pajak ekspor pada bulan September 2007 menyebabkan kedua pasar menjadi tidak terintegrasi kembali.
Tabel 17 Hasil Pengujian Kointegrasi Harga CPO Internasional dan CPO Domestik
Periode Hipotesis
Nol Trace
Statistic Nilai Kritis
5 Max-Eigen
Statictic Nilai Kritis
5 Jan 2000-Agt 2007
None 26.70985
15.49471 26.15541
14.26460 At most
1 0.554441 3.841466
0.554441 3.841466
Sep 2007-Apr 2012 None
17.08384 20.26184
11.60551 15.89210
At most 1 5.478330
9.164546 5.478330
9.164546
Keterangan : Tanda
berarti H dapat ditolak pada taraf 5
Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan jika penetapan besaran pajak ekspor CPO secara progresif dari sisi stabilisasi harga minyak
goreng dinilai lebih efektif karena dapat meredam dampak fluktuasi harga CPO dunia terhadap harga CPO domestik. Namun pada sisi yang lain, mekanisme
pajak secara progresif berdampak negatif bagi produsen CPO dan petani sawit karena harga di tingkat dunia tidak tertransmisikan secara penuh kepada harga
domestik. Upaya stabilisasi harga minyak goreng dalam jangka panjang tidak boleh berhenti pada penerapan pajak ekspor, namun perlu dilakukan upaya
antisipasi lain melalui perbaikan struktur pasar dan pengembangan sektor hilir.
VIII. INTEGRASI PASAR CPO DAN MINYAK GORENG
Sebagai bahan baku utama dalam industri minyak goreng sawit, harga CPO akan sangat berpengaruh terhadap harga minyak goreng. Analisis integrasi pasar
CPO dan minyak goreng bermanfaat sebagai bentuk peramalan harga dan untuk mengevaluasi efisiensi pasar yang berlangsung melalui transmisi harga yang
terjadi.
8.1 Pengujian Stasioneritas Data
Pada bab sebelumnya telah diketahui bahwa harga CPO internasional dan CPO domestik bersifat nonstasioner. Untuk menganalisis integrasi pasar CPO
dan minyak goreng domestik selanjutnya dianalisis stasioneritas harga minyak goreng domestik LMGDOM yang hasilnya ditampilkan pada tabel.. Spesifikasi
model yang dipilih untuk tingkat level adalah model dengan konstansta dan tanpa trend. Menurut Vogelvang 2005, konstanta akan diperlukan dalam variabel
ekonomi namun penambahan trend pada model pada umumnya berlebihan atau tidak diperlukan.
Tabel 18 Hasil Pengujian Stasioneritas Data No Variabel Harga log
ADF Test Pada Level ADF Test Pada First Difference
1 2
CPO Internasional LCPOINT CPO Domestik LCPODOM
-1.16 lag 1 -0.60 lag 0
- 9.22lag 0 -10.54lag 0
3 Harga Minyak Goreng Domestik
LPMGDOM -0.87lag 1
- 9.54lag 0
Critical Value 1 5
10 -3.48
-2.88 -2.58
-2.58 -1.94
-1.62
Keterangan: Panjang lag optimal berdasarkan Akaike’s Information Criterion AIC, Hipotesis H : Series mempunyai akar unit nonstasioner, Nilai kritis mengikuti MacKinnon 1996, tanda
berarti H ditolak data stasioner
Dari hasil pengujian diketahui jika harga minyak goreng domestik juga stasioner pada level sebagaimana harga CPO internasional dan CPO domestik.
Pengujian pada tingkat first difference memperlihatkan jika data telah stasioner I1. Dengan demikian untuk mengestimasi model integrasi pasar CPO
internasional dan pasar CPO domestik dengan pasar minyak goreng perlu dikeberadaan kointegrasi antar variabel.
8.2 Penentuan Lag Optimum
Pengujian lag optimum perlu dilakukan karena pengujian kointegrasi dan permodelan pada tahap selanjutnya dilakukan dengan pendekatan VAR.
Pemilihan lag menggunakan kriteria SC. Berdasarkan hasil pengujian lag yang digunakan untuk menyusun kedua sistem VAR adalah lag 2.
