mikro, kecil dan menengah kepada permodalan, pasar, informasi dan teknologi, e meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan, f mengembangkan kerja sama dan keterkaitan kegiatan ekonomi antar daerah dalam kegiatan ekonomi lokal, g penguatan dan penataan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat. Untuk merealisasikan kemandirian wilayah di Kabupaten Pacitan, maka langkah yang seharusnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan 114 adalah memadukan kebijakan top down dan bottom up planning melalui pendekatan partisipatif dan kewilayahan, diantaranya melalui pendekatan klaster. Bagan pengembangan ekonomi lokal melalui pendekatan klaster, yang memadukan antara klaster alamiah yang terbentuk dari aktivitas komunitas secara turun temurun dengan klaster industri intervensi pemerintah yang merupakan hasil top down planning tertera pada Gambar 11. Pengembangan klaster kelapa hendaknya dapat dipilih oleh Pemda Kabupaten Pacitan sebagai strategi pendekatan untuk mengoptimalkan peran dan fungsi usaha mikro, kecil dan menengah yang bergerak pada produk kelapa, terhadap kemandirian ekonomi wilayah di Kabupaten Pacitan. Hal ini karena pendekatan klaster dikembangkan secara kelompok sehingga lebih mempermudah dalam merumuskan kebijakan dan pengalokasian sumberdaya yang dibutuhkan. Dengan demikian dampak kemajuan dapat dirasakan secara kolektif dan biaya pengembangan lebih ekonomis daripada pelibatan pelaku secara individual. Gambar 11. Bagan Pengembangan Klaster Kelapa Dengan Pendekatan Pemda Kabupaten Pacitan Æ Pengembangan Ekonomi Lokal Local Government Policy KLASTER INDUSTRI KELAPA Aras Makro: - Political Will - Kebijakan Aras Mikro: - Partisipatif - Pemberdayaan - Penguatan kapasitas Pembangunan Komunitas Community Based Development Konsisten dan Sejalan Top down approach Bottom up approach Stakeholder yang terlibat Lembaga pendukung yang terkait dan infrastruktur 115 Top Down dan Bottom Up Upaya pengembangan produk unggulan daerah melalui pengembangan klaster industri tidak akan berhasil jika tidak diperkuat oleh political will Pemerintah Daerah. Dengan demikian, klaster alamiah yang terbentuk oleh kegiatan ekonomi masyarakat secara turun temurun tidak dapat memerankan fungsi yang mendukung pengembangan ekonomi di Kabupaten Pacitan. Hal ini perlu menjadi platform atau pijakan bagi upaya bersama kolaboratif yang sinergis antar pihak. Ini artinya bahwa pengembangan produk unggulan komoditas kelapa di Kabupaten Pacitan perlu menjadi agenda bersama sebagai gerakan percepatan pembangunan ekonomi di daerah. Strategi pengembangan klaster industri kelapa dapat memberikan dampak yang signifikan bagi pengembangan ekonomi wilayah Kabupaten Pacitan, melalui: proses partisipatif atau keterlibatan dalam dialog konstruktif antara pelaku bisnis, pemasok kunci, pembeli dan stakeholder kunci lainnya; penguatan keterkaitan yang saling menguntungkan antar stakeholder; pemberian kerangka penyediaan infrastruktur yang lebih terarah sesuai dengan kebutuhan dunia usaha; fasilitasi sistem administrasi layanan pemerintah daerah yang mendorong peningkatan produktivitas klaster. Gambar 12. Peran Pendampingan dalam Menciptakan Keseimbangan Dinamis antara Pembangunan Berbasis Komunitas dengan Kebijakan Pemerintah Daerah pada Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan Klaster Alamiah Berbasis Komunitas Kebijakan Pemda Kabupaten Pacitan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Level Komunitas Penguatan Unit-unit Usaha Produk Turunan Kelapa Level Kabupaten Pembangunan Kawasan Berbasis Klaster Industri Peran Pendamping 116 Pengembangan klaster memerlukan pendampingan yang intensif dan komprehensif, dalam arti pengembangan klaster mensyaratkan komitmen yang kuat dan jelas dari semua stakeholder yang berkepentingan. Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan sebagai inisiator sangat dibutuhkan. Peran penting pendampingan dalam pengembangan klaster kelapa adalah memfasilitasi berbagai stakeholders, baik yang dapat dikategorikan ke dalam sektor publik, sektor swasta maupun collective action sector. Peranan pedampingan adalah menjembatani berbagai stakeholders agar mampu menciptakan “keseimbangan dinamis” antara pengembangan klaster alamiah berbasis komunitas yang terbentuk oleh kegiatan ekonomi masyarakat secara turun temurun dengan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan dalam rangka pengembangan ekonomi lokal. Peranan pendampingan yang menciptakan keseimbangan dinamis antara pengembangan klaster alamiah berbasis komunitas dengan kebijakan pemerintah daerah dijabarkan dalam Gambar 12. 117

VI. PERUMUSAN STRATEGI

Perumusan alternatif strategi pembangunan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap masukan input stage dengan melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal; tahap penggabungan matching stage ; serta tahap pengambilan keputusan decision stage. Metode yang dipilih untuk merumuskan strategi adalah analisis SWOT Strength- Weakness-Opportunity-Threat dan analisis QSPM Quantitative Strategic Planning Matrix.

6.1 Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan responden di lapangan, diperoleh beberapa faktor strategis yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan ekonomi lokal berbasis komoditas kelapa di Kabupaten Pacitan. Faktor strategis tersebut terdiri dari 1 faktor internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan, 2 faktor eksternal yang meliputi peluang dan ancaman.

6.1.1 Faktor Internal

Beberapa faktor internal yang berpengaruh terhadap pengembangan ekonomi lokal berbasis komoditas kelapa di Kabupaten Pacitan terdiri dari kekuatan strengths dan kelemahan weakness. Faktor kekuatan meliputi: 1 kebijakan pemerintah daerah, 2 potensi sumberdaya alam keunggulan komparatif dan kompetitif, 3 penyerapan tenaga kerja, 4 produk turunan kelapa memiliki nilai tambah, 5 produk turunan kelapa memiliki kelayakan finansial dan menguntungkan. Faktor kelemahan meliputi: 1 kualitas dan ketrampilan SDM, 2 kelembagaan penunjang, 3 informasi dan jaringan pemasaran, 4 infrastruktur sarana dan prasarana, 5 permodalan dan akses pembiayaan. Kekuatan 1. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan, sesuai Keputusan Menteri Pembangunan Tertinggal Nomor 01 Tahun 2005, merupakan salah satu dari 8 kabupaten di Jawa Timur yang masuk kategori daerah tertinggal. Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Dalam rangka melaksanakan