Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

minyak goreng dalam kemasan. Harga minyak goreng dalam kemasan relatif lebih stabil karena merupakan barang dagangan, sedangkan minyak goreng curah merupakan komoditas sehingga harganya mudah terpengaruh harga komoditas lain. Definisi PPN menurut Kementerian Keuangan, PPN merupakan pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Dalam hal ini, Indonesia menganut sistem tarif tunggal PPN sebesar 10 persen. 2. Operasi Pasar Minyak Goreng Kebijakan ini dijalankan ketika harga minyak goreng tinggi. Tujuannya adalah mencegah harga minyak goreng agar tidak melebihi HET sehingga akan berdampak kepada penurunan harga eceran. Namun demikian, banyak kajian yang menunjukkan bahwa berbagai kebijakan yang bertujuan untuk menjaga stabilisasi harga minyak goreng tidak akan efektif selama harga CPO internasional tinggi. Susanto 2000 mengkaji sisi tata niaga minyak sawit di dalam negeri dan juga menyimpulkan bahwa pemberlakuan kebijakan pajak ekspor CPO serta alokasi CPO untuk BULOG tidak efektif untuk meredam fluktuasi harga minyak goreng domestik karena berbagai penyimpangan yang terjadi seperti penyelundupan serta pengalihan jatah alokasi prosesor untuk memenuhi kewajiban produsen CPO untuk alokasi BULOG. Akibatnya, prosesor-prosesor minyak goreng di dalam negeri mengalami kekurangan bahan baku. Menurut Susila 2005, kebijakan pengenaan pajak ekspor CPO dan Domestic Market Obligation dapat berdampak mendistorsi pasar domestik dan internasional serta dapat menurunkan pendapatan petani. Namun demikian, sisi positif kebijakan ini adalah dapat menjadi sumber penerimaan negara.

2.3 Market Power pada Industri Kelapa Sawit di Indonesia

Industri pengolahan CPO dan minyak goreng sawit di Indonesia merupakan industri dengan konsentrasi cukup tinggi. Menurut KPPU 2010, 4 perusahaan dalam industri ini menguasai pangsa pasar mencapai 55.73 pada tahun 2010. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap konsentrasi industri CPO dan minyak goreng sawit terkait dengan skala usaha yang besar serta penggunaan teknologi tinggi yang merupakan bentuk barrier to entry sehingga hanya perusahaan tertentu yang dapat memasuki pasar. Beberapa faktor yangjuga dapat mendorong munculnya market power adalah tingginya konsentrasi dan integrasi vertikal pada industri kelapa sawit. Tingginya konsentrasi industri dapat mendorong munculnya perilaku perusahaan yang berada dalam industri minyak goreng sawit dalam penetapan harga yang menyimpang dari kondisi pasar persaingan sempurna. Margin yang cukup besar antara harga CPO dan minyak goreng merupakan salah satu indikator bahwa produsen menikmati market power sehingga dapat menentukan harga di atas biaya marginalnya. Chalil 2008 menganalisis perilaku oligopolis pada industri minyak goreng sawit dengan model dynamic linear quadratic dan menyimpulkan adanya hubungan leader follower antara kelompok perusahaan negara dan perusahaan swasta, dan market power dimiliki tidak hanya oleh kelompok perusahaan swasta tapi juga oleh kelompok perusahaan negara. Keberadaan market power dalam pasar akan sangat berpengaruh terhadap efektifitas kebijakan dalam rangka stabilisasi harga minyak goreng. Berbagai kebijakan yang dilaksanakan pemerintah terkait stabilisasi harga minyak goreng domestik menggunakan asumsi bahwa harga CPO dan minyak goreng terbentuk dari mekanisme dalam pasar persaingan sempurna. Namun demikian beberapa fenomena menunjukkan jika asumsi ini tidak terpenuhi. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan sebagai reaksi terjadinya kenaikan harga minyak goreng ternyata tidak dapat segera menurunkan harga.

2.4 Metode Pengujian Integrasi Pasar

Dalam analisis integrasi pasar, terdapat berbagai metode yang dapat digunakan yang pada umumnya bertujuan untuk mencari hubungan antar harga pada pasar yang berbeda. Jika suatu pasar terintegrasi dengan pasar yang lain maka sinyal harga pada salah satu pasar merupakan refleksi harga pada pasar yang lain. Berdasarkan pemahaman ini, maka metode yang paling sederhana untuk menguji integrasi pasar adalah dengan menghitung koefisien korelasi. Namun pendekatan ini dinilai tidak memuaskan karena bersifat statis. Ravallion 1986, pertama kali memperkenalkan sisi dinamis dari integrasi pasar dengan suatu pendekatan yang dapat menggambarkan integrasi pada jangka pendek dan jangka panjang. Namun demikian pendekatan yang dikembangkan Ravallion ini juga dinilai mempunyai kelemahan karena menggunakan series harga secara univariate . Berangkat dari kritikan yang muncul terhadap pendekatan secara univariate, selanjutnya muncul metode baru yang menggunakan pendekatan kointegrasi. Konsep kointegrasi pada awalnya diperkenalkan oleh Engle dan Granger pada tahun 1987 dan sejak itu konsep ini banyak digunakan dalam berbagai studi yang terkait dengan data time series. Menurut Lence Falk 2005, beberapa faktor yang mendorong banyaknya penggunaan metode ini antara lain; 1 banyaknya data ekonomi dalam bentuk time series yang stasioner dalam bentuk diferensiasi atau terintegrasi pada orde 1, dimana kondisi ini merupakan syarat dari kointegrasi, 2 metode kointegrasi dinilai merupakan cara yang lebih memuaskan untuk menggambarkan keseimbangan jangka panjang, 3 banyaknya literatur terkait yang memudahkan aplikasi dari estimasi dan inferensia data yang terkointegrasi. Pendekatan kointegrasi dan error correction models ECM banyak digunakan dalam analisa mengenai integrasi pasar karena selain terkait dengan non stasioneritas data juga karena law of one price LOP dan integrasi pasar diuji sebagai hubungan jangka panjang dan jarang sekali terjadi pada jangka pendek Fossati et al, 2007. Pengujian kointegrasi secara bivariate yang diperkenalkan oleh Engle dan Granger telah banyak digunakan untuk series harga komoditas pertanian. Namun demikian metode pengujian ini masih mempunyai kelemahan karena tidak memungkinkan untuk menguji hipotesis pada parameter vektor kointegrasi sehingga metode ini tidak dapat digunakan untuk menguji integrasi pasar berdasakan spesifikasi yang ditentukan dalam LOP. Prosedur pengujian secara multivariate yang diperkenalkan oleh Johansen 1988 dinilai lebih memuaskan karena selain dapat menggambarkan struktur dinamis pada jangka panjang, juga dapat menguji restriksi pada parameter yang bertujuan untuk menguji LOP.