Semiotik dalam penerjemahan film

tetapi bagaimana teks dibentuk sebagai sebuah satuan makna secara utuh. Kohesi dapat dibentuk dengan referensi Jan lives near the park. He often goes there, subtitusi Dan loves strawberry ice-cream. He has one everyday, elipsis All the children had an ice-cream today. Eva chose strawberry. Arthur had orange and Williem too , konjungsi Eva walked into town because she wanted an ice-cream, dan kohesi leksikal Why does this little boy wriggle all the time. Girls d on’t wriggle. Koherensi sebuah teks terbentuk berdasarkan atas hubungan makna yang terjalin atau makna yang didapatkan secara implisit.

2.3.7 Semiotik dalam penerjemahan film

Kajian semiotik menganalisis bahasa nonverbal dari para aktor ataupun aktris dalam film yang menyangkut: ekspresi wajah, gerakan tangan, dan bahasa tubuh. Winfired 2006 mengatakan bahwa akting dapat merepresentasikan secara seimbang antara kata-kata dan gerakan tubuh sehingga bahasa tubuh dan teks alih bahasa perlu dianalisis secara bersamaan. Untuk mengetahui makna dan juga peranannya dalam penerjemahan film, bahasa tubuh dianalisis dengan teori semiotik pada tubuh Winfried 2006 yang didukung dengan kamus bahasa nonverbal. Untuk mengetahui makna dan korelasi antara bahasa tubuh dan teks alih bahasa film digunakan teori semiotik dari Peirce 1878 yang membagi tiga aspek utama, yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah suatu gambaran dalam bentuk linguistik ataupun bentuk citra image. Ikon merupakan tanda yang mengandung kemiripan rupa sehingga dapat dikenali oleh pemakainya, misalnya foto Putri Indonesia merupakan ikon dari kecantikan, foto Istana Kepresidenan RI merupakan ikon dari politik. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal antara representamen dan objeknya. Sifat hubungan antara tanda dan objeknya itu merupakan suatu hubungan sebab-akibat, misalnya adanya asap yang mengepul pertanda adanya api. Simbol adalah sesuatu yang dapat menyimbolkan dan mewakili ide, pikiran, perasaan, atau benda. Namun, acuannya adalah pada objeknya bukan karena kemiripan ataupun hubungan sebab- akibat, tetapi merupakan kesepakatan sosial, misalnya simbol pada rambu lalu lintas. Gambar di bawah ini adalah beberapa contoh makna dari bahasa tubuh. Gambar 5. Ciuman Gambar 6. Bersalaman Gambar 7. Siap siaga Gambar 5 yang menampakkan orang sedang berciuman menunjukkan adanya rasa primordial kedekatan. Ciuman juga berarti sebagai isyarat pecinta lembut seperti ciuman orang tua kepada bayinya dan juga bisa merupakan bentuk rangsangan kepedulian kepada pasangan, sehingga kadang kala sebuah tangan ingin menjangkau bagian tubuh misalnya ke lengan atau bahu, yang bereaksi dengan menerima kontak atau dengan menarik diri. Reaksi dari pasangannya yang kaget dan terdiam kaku menunjukkan adanya kemungkinan respon yang masih ragu-ragu, berbeda ketika pasangannya memberikan respon yang positif, misalnya mengangkat bahu, gerakan kepala ke samping dan membalas sentuhan dengan sentuhan. Jadi, mencium itu merupakan bentuk bahasa nonverbal yang menekankan makna aku mencintaimu dan membutuhkanmu. Ciuman yang melewati tahap, seperti mengendus, menjilat, mengisap, menggigit menyenangkan dan mencium memiliki tanda-tanda yang bermakna secara seksual, dapat digunakan untuk mengomunikasikan keintiman emosional yang merupakan prasyarat untuk hubungan seksual. Gambar 6 menunjukkan makna bahasa nonverbal yang beragam, misalnya perwujudan permintaan maaf karena datang terlambat. Membungkuk pada bagian punggung serta kepala di hadapan orang juga berfungsi untuk menyambut tamu ataupun untuk menunjukkan kesopanan. Di Jepang dikatakan bahwa seberapa seseorang membungkuk memiliki arti yang berbeda, membungkuk 15 derajat memungkinkan untuk sapaan kepada rekan atau teman, membungkuk 30 derajat diperuntukkan kepada atasan ataupun pelanggan, sedangkan membungkuk 45 derajat adalah sebagai ungkapan maaf dengan hitungan sampai tiga dan perlahan-lahan kembali tegak. Di Jepang sangat dipandang buruk ketika membungkuk kepada orang yang memiliki status lebih rendah. Membungkuk juga dapat menunjukkan kerendahan hati seseorang kepada orang lain. Gambar 7 memperlihatkan adanya makna respon siap siaga, sebuah reaksi darurat karena tubuh mempersiapkan gerakan untuk pertempuran atau melarikan diri dari situasi yang berbahaya, binatang, atau orang. Biasanya respon ini didukung dengan tanda-tanda nonverbal, seperti pupil melebar, telapak tangan berkeringat, warna serta raut wajah yang berubah dan cepat laju pernapasan.

2.4 Model Penelitian