2.3.2 Keterbacaan atau Kehematan
Teori Karamitroglou 1997 digunakan untuk menganalisis aspek keterbacaan atau kehematan, yaitu tanda baca dan strategi terjemahan. Tanda baca yang dianalisis
seperti: tanda elipsis mengakhiri …, … tanda elipsis mengawali, tanda titik .,
tanda pisah - , tanda hubung - , tanda tanya ?, tanda kurung …, tanda kurung
siku […], tanda petik tunggal ‗…‗, tanda petik dua ―…―, tanda koma, , , tanda
titik dua :, dan tanda titik koma ;, sedangkan strategi penerjemahan digunakan teori Tomaszkiewicz 1993:223-227 untuk menganalisis terjemahan dari bahasa
sumber ke bahasa sasaran, yaitu penghilangan, literal, peminjaman, ekuivalensi, adaptasi, penggantian, generalisasi, dan eksplikasi. Berikut adalah penjelasan kaidah
tanda baca dalam penerjemahan film.
2.3.2.1 Penggunaan tanda baca 1 Tanda elipsis mengakhiri ...
Tanda elipsis ... harus digunakan tepat setelah karakter terakhir teks alih bahasa tidak ada karakter spasi disisipkan ketika kalimat teks alih bahasa tidak
selesai pada satu teks dan harus berlanjut. Tanda baca ini menunjukkan bahwa kalimat teks alih bahasa tidak lengkap sehingga mata dan otak dari penonton dapat
mengharapkan munculnya kilasan baru untuk mengikuti. Ketika tanda ini tidak diberikan maka seolah-olah tidak memberikan sinyal yang jelas, dengan demikian
otak membutuhkan waktu lebih lama untuk memproses kilasan baru yang muncul yang kurang diharapkan.
2 Tanda elipsis mengawali ... Selain elipsis mengakhiri, terdapat juga elipsis mengawali. Perbedaan
penggunaan kedua elipsis ini terletak pada posisinya saja, ada yang di akhir dan ada juga yang di awal. Elipsis mengawali ... harus digunakan tepat sebelum karakter
pertama dari teks alih bahasa tidak ada karakter spasi dimasukkan, karakter pertama tidak dikapitalisasi ketika teks alih bahasa ini membawa teks lanjutan dari kalimat
yang belum selesai sebelumnya.
3 Tanda titik . Tanda titik harus digunakan tepat setelah karakter terakhir teks alih bahasa
tidak ada karakter spasi terpasang untuk menunjukkan akhir kalimat teks alih bahasa. Tanda titik ini memberikan sinyal ke mata bahwa pandangan penonton dapat
kembali ke gambar karena tidak ada teks alih bahasa berturut-turut. Tanda titik ini adalah tanda baca yang paling umum ditemukan dalam sebuah teks alih bahasa film.
4 Tanda pisah - dan tanda hubung - Tanda pisah digunakan sebelum karakter pertama baris teks alih bahasa dari
dua baris yang ada dengan penggunaan karakter spasi untuk menunjukkan pertukaran pembicara. Tanda hubung digunakan untuk menghubungkan kata-kata
tanpa ada ruang karakter harus disisipkan di antara kata-kata tersebut.
5 Tanda tanya ? dan tanda seru Tanda tanya dan tanda seru harus digunakan untuk menunjukkan pertanyaan
atau penekanan masing-masing, seperti dalam tulisan pada umumnya diposisikan tepat setelah karakter terakhir dari teks alih bahasa tidak ada karakter spasi.
6 Tanda kurung … dan tanda kurung siku […]
Tanda kurung harus digunakan untuk merangkul komentar yang jelas dengan kalimat sebelumnya. Karena durasi waktu untuk setiap teks alih bahasa terbatas dan
konvensi tanda kurung tidak sangat luas dalam tulisan pada umumnya sehingga tanda kurung tersebut harus digunakan dengan hati-hati.
7 Tanda kutip tunggal …
Tanda kutip tunggal harus digunakan seperti dalam tulisan pada umumnya, yaitu untuk merangkul informasi penting. Untuk alasan yang sama dengan
penggunaan tanda kurung, tanda kutip tunggal harus digunakan dengan hati-hati.
