Prioritas Strategi Pembentukan Klaster

149 l. Pada prioritas strategi investasi bagi pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana, dirumuskan program sebagai berikut: 1 Inventarisasi kebutuhan 2 Penambahan sarana dan prasarana yang dibutuhkan 3 Pengembangan sistem pemeliharaan maintenance atas sarana dan prasarana yang tersedia.

7.3 Prioritas Strategi Pembentukan Klaster

Strategi pembentukan klaster kelapa yang merupakan alternatif strategi prioritas pertama berdasarkan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix QSPM sebagaimana dibahas pada bab sebelumnya, memerlukan beberapa elemen umum tahapan prakarsa dalam konteks pembangunan daerah, yakni : a. mobilisasi, yaitu membangun minat dan partisipasi diantara konstituen yang diperlukan untuk melaksanakan prakarsa. b. diagnosis, yaitu mengkaji klaster industri yang mencakup ekonomi wilayah dan infrastruktur ekonomi yang mendukung kinerja klaster. c. kolaboratif, yaitu menghimpun stakeholder sisi permintaan dan stakeholder sisi penawaran dalam kelompok kerja untuk mengidentifikasi tantangan utama dan prakarsa aksi dalam mengatasi persoalan bersama. d. implementasi, yaitu membangun komitmen partisipan kelompok kerja klaster dan stakeholder daerah atas program yang dicanangkan dan mengidentifikasi serta memperkuat lembaga untuk pelaksanaan implementasi. Untuk menumbuhkembangkan klaster kelapa di Kabupaten Pacitan dibutuhkan pemahaman business nature dari usaha yang bersangkutan dan konteks hulu-hilir berikut pelaku-pelaku yang terkait dalam usahanya, baik internal maupun eksternal. Secara garis besar usaha dalam klaster dikelompokkan menjadi: usaha yang bergerak dalam industri inti yaitu industri yang menjadi pemicu dan pendorong timbulnya usaha lain, serta usaha yang tergolong dalam industri pendukung yang meliputi industri pemasok bahan baku, industri pelengkap dan industri lanjutan dari industri inti. Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan perlu membentuk semacam forum sebagai wadah berkumpulnya seluruh instansi terkait dan pihak-pihak terkait lainnya baik dari sektor swasta, sektor masyarakat sipil maupun akademisi, untuk merumuskan kebijakan pengembangan yang terpadu dan holistik bagi klaster. Forum tersebut diharapkan dapat menjadi wadah yang 150 mampu membawa aspirasi dari bawah agar dapat disampaikan ke unsur terkait. Fokus yang dituju dari forum adalah penciptaan iklim usaha yang kondusif, peningkatan kapasitas kelompok usaha dan pengembangan potensi klaster. Pengembangan klaster membutuhkan kerja sama yang komprehensif dan berkelanjutan, sehingga sejak awal penyamaan persepsi dan penggalangan komitmen dari pihak-pihak terkait harus ditumbuhkembangkan. Penumbuhkembangan klaster kelapa mengandung empat faktor penentu yaitu faktor input, kondisi permintaan, industri pendukung dan terkait, serta strategi usaha dan pesaing. Faktor input adalah variabel-variabel yang sudah ada dan dimiliki oleh suatu klaster industri seperti sumberdaya manusia, modal, infrastruktur fisik, infrastruktur informasi, infrastruktur ilmu pengetahuan dan teknologi, infrastruktur administrasi, serta sumberdaya alam. Semakin tinggi kualitas faktor input, maka semakin besar peluang industri untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan klaster terdiri dari: elemen “lunak” seperti jaringan dan pengembangan institusi, elemen “keras” seperti infrastruktur fisik, elemen yang tidak terlihat seperti kepemimpinan dan budaya kewirausahaan, serta akses pada pasar, pembiayaan, dan jasa-jasa khusus. Realisasi dari strategi tersebut di tingkat pelaku klaster kelapa dilakukan melalui kegiatan: a Peningkatan kemandirian pelaku klaster melalui forum rembug klaster, yang merupakan wadah bagi pelaku klaster untuk berinteraksi dan sebagai wadah dialog antara pelaku dengan semua stakeholder terkait dalam klaster. Forum rembug klaster sekaligus berfungsi sebagai wahana untuk menumbuhkembangkan dan memperkuat kapital sosial berupa rasa memiliki ownership, kebersamaan, saling percaya trust, dan meningkatkan keterlibatan aktif setiap anggota klaster. b Pendampingan oleh fasilitator klaster, yang bisa berasal dari lembaga swadaya masyarakat maupun dari universitas terdekat. Tugas dan fungsi fasilitator klaster adalah menumbuhkembangkan kapital sosial; memfasilitasi klaster untuk melakukan perencanaan pengembangan baik jangka pendek, jangka menengah sampai jangka panjang meliputi bidang permodalan, bahan baku, pengembangan SDM, pengembangan teknologi, kelembagaan, iklim usaha, pemasaran dan penataan kawasan klaster; serta membantu forum rembug klaster untuk berhubungan 151 dengan Pemda dinas, swasta korporate, lembaga penelitian, dan pihak- pihak terkait dalam pengembangan klaster kelapa. c Pengembangan jejaring kerja networking, sebagai tersebut di atas, yang difasilitasi oleh fasilitator klaster. d Kerja sama antara kabupaten kota secara alami yang terhubung dari kebutuhan klaster-klaster yang berkembang. 152

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN