Kerangka Pemikiran METODOLOGI KAJIAN

45

III. METODOLOGI KAJIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Kabupaten Pacitan merupakan salah satu daerah tertinggal dari delapan kabupaten di Jawa Timur. Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. Daerah tertinggal ditetapkan dengan menggunakan enam kriteria yaitu perekonomian masyarakat, sumberdaya manusia, sarana-prasarana infrastruktur, kemampuan keuangan lokal, aksesibilitas dan karakteristik daerah Pemkab Pacitan, 2006. Daerah-daerah yang terbelakang atau tertinggal mempunyai ketergantungan yang kuat dengan daerah luar. Daerah tersebut melakukan kegiatan pembangunan ekonomi untuk menghilangkan keterbelakangan dan mengurangi ketergantungan. Daerah-daerah yang terbelakang harus melakukan perubahan yang mendasar atau fundamental agar mampu berdiri sendiri. Pengembangan ekonomi lokal merupakan sebuah upaya untuk mengendalikan aktivitas ekonomi bagi masyarakat lokal yang terbelakang. Dengan adanya pengembangan ekonomi lokal, memungkinkan kelompok masyarakat miskin produktif seperti petani kelapa dapat masuk dalam rantai perekonomian yang lebih besar. Konsep pengembangan ekonomi lokal memberikan peluang kepada suatu komunitas untuk berperan dan berinisiatif menggerakkan sumberdaya-sumberdaya lokal yang ada untuk membangun komunitas tersebut. Kabupaten Pacitan adalah salah satu penghasil kelapa, karena kelapa merupakan komoditas utama yang tersebar di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan. Namun potensi kelapa yang dimiliki Kabupaten Pacitan belum dimanfaatkan secara optimal dan belum mampu menjadi penggerak utama perekonomian lokal. Diharapkan upaya pengembangan ekonomi lokal yang berbasis pada komoditas kelapa, dapat menggerakkan perekonomian masyarakat sehingga Kabupaten Pacitan tidak lagi termasuk kategori daerah tertinggal. Setiap wilayah perlu melihat sektor atau komoditas apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat. Tidak semua sektor dalam suatu perekonomian memiliki kemampuan tumbuh yang sama. Perencana pembangunan ekonomi biasanya akan memanfaatkan sektor-sektor yang dapat tumbuh tinggi sektor basis, atau sektor kunci, atau sektor unggulan untuk mendorong pertumbuhan rata-rata yang relatif tinggi. Perkembangan 46 sektor atau komoditas tersebut akan mendorong sektor lain turut berkembang sehingga perekonomian daerah secara keseluruhan akan tumbuh. Analisis Location Quotient LQ merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui keunggulan komparatif komoditas kelapa di Kabupaten Pacitan sehingga eksistensinya diharapkan dapat menjadi kegiatan basis ekonomi wilayah. Dalam pengembangan suatu wilayah, selain potensi keunggulan komparatif maka perlu diketahui pula keunggulan kompetitif. Untuk itu perlu diketahui pergeseran struktur komoditas atau sektor dan seberapa besar share komoditas atau sektor tersebut di suatu wilayah dibandingkan dengan cakupan wilayah referensi yang lebih luas, dalam dua titik waktu. Dengan memahami struktur dan kontribusi sub sektor perkebunan atau komoditas kelapa di Kabupaten Pacitan, dapat menjelaskan kemampuan berkompetisi competitiveness komoditas kelapa secara dinamis dalam hubungannya dengan pertumbuhan wilayah. Dalam pengembangan ekonomi lokal, diperlukan langkah untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sekumpulan kegiatan ekonomi yang terkait dan atau berpusat pada sebuah komoditas, mulai dari pra produksi hingga pasca produksi, yang disebut dengan klaster. Klaster dapat berupa klaster pertanian dan klaster industri, tergantung dari kegiatan ekonomi yang dominan dalam kawasan itu. Klaster yang dikembangkan umumnya berpusat pada komoditas. Berkenaan dengan strategi pengembangan ekonomi lokal yang berbasis komoditas kelapa, maka pengembangan klaster industri kelapa selayaknya dicoba untuk diinisiasi di Kabupaten Pacitan, dengan terlebih dahulu mengidentifikasi kelayakan finansial, nilai tambah dan marjin pemasaran yang memberikan dampak kesejahteraan bagi masyarakat petani-pengrajin yang miskin. Konsep klaster yang dipopulerkan oleh Porter 1990 dalam Zulham 2007 menggambarkan bahwa daya saing satu wilayah ditentukan oleh kerja sama yang serasi antar unit usaha dan industri yang terdapat di suatu wilayah. Mengacu pada konsep tersebut, unit-unit usaha dan kelembagaan dalam klaster industri kelapa diharapkan memerankan fungsi hubungan yang saling mendukung untuk pengembangan ekonomi di Kabupaten Pacitan. Berkaitan dengan hal ini, maka kajian tentang klaster kelapa dapat dijadikan landasan bagi pengambil kebijakan untuk mempertimbangkan bentuk klaster kelapa yang dapat dikembangkan di Kabupaten Pacitan. 