Dampak Guncangan Harga CPO Domestik Terhadap Harga Minyak
Tabel 31 menampilkan output pengujian kointegrasi harga minyak goreng di 10 kota besar di Indonesia dengan metode Johansen Cointegration Test.
Spesifikasi model yang digunakan dalam pengujian adalah model dengan konstanta tanpa tren, dengan asumsi tidak terdapat tren pada data yang dianalisis.
Asumsi ini sesuai dengan kriteria Schwarz dalam penentuan rank dan model. Pemilihan lag berdasarkan pemilihan lag optimum menurut kriteria Schwarz,
dimana diperoleh lag 1 sebagai lag optimum model VAR hubungan harga minyak goreng di 10 kota besar di Indonesia.
Hasil pengujian kointegrasi menunjukkan adanya 7 persamaan kointegrasi diantara 10 variabel harga minyak goreng antar kota. Kesimpulan tersebut
diperoleh dari nilai trace statistic dan max-eigen statistic yang lebih besar dari nilai kritisnya untuk hipotesis nol terdapat persamaan kointegrasi
≤ 6. Adanya hubungan kointegrasi berarti harga minyak goreng di setiap kota mempunyai
keseimbangan jangka panjang dengan kota yang lain sehingga fluktuasi yang terjadi di satu kota akan menyebabkan fluktuasi di wilayah lain.
Hubungan jangka panjang pasar minyak goreng di 10 kota ditampilkan pada Tabel 32 Ketujuh persamaan jangka panjang tersebut diperoleh dari sistem VAR
yang disusun dengan tujuan untuk melihat hubungan harga minyak goreng di kota-kota yang merupakan wilayah konsumen dengan ketiga kota yang termasuk
wilayah produsen minyak goreng terbesar yaitu Medan, Pekanbaru dan Surabaya. Hal ini juga sesuai dengan hasil pengujian kausalitas blok sebelumnya, dimana
Medan dan Surabaya memperlihatkan kecenderungan sebagai pasar acuan. Dalam jangka panjang, harga minyak goreng di Makasar, Pontianak, Denpasar,
Semarang, Bandung, Jakarta dan Palembang dipengaruhi secara signifikan oleh harga minyak goreng di Surabaya. Hal ini menunjukkan bahwa Surabaya
merupakan pasar acuan utama dalam pasar minyak goreng di Indonesia. Harga minyak goreng di Medan dan Pekanbaru juga berpengaruh secara
signifikan terhadap harga minyak goreng di kota besar lain, kecuali Palembang yang tidak dipengaruhi oleh harga minyak goreng di kedua kota tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa Sumatera Selatan sebagai salah satu produsen minyak goreng mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng di
wilayahnya sendiri.
Harga minyak goreng di Medan juga tidak berpengaruh signifikan terhadap harga minyak goreng di Jakarta. Pertumbuhan industri minyak goreng sawit di
wilayah DKI dan di daerah satelit Jakarta dewasa ini telah meningkatkan kemampuan industri minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng
di wilayah itu. Pasar minyak goreng di Jakarta hanya terintegrasi dengan pasar minyak goreng di Pekanbaru dan Surabaya.
Tabel 32 Persamaan jangka panjang hubungan harga minyak goreng di 10 kota besar
Variabel eksogen
Persamaan Kointegrasi Ke- 1
2 3
4 5
6 7
LMG MKS-1
1.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 LMG
PTK-1 0.0000
1.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
LMG DPS-1
0.0000 0.0000
1.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 LMG
SMR-1 0.0000
0.0000 0.0000
1.0000 0.0000
0.0000 0.0000
LMG BDG-1
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
1.0000 0.0000
0.0000 LMG
PLB-1 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
1.0000 0.0000
LMG JKT-1
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
1.0000 LMG
PKB-1 0.6633
0.7454 -2.1033
0.8039 0.4139
0.0573 -0.1480
LMG SBY-1
1.5686 -0.8995
-6.7599 -1.0453
-0.9939 -0.8363
-0.8844 LMG
MDN-1 -3.1599
-0.7329 7.6301
-0.6598 -0.3787
-0.1839 0.0213
C -0.7883
-1.0585 2.2990
-0.8926 -0.4035
-0.3149 0.0381
signifikan pada taraf nyata 5