Pendahuluan ALIH BAHASA FILM JAMES BOND 007: KAJIAN LINGUISTIK TERJEMAHAN INGGRIS-INDONESIA.

xii RINGKASAN ALIH BAHASA FILM JAMES BOND 007: KAJIAN LINGUISTIK TERJEMAHAN INGGRIS-INDONESIA

I. Pendahuluan

Dalam penerjemahan film subtitling, makna mencakup kajian yang luas dan tidak hanya mengacu pada hal-hal yang tersurat, tetapi juga yang tersirat. Makna yang tersurat dapat dikaji langsung dengan bahasa verbal, yaitu dialog yang merupakan ujaran dari para aktor dan aktris film serta dalam bentuk teks alih bahasa subtitle yang muncul pada bawah layar. Makna yang tersirat dapat dikaji melalui bentuk bahasa nonverbal yang terdapat pada gambar dan juga musik. Sehubungan dengan itu, Delabasita 1989 menyatakan bahwa dunia audiovisual merupakan kombinasi dari musik audio dan gambar visual, menyangkut komunikasi verbal dan nonverbal yang membentuk empat aspek semiotik, seperti 1 akustik-verbal yaitu: dialog, monolog, lagu-lagu, dan pengisi suara; 2 akustik-nonverbal yaitu: musik, efek suara, dan bentuk suara lainnya; 3 visual-nonverbal yaitu: lambang, foto atau gambar, dan gerak tubuh; 4 visual-verbal yaitu: penyisipan kata, tulisan pada sebuah media promosi, surat-surat, dan pesan pada layar komputer, topik utama surat kabar. Hal tersebut juga didukung oleh Baker 1998;245 yang menyatakan bahwa film adalah komposisi semiotik dari empat aspek, seperti dialog, musik, teks alih bahasa, dan gambar. Hal inilah yang xiii menyebabkan analisis makna dalam penerjemahan film mencakup kajian yang luas, baik secara verbal tersurat maupun nonverbal tersirat yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa keempat aspek semiotik tersebut memiliki peranan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam penerjemahan sebuah film. Keempat aspek semiotik tersebut memiliki peranan dalam penyampaian makna sehingga mempengaruhi kualitas sebuah film dan kualitas sebuah film salah satunya dipengaruhi oleh kualitas terjemahan teks alih bahasa. Ivarsson and Caroll 2008 menyatakan bahwa kualitas sebuah terjemahan film bergantung pada dua aspek, yaitu aspek legibilitas dan aspek keterbacaan atau kehematan. Aspek legibilitas mencakup kaidah-kaidah teknis teks alih bahasa yang meliputi: posisi, jumlah baris, jumlah karakter, tipe huruf, warna dan latar, durasi untuk kemunculan tiap baris serta dua barisnya, jeda antara satu dengan yang lainnya, serta kesesuaian teks dengan gambar. Aspek keterbacaan atau kehematan mencakup penggunaan tanda baca serta strategi yang digunakan dalam menerjemahkan. Selain dua aspek di atas yang harus dipahami dan diterapkan oleh penerjemah, menurut Karamitroglou 1997 terdapat kaidah-kaidah yang harus diterapkan pada saat pengeditan teks target alih bahasa untuk menyempurnakan aspek legibilitas dan aspek keterbacaan atau kehematan tersebut. Pengeditan teks alih bahasa target tersebut meliputi: pemenggalan teks alih bahasa, segmentasi panjang baris, penyederhanaan aspek sintaksis, penghapusan informasi, kesesuaian ujaran dengan teks alih bahasa, penggunaan akronim, penggunaan apostrof atau tanda penyingkat, penggunaan xiv angka, penggunaan simbol, penggunaan bahasa tabu, penggunaan bahasa slang, dan penggunaan istilah atau terminologi permainan poker. Selain kualitas terjemahan teks alih bahasa film, ada pentingnya juga penerjemah memperhatikan aspek semiotik lainnya, yaitu bahasa nonverbal yang memiliki makna tersirat dalam film. Bahasa nonverbal tersebut adalah bahasa tubuh dari para aktor dan aktris pada gambar sebuah film, yang meliputi: ekspresi wajah, gerakan tangan, dan juga gerakan tubuh. Analisis bahasa tubuh tersebut menggunakan teori semiotik pada tubuh dari Winfried 2006, yang didukung juga dengan bantuan kamus bahasa nonverbal Givens;2002. Dalam melihat hubungan antara bahasa nonverbal dan konteks makna film James Bond digunakan teori semiotik dari Peirce 1878 tentang ikon, indeks, dan simbol. Dengan demikian dapat diketahui bahwa