8.3 Pengujian Kointegrasi Harga
Pengujian kointegrasi dilakukan secara bivariat masing-masing antara harga CPO internasional dan CPO domestik dengan harga minyak goreng domestik.
Pengujian dilakukan dengan metode Johansen Cointegration Test, dengan spesifikasi model ‘no deterministic trend’ dan lag yang digunakan adalah lag 2
untuk sistem VAR harga CPO internasional dengan harga minyak goreng domestik, serta lag 1 untuk sistem VAR harga CPO domestik dengan harga
minyak goreng domestik. Dari hasil pengujian yang ditampilkan dalam Tabel 19 disimpulkan bahwa terdapat kointegrasi antara harga CPO internasional dengan
harga minyak goreng domestik serta antara harga CPO domestik dengan harga minyak goreng domestik. Keberadaan kointegrasi berarti dalam jangka panjang
pasar minyak goreng domestik menggunakan informasi harga CPO internasional dan CPO domestik dalam pembentukan harga minyak goreng.
Tabel 19 Pengujian Kointegrasi Bivariate Antar Harga pada pasar CPO dan
Minyak Goreng
Variabel Hipotesis
Nol Trace
Statistic Nilai Kritis
5 Max-Eigen
Statictic Nilai Kritis
5 LCPOINTLMGDOM
None 22.21479
20.26184 17.91182
15.89210 At most
1 4.302971 9.164546
4.302971 9.164546
LCPODOMLMGDOM None
22.08994 20.26184
18.78525 15.89210
At most 1 3.304698
9.164546 3.304698
9.164546
Keterangan : Tanda
berarti H dapat ditolak
Persamaan jangka panjang yang terjadi antara harga CPO internasional dan CPO domestik dengan harga minyak goreng domestik disajikan pada Tabel 20
berikut.
Tabel 20 Persamaan jangka panjang antara harga CPO dan minyak goreng
Variabel : Persamaan Kointegrasi
CointEq1 CointEq2
LMGDOM-1 1
1 LCPOINT-1
0.893 LCPODOM-1
0.769 C
1.143 2.297
signifikan pada taraf 5
Dalam jangka panjang terlihat jika harga minyak goreng secara signifikan dipengaruhi baik oleh harga CPO internasional maupun oleh harga CPO
domestik. Jika kedua persamaan tersebut dibandingkan, terlihat jika dalam jangka panjang harga CPO internasional berpengaruh lebih besar daripada harga CPO
domestik. Perubahan harga CPO internasional sebesar 1 menyebabkan perubahan harga minyak goreng sebesar 0.893, sedangkan perubahan harga
CPO domestik sebesar 1 hanya merubah harga minyak goreng sebesar 0.769. Menurut KPPU 2010, sebanyak 68 dari industri minyak goreng sawit
terintegrasi dengan industri hulu dan pengolahan CPO. Dengan demikian sebagian besar perusahaan dalam industri minyak goreng dimiliki oleh perusahaan
pengolahan CPO. Keterkaitan yang lebih kuat antara harga minyak goreng dengan harga CPO internasional secara tidak langsung mengindikasikan perilaku
industri pengolahan CPO yang lebih mengutamakan ekspor CPO dibandingkan untuk memenuhi kebutuhan industri minyak goreng sawit.
8.4 Integrasi Pasar CPO Internasional dan Pasar Minyak Goreng
Domestik
Analisis integrasi antara pasar CPO internasional dan pasar minyak goreng domestik perlu untuk dilakukan untuk melihat hubungan antara kedua pasar.
Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai salah satu bentuk peramalan harga.
