Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang dilakukan memiliki beberapa kontribusi terhadap penelitian ini. Kontribusi tersebut seperti: memperkaya kerangka pemikiran penelitian, peningkatan metodologi penelitian, dan juga memiliki relevansi terhadap kemajuan penelitian-penelitian alih bahasa sebelumnya. Paramarta 2010 dalam penelitiannya yang berjudul ―Penerjemahan Istilah Budaya Spesifik dalam Subtitling Film Memoirs of a Geisha MOG ” membahas penggunaan istilah-istilah budaya Jepang dalam terjemahan film dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Penelitiannya tergolong penelitian deskriptif kualitatif yang mengkaji beberapa aspek, yaitu istilah-istilah budaya spesifik dalam film MOG, strategi penerjemahan, dan juga tingkat akurasinya. Ditemukan lima belas istilah budaya spesifik dalam film MOG, yaitu geisha, okea, kimono, danna, maiko, sake, sumo, hataki-comi, ekubo, sakura tree, tatsumura silk, misuage, hanamachi, onesan, dan okasan. Strategi penerjemahan yang digunakan adalah: 1 menerjemahkan dengan menggunakan kata pinjaman, 2 kata pinjaman dengan penjelasan, 3 substitusi budaya, dan 4 ilustrasi. Akurasi terjemahan lima belas istilah budaya tersebut secara umum adalah tinggi, hal itu ditunjukkan dengan keberhasilan penyampaian makna bahasa sumber ke dalam bahasa target dengan memanfaatkan film sebagai komposisi semiotik, yaitu perpaduan antara dialog Verbal Auditory Channel VAC, musik Nonverbal Auditory Channel NAC, subtitling Verbal Visual Channel VVC, dan gambar Nonverbal Visual Channel NVC. Penelitian di atas hanya mencakup analisis strategi penerjemahan terhadap penggunaan istilah budaya Jepang saja, tanpa ada kajian linguistik lainnya yang lebih mendalam. Selain itu, peneliti masih menggunakan teknik simak dan catat dalam pengumpulan data penelitian, yang tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan menggunakan software. Dari teori yang digunakan, peneliti hanya menggunakan teori terjemahan dan belum menyentuh penggunaan teori terjemahan film yang sudah ada, sehingga tidak ada pembahasan mengenai aspek legibilitas, aspek keterbacaan atau kehematan, pengeditan teks alih bahasa, serta analisis bahasa nonverbal. Tidak ada kombinasi teori linguistik lainnya yang memiliki relevansi untuk memecahkan masalah terjemahan yang ditemukan karena film memiliki empat komposisi semiotik yang berkaitan satu sama lainnya. Dalam penerjemahan film masih banyak aspek linguistik yang dapat dikaji dengan menggabungkan teori makrolinguistik dengan teori mikrolinguistik. Hal yang bisa digunakan dari hasil penelitian ini untuk kepentingan penelitian selanjutnya adalah memperhatikan bagaimana analisis data dengan strategi penerjemahan film serta bagaimana penjelasan deskriptifnya. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena bisa menjadi perbandingan untuk analisis penelitian selanjutnya yang salah satunya juga membahas strategi penerjemahan film. Khoirun 2011 pada penelitiannya yang berjudul ―Analisis Teknik Penerjemahan Subtitle Film Beckham Unwrapped dan Dampaknya pada Kualitas Terjemahan ‖ mengidentifikasi teknik, metode, ideology, dan kualitas terjemahan film Beckham Unwrapped . Jenis penelitian ini juga tergolong penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan sumber data yang berupa dokumen teks alih bahasa film Beckham Unwrapped beserta terjemahannya dan juga informan responden. Sumber data yang berupa dokumen adalah satuan lingual, kata, frasa, klausa, dan kalimat dalam bentuk narasi yang mengandung teknik penerjemahan dalam teks alih bahasa film Beckham Unwrapped beserta terjemahannya. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode etnografi yang diusulkan oleh Spradley. Hasil analisis 178 data, ditemukan 12 macam teknik penerjemahan dengan frekuensi penggunaan total sebanyak 621 kali. Teknik-teknik tersebut antara lain: 1 transposisi sebanyak 136 kali 21,90, 2 reduksi sebanyak 104 kali 17,04, 3 peminjaman alamiah sebanyak 72 kali 11,59, 4 amplifikasi sebanyak 71 kali 11,43, 5 peminjaman murni sebanyak 59 kali 9,50, 6 kalke sebanyak 56 kali 9,02, 7 padanan lazim sebanyak 46 kali 7,41, 8 penerjemahan harfiah sebanyak 37 kali 5,96, 9 modulasi sebanyak 14 kali 2,25, 10 generalisasi sebanyak 13 kali 2,09, 11 partikularisasi sebanyak 7 kali 1,13, dan 12 kreasi diskursif sebanyak 6 kali 0,97. Metode dan ideologi yang diterapkan adalah metode penerjemahan komunikatif dengan ideologi domestikasi. Tingkat keakuratan dari 178 data, terdapat 106 data atau 59,55 yang diterjemahkan secara akurat, 70 data atau 39,33 yang diterjemahkan dengan kurang akurat, dan 2 data atau 1,12 yang tidak akurat. Untuk aspek