bahasa nonverbal menunjukkan korelasinya terhadap makna dari teks alih bahasa film; mendukung makna, menambahkan makna, memperkuat makna, atau justru bertentangan dengan makna. Musik dan efek suara dalam film digunakan sebagai media tambahan untuk membuat penonton terpengaruh situasi dan kondisi yang dibuat oleh seorang sutradara sebuah film, penonton merasakan amarah, sedih, takut atau cemas. Film James Bond dipilih menjadi data penelitian karena dalam film James Bond terdapat variasi tampilan teks alih bahasa yang didukung dengan aspek semiotik yang menarik untuk dianalisis. Film James Bond 007 ini merupakan film yang memiliki seri terpanjang dalam sejarah, yaitu dari tahun 1962 dan memiliki banyak penggemar di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Berikut adalah beberapa xv film James Bond yang pernah ditayangkan dan sekaligus pemeran utamanya, yaitu Sean Connery dalam film Dr. No 1962, George Lazenby dalam film On Her Majesty’s Secret Service 1969, Sean Connery dalam film Diamonds Are Forever 1971, Roger Moore dalam film Live and Let Die 1973, Roger Moore dalam film A View to a Kill 1985, Timothy Dalton dalam film The Living Daylights 1987, Timothy Dalton dalam film Licence to Kill 1989, Pierce Brosnan dalam film Golden Eye 1995, Pierce Brosnan dalam film Die Another Day 2002, Daniel Craig dalam film Casino Royale 2006, Quantum of Solace 2008, dan Skyfall 2012. Dari sekian film James Bond tersebut, hanya diambil tiga film sebagai data penelitian yaitu tiga film James Bond yang dibintangi oleh Daniel Craig; Casino Royale 2006, Quantum of Solace 2008, dan Skyfall 2012. Film James Bond menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sumbernya dan menggunakan beberapa pilihan bahasa lainnya sebagai terjemahannya, seperti bahasa Indonesia, bahasa Potugis, bahasa Spanyol, bahasa Korea, bahasa Mandarin, bahasa Thailand, bahasa Malaysia, bahasa Kanton, dan bahasa Vietnam. Dari sekian pilihan terjemahan teks alih bahasa tersebut, yang dijadikan data penelitian adalah teks alih bahasa Inggris sebagai bahasa sumber dan teks alih bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, ada empat masalah pokok yang dibahas dan menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Keempat masalah tersebut adalah: 1 Bagaimanakah aspek legibilitas teks alih bahasa Inggris-Indonesia film James Bond 007? xvi 2 Bagaimanakah aspek keterbacaan atau kehematan teks alih bahasa Inggris- Indonesia film James Bond 007? 3 Bagaimanakah pengeditan teks target alih bahasa Inggris-Indonesia film James Bond 007? 4 Bagaimanakah penyampaian makna bahasa nonverbal dalam film James Bond 007? Tujuan penelitian ini adalah: pertama, untuk mengembangkan penelitian- penelitian penerjemahan film sebelumnya karena penelitian ini menggunakan teori penerjemahan film yang didukung dengan teori linguistik lainnya, seperti sintaksis dan semiotik. Kedua, untuk menemukan standar yang tepat dalam menerjemahkan film, baik dari aspek legibilitas maupun dari aspek keterbacaan atau kehematan sebuah film. Ketiga, untuk mengetahui pengeditan teks alih bahasa film, hal ini penting dilakukan sebagai proses evaluasi terjemahan teks alih bahasa film. Sementara itu, manfaat penelitian ini adalah: pertama, dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya, terutama di bidang penerjemahan film yang menggunakan kombinasi teori, linguistik mikro sintaksis dan semiotik dan makro terjemahan. Kedua, dapat memperkaya teori-teori penerjemahan film sebelumnya terfokus pada ilmu terjemahan. Ketiga, dapat menyediakan kebutuhan data bagi peneliti lainnya yang ingin melanjutkan analisis terjemahan film laga. Data penelitian ini diambil dari tiga film James Bond yang berbeda, yaitu Casino Royale, Quantum of xvii Solace, d an Skyfall, sehingga dapat memberikan variasi data alih bahasa film untuk dianalisis sesuai dengan kebutuhan.

II. Kajian Pustaka, Konsep, Kerangka Teori, dan Model Penelitian