8.4.1 Estimasi Model
Meskipun dalam jangka panjang terdapat keseimbangan antara harga CPO internasional dan harga minyak goreng domestik, namun dalam jangka pendek
dimungkinkan adanya deviasi dari keseimbangan jangka jangka panjang sehingga
model VECM merupakan pendekatan yang tepat untuk menggambarkan integrasi pasar yang terjadi. Dalam model VECM, lag dari error yang diperoleh dari
persamaan jangka panjang dimasukkan ke dalam model sebagai error correction term
ECT yaitu variabel yang akan mengoreksi penyimpangan yang terjadi pada jangka pendek. Integrasi pasar CPO internasional dengan pasar minyak goreng
domestik diestimasikan melalui model yang ditampilkan pada Tabel 21 berikut. Tabel 21 Model VECM integrasi pasar CPO internasional dan minyak
goreng
Variabel Endogen Variabel Eksogen
DLMGDOM DLCPOINT
ECT-1 -0.140
0.118 DLMGDOM-1
-0.248 -0.320
DLMGDOM-2 -0.204
-0.158 DLCPOINT-1
0.382 0.434
DLCPOINT-2 0.130
0.145 R-squared
0.365 0.084
Keterangan : ECT-1= LMGDOM-1 - 0.893LCPOINT-1- 1.143
Tabel 21 diatas merupakan penyederhanaan dari hasil estimasi VECM yang ada pada lampiran 8. Dari tabel diatas dapat kita lihat jika dalam jangka pendek
harga minyak goreng domestik secara signifikan dipengaruhi oleh harganya sendiri pada lag 1 dan 2 harga minyak goreng 1 dan 2 bulan sebelumnya serta
harga CPO internasional 1 bulan sebelumnya. Koefisien ECT pada variabel harga minyak goreng domestik menunjukkan jika penyimpangan sebesar 1 dari
keseimbangan jangka panjang akan dikoreksi sebesar 0.14 setiap bulannya menuju keseimbangannya kembali. Koefisien ECT untuk variabel harga minyak
goreng domestik bertanda negatif dan signifikan yang berarti ada mekanisme koreksi yang berlangsung. Sebaliknya pada variabel harga CPO internasional
variabel ECT tidak signifikan dan bertanda positif yang artinya penyimpangan yang terjadi tidak akan dikoreksi. Dengan demikian model yang valid untuk
mengestimasi integrasi pasar CPO internasional dan pasar minyak goreng adalah : DLMGDOM
t
= -0.140LMGDOM
t-1
-0.893LCPOINT
t-1
- 0.248DLMGDOM -1.143
t-1
- 0.204DLMGDOM + 0.382DLCPOINT
t-2 t-1
+0.130DLCPOINT
t-2 ........
8.1
8.4.2 Dampak Guncangan Harga CPO Internasional
Perubahan yang terjadi pada salah satu variabel dalam sistem VAR akan berpengaruh terhadap variabel yang lain. Analsis IRF Impulse Response
Function adalah metode yang dapat digunakan untuk melacak dampak dari
guncangan suatu variabel terhadap variabel lain dalam suatu sistem VAR sampai kurun waktu tertentu. Gambar 23 menampilkan hasil uji IRF untuk melihat
dampak yang akan timbul jika terjadi guncangan shock pada harga CPO internasional.
.00 .02
.04 .06
.08
2 4
6 8
10 12
14 16
18
Response of LMGDOM to LCPOINT
.00 .02
.04 .06
.08
2 4
6 8
10 12
14 16
18
Response of LCPOINT to LCPOINT
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Gambar 23 Dampak guncangan harga CPO internasional.
Pada bulan pertama setelah terjadi guncangan harga CPO Internasional, respon baru muncul dari harga CPO internasional sendiri, sementara harga
minyak goreng domestik tidak langsung memberikan respon. Respon harga minyak goreng baru akan muncul setelah bulan ke-2 dan mencapai puncaknya
setelah bulan ke-3. Dampak dari terjadinya guncangan berangsur-angsur hilang dan stabil kembali setelah bulan ke-10. Dampak guncangan tersebut pada harga
minyak goreng tidak sebesar dampak yang muncul pada harga CPO internasional itu sendiri. Ketika terjadi guncangan harga CPO internasional sebesar 1 standar
deviasi, maka dampak terbesar pada harga minyak goreng adalah sebesar 0.03 standar deviasi. Angka ini jauh lebih kecil dari dampak yang terjadi pada
harganya sendiri yaitu sebesar 0.07 standar deviasi.