47 Berdasarkan hasil kajian Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal Bappenas 2003 menunjukkan bahwa bentuk-bentuk klaster yang ada di Indonesia dapat dikategorikan sebagai: pertama, klaster industri yang terbentuk secara alamiah tanpa intervensi pemerintah. Dan, kedua, klaster industri yang berkembang karena intervensi pemerintah. Klaster menurut kategori pertama terbentuk oleh kegiatan ekonomi masyarakat secara turun temurun. Sedangkan klaster menurut kategori kedua, didorong oleh upaya pengembangan potensi ekonomi dalam rangka melaksanakan program pemerintah. Pengembangan ekonomi lokal yang menggunakan strategi pengembangan klaster merupakan proses penjalinan kepentingan antara sektor pemerintah, swasta dan masyarakat. Hal ini membutuhkan komitmen yang berkelanjutan dari pemerintah daerah, kalangan bisnis, dan dunia pendidikan. Untuk itu diperlukan kepeloporan dan kerjasama yang erat, dimana masing- masing pihak harus memberikan komitmen penuh terhadap perannya. Kepemimpinan Pemerintah Daerah Kabupaten dan kemampuannya untuk memobilisasi “pemain-pemain” dari kalangan non pemerintah, merupakan kunci sukses dalam pengembangan ekonomi lokal. Berdasarkan hal-hal tersebut maka disusun perumusan strategi dengan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap masukan, tahap analisis, dan tahap keputusan. Pada tahap masukan input stage dilakukan identifikasi mengenai faktor-faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang bersifat strategis berupa analisa EFE dan IFE. Pada tahap penggabungan matching stage digunakan Matriks SWOT guna memetakan posisi lembaga terhadap lingkungannya dan menetapkan strategi umum. Hasil analisis SWOT yang dilanjutkan dengan QSPM akan memetakan posisi lembaga terhadap lingkungannya dan menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran lembaga ke depan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan dari para stakeholder. Salah satu program prioritas dari Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal Kabupaten Pacitan Tahun 2006 – 2011 adalah pengembangan ekonomi lokal, yang diarahkan untuk mengembangkan ekonomi daerah tertinggal dengan didasarkan pada pendayagunaan potensi sumberdaya lokal yang dimiliki masing-masing wilayah, oleh pemerintah daerah dan masyarakat. Dalam menginisiasi strategi pengembangan ekonomi lokal, langkah yang perlu 48 dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan adalah memadukan kebijakan top down dan bottom up planning, sehingga kegiatan ekonomi masyarakat yang telah dilakukan secara turun temurun dan membentuk klaster alamiah, dapat diperkuat dengan intervensi kebijakan. Kerangka pemikiran kajian pengembangan ekonomi lokal berbasis komoditas kelapa di Kabupaten Pacitan tersaji dalam Gambar 7. TAHAP MASUKAN Input Stage IFE EFE TAHAP PENGGABUNGAN Matching Stage Matriks SWOT TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN Decision Stage QSPM KABUPATEN PACITAN termasuk kategori daerah tertinggal dilihat dari aspek : perekonomian masyarakat, SDM, infrastruktur, kemampuan keuangan lokal Pengembangan Ekonomi Lokal PEL : • Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang memberikan dampak terhadap rumah tangga miskin dan UMKM. • Memperluas kesempatan kerja • Pemberdayaan produsen masyarakat miskin Potensi SDA : KELAPA • Belum dimanfaatkan secara optimal • Belum mampu menggerakkan perekonomian lokal • Belum memberikan kesejahteraan pada produsen petani pengrajin Apakah kelapa merupakan sektor basis? Analisis Keunggulan Komparatif : LQ Analisis Keunggulan Kompetitif : Shift-Share YA Kelayakan Pengembangan Klaster Industri Kelapa ? Analisis Kelayakan Finansial: NPV, IRR, Net BC Analisis Nilai Tambah Analisis Marjin Pemasaran PERUMUSAN STRATEGI 49

3.2 Lokasi dan Waktu Kajian