keberterimaan dari 178 data, terdapat 100 data atau 56,18 terjemahannya berterima, 76 data atau 42,96 terjemahannya kurang berterima, dan sebanyak 2 data atau 1,12 tidak berterima. Tingkat keterbacaan teks subtitle film Beckham Unwrapped tergolong tinggi dan dari 178 data, 175 data atau 97,19 memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi dan 5 data atau 2,81 memiliki tingkat keterbacaan yang sedang. Berdasarkan ketiga aspek penentu kualitas terjemahan didapatkan hasil bahwa tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan teks alih bahasa film Beckham Unwrapped tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kualitas terjemahan teks alih bahasa film Beckham Unwrapped adalah akurat, berterima, dan mudah dipahami. Secara keseluruhan terjemahan teks alih bahasa film Beckham Unwrapped memiliki kualitas yang baik. Penelitian dari Khoirun tersebut memiliki kontribusi yang banyak untuk penelitian selanjutnya karena dalam analisisnya tidak hanya membahas strategi penerjemahan film dan tingkat keterbacaannya saja, tetapi sudah mulai mengarah pada ideologi yang terkandung di dalamnya. Selain itu, adanya informan atau responden yang juga memiliki peranan yang penting dalam menentukan kualitas terjemahan melalui tingkat keterbacaannya membuat penelitian ini memiliki nilai lebih. Namun, teori yang digunakan belum dikombinasikan atau direkonstruksi dengan teori linguistik lainnya seperti sintaksis dan semiotik untuk menemukan sebuah temuan yang nantinya bermanfaat pada perkembangan teori penerjemahan film. Hal yang dapat digunakan dari penelitiannya adalah adanya analisis ideologi dan adanya responden yang membuat analisis penelitian menjadi lebih mendalam. Ideologi merupakan salah satu faktor yang menentukan bagaimana kualitas terjemahan tersebut. Lidya 2013 pada penelitiannya yang berjudul ―Analisis Semiotika Pada Film Laskar Pelangi ‖ mengatakan bahwa sangatlah penting untuk mengetahui tanda-tanda makna dari film Laskar Pelangi agar masyarakat mengetahui film-film yang mendidik dan berkualitas. Kajian semiotik pada film Laskar Pelangi menemukan tanda-tanda yang memiliki arti serta sistem tanda, seperti bahasa, gerak, musik, dan gambar. Penelitiannya menggunakan metode penelitian kualitatif yang menjelaskan analisis semiotika serta menganalisis data berdasarkan kamus, ideologi, framework budaya dan interpretasi dari sebuah kelompok. Setelah data dianalisis yang didukung dengan hasil wawancara dengan informan maka dapat diketahui bahwa film Laskar Pelangi memiliki makna pesan yang positif mendidik dan mencerdaskan anak bangsa. Dalam film terdapat makna semangat dan tekad yang kuat untuk belajar di tengah keterbatasan serta menceritakan tentang pengabdian guru yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan memiliki semangat, tekad yang kuat serta dididik oleh guru yang benar-benar ingin mengabdi, siswa-siswa SD Muhamadiah bisa mencapai impian mereka. Lewat makna pesan dalam film Laskar Pelangi kita bisa mengetahui bahwa sebagai generasi penerus bangsa kita harus terus belajar, jangan pernah menyerah dan kalah dengan kesulitan dan sebagai pendidik haruslah memiliki karakter yang mau mengabdi untuk bangsa Indonesia. Pengabdian jangan diukur dari materi saja dan masyarakat Indonesia harus bisa memilih film yang pantas dan tidak untuk ditonton. Penelitian di atas telah memberikan kontribusi pada penelitian film James Bond karena dalam penelitian tersebut terdapat analisis semiotik. Kajian semiotik pada film Laskar Pelangi tersebut bertujuan untuk menemukan tanda-tanda yang memiliki arti serta mengetahui sistem tanda, seperti bahasa, gerak, musik, dan gambar. Walaupun penelitian film James Bond juga menganalisis aspek semiotik, masih banyak hal yang dapat dikaji dan dianalisis daripada penelitian sebelumnya, misalnya analisis aspek-aspek pendukung suksesnya kualitas teks alih bahasa, seperti legibilitas, keterbacaan atau kehematan, serta pengeditan teks target alih bahasa. Selain itu juga terdapat kombinasi teori mikrolinguistik dan teori makrolinguistik dalam penelitian alih bahasa film James Bond yaitu: teori terjemahan, teori sintaksis, dan teori semiotik. Penelitiannya juga menggabungkan analisis verbal dan analisis nonverbal yang ditemukan pada tiga film James Bond, yaitu Casino royale, Quantum of Solace , dan Skyfall. Banyaknya kombinasi teori membuat penelitian film James Bond serta penggabungan analisis bahasa verbal dan bahasa nonverbal yang ditemukan membuat analisis penelitiannya menjadi semakin mendalam dan diharapkan dapat memberikan sumbangsih temuan untuk perkembangan teori penerjemahan film, khususnya subtitling.

2.2. Konsep