8 Tanda kutip ganda …
Tanda kutip ganda harus digunakan seperti dalam tulisan pada umumnya, yaitu untuk merangkul informasi dikutip. Untuk alasan yang sama dengan
penggunaan tanda kurung, tanda kutip ganda harus digunakan dengan hati-hati.
9 Koma , , titik dua : , dan titik koma ; Tanda koma, titik dua dan titik koma juga harus digunakan seperti dalam
tulisan pada umumnya, yaitu untuk menunjukkan jeda pendek dalam kecepatan membaca. Penggunaannya tidak, seperti tanda titik, elipsis, tanda seru, dan tanda
tanya, yang semuanya dapat digunakan untuk menutup kalimat teks alih bahasa. Tidak ada teks alih bahasa yang diujarkan dengan cepat berakhir pada koma, titik dua
atau titik koma, karena jeda tidak mungkin dihindari dalam kecepatan membaca sebagai akibat dari jeda antara dua teks alih bahasa dan waktu yang diperlukan oleh
otak untuk memproses teks alih bahasa baru.
10 Penggunaan huruf cetak miring Penggunaan huruf cetak miring pada teks alih bahasa harus digunakan untuk
menunjukkan sumber suara selain dari percakapan utama misalnya ketika ada suara seseorang merenungkan sesuatu, berbicara melalui telepon dari ujung yang lain atau
menceritakan sesuatu. Selain itu, huruf cetak miring dapat pula digunakan ketika mempertahankan kata-kata bahasa asing dalam versi bahasa asing asli percakapan
misalnya, Dia mempunyai je ne sais quoi tertentu.
11 Tanda petik dua … dengan teks huruf miring
Tanda petik dua dengan teks dalam huruf miring harus digunakan untuk menunjukkan siaran publik, yaitu diucapkan teks berasal dari sumber di luar tampilan
layar dan ditujukan kepada sejumlah orang misalnya, melalui TV, radio, atau pengeras suara. Tanda ini juga harus digunakan ketika mentransfer lirik lagu.
12 Penggunaan huruf kapital dan huruf kecil Penggunaan huruf kapital dan huruf kecil harus digunakan seperti dalam
tulisan pada umumnya. Penggunaan huruf kapital dapat diterapkan pada saat tampilan pesan pada sebuah alat elektronik yang muncul.
13 Penggunaan huruf tebal dan garis bawah Huruf cetak tebal dan garis bawah tidak diperbolehkan dalam teks alih bahasa
film. Hal ini tidak boleh dilanggar oleh penerjemah film.
2.3.2.2 Strategi penerjemahan teks alih bahasa Strategi-strategi dalam alih bahasa adalah teknik untuk menerjemahkan kata,
frasa, atau ujaran para aktor dan aktris dalam tiap adegan. Para penerjemah film dapat menggunakan salah satu strategi atau justru menggabungkan dua strategi sekaligus
dalam menemukan sebuah padanan kata, frasa, atau ujaran dalam bahasa target. Untuk strategi alih bahasa dalam penelitian ini digunakan teori dari Tomaszkiewicz
1993:223-227 yang memberikan delapan strategi dalam menerjemahkan sebuah film, yakni sebagai berikut.
1 Penghilangan yaitu menghilangkan istilah budaya. 2 Literal yaitu solusinya menemukan terjemahan yang paling mendekati bahasa
sasaran. 3 Peminjaman yaitu menggunakan teknik peminjaman istilah dari bahasa sumber
untuk dipakai dalam bahasa sasaran. 4 Ekuivalensi yaitu hasil terjemahan memiliki makna dan fungsi yang sama dengan
bahasa sumber. 5 Adaptasi yaitu terjemahan disesuaikan dengan budaya yang ada dalam bahasa
sasaran. 6 Penggantian yaitu istilah budaya yang disesuaikan dengan konteks khususnya
ketika didukung oleh gerakan ataupun visual lainnya pada film tersebut. 7 Generalisasi yaitu mengakali istilah dalam bahasa sumber dengan bahasa yang
lebih umum. 8 Eksplikasi yaitu menggunakan parafrase untuk menjelaskan istilah-istilah budaya
yang ada.
2.3.3 Penambahan Makna