Gambar 14 Tahapan Pembentukan Model
Sumber : Widarjono,2009
4.2.7 Pengujian Impulse Response
Sebuah guncangan yang terjadi terhadap variabel ke-i tidak hanya berdampak terhadap variabel ke-i saja, tetapi juga ditransmisikan kepada semua
variabel endogen melalui struktur dinamis lag dari VAR. Impulse Response Function
IRF dapat melacak dampak dari timbulnya sebuah inovasi shock terhadap nilai variabel endogen saat ini dan yang akan datang.
Pengujian impulse response dilakukan dengan melakukan penyederhanaan terhadap SVAR menjadi bentuk Vector Moving Average VMA yang dapat
dituliskan sebagai Enders, 2004 : x
t
= +
....................................................................... 4.14
Dalam bentuk vektor, persamaan di atas dapat dituliskan sebagai berikut: ................................. 4.15
DATA TIME SERIES
Uji Stasioneritas
Data Stasioner pada Level Data Stasioner pada First
Difference
Unrestricted VAR
Uji Kointegrasi
Terdapat Kointegrasi
VECM
Tidak ada kointegrasi
VAR in Difference
dimana merupakan impulse response function.
Secara visual perilaku dari y
t
dan z
t
sebagai respon dari timbulnya guncangan dapat ditampilkan dengan melakukan ploting keempat koefisien
Φ
11
i, Φ
12
i, Φ
21
i dan Φ
22
i terhadap i.
4.2.8 Pengujian Kausalitas Blok Block Causality Test
Pengujian kausalitas dalam penelitian ini menggunakan metode block causality test
yang merupakan generalisasi dari metode Granger causality test ke dalam bentuk multivariate. Dasar dari block causality test adalah pengujian
terhadap eksogenitas suatu variabel. Menurut Enders 2004, terdapat sedikit perbedaan antara kausalitas dengan eksogenitas. Suatu variabel z
t
mempunyai sifat eksogen jika nilai y
t
saat ini dan nilai masa lalunya tidak berpengaruh terhadap z
t
. Dengan demikian, meskipun y
t
tidak Granger cause terhadap z
t
, tidak selalu z
t
bersifat eksogenus terhadap y
t
Tujuan dari pengujian block causality adalah untuk mengetahui apakah suatu variabel dapat diikutsertakan dalam sistem VAR dengan cara menentukan
lag tertentu dari suatu variabel yang Granger-cause terhadap variabel lain dalam sistem. Suatu sistem VAR dengan tiga variabel w
.
t
, y
t
dan z
t
maka ditentukan lag dari w
t
yang Granger cause terhadap y
t
dan z
t
. Lag dari wt kemudian direstriksi dalam persamaan y
t
dan z
t
menjadi sama dengan nol. Langkah selanjutnya adalah mengestimasi y
t
dan z
t
menggunakan lag dari y
t
, z
t
dan w
t
kemudian menghitung ∑
u
. Selanjutnya dilakukan estimasi ulang dengan mengeluarkan lag w
t
sehingga diperoleh
∑
r
T-clogI ∑
dan dilakukan pengujian likelihood ratio statistic dengan rumus Enders, 2004 :
r
l -logI ∑
u
l ..................................................................... 4.16
Dimana c adalah konstanta dengan nilai 3p +1 Statistik uji ini mempunyai sebaran chi-square dengan derajat bebas sama
dengan 2p dimana p adalah nilai lag dari w
t
yang telah dikeluarkan dari setiap persamaan.
Dalam penelitian ini, pengujian kausalitas blok hanya digunakan untuk analisis transmisi harga spasial, yaitu untuk menentukan arah transmisi pada
masiing-masing pasangan harga. Pada analisis transmisi harga vertikal arah transmisi antara harga CPO dengan harga minyak goreng ditentukan berdasarkan
asumsi ekonomi yang berlaku, dimana harga CPO sebagai bahan baku utama minyak goreng akan mempengaruhi harga minyak goreng.
4.2.9 Uji Transmisi Harga Asimetris Asymmetric Price TransmissionAPT
Menurut Engle dan Granger 1987, jika dua series harga saling terkointegrasi, maka akan terdapat mekanisme yang disebut error correction
representation ECR. Salah satu metode pengujian APT adalah melalui
pendekatan ECM Error Correction Model. Pendekatan ini diperkenalkan oleh Taubadel Fahlbusch 1996 dengan cara mengembangkan ECM standar dengan
memasukkan asymmetric adjustment terms. Integrasi pasar yang terjadi baik secara vertikal menyebabkan perubahan
harga CPO internasional dan CPO domestik ditransmisikan ke pasar minyak goreng sehingga menimbulkan respon berupa perubahan harga minyak goreng.
Dalam pasar persaingan sempurna, informasi kenaikan harga CPO akan diteruskan dan direspon dengan kecepatan atau besaran yang sama dengan
penurunan harga. Sebaliknya pasar yang tidak efisien akan memberikan respon yang berbeda antara ketika terjadi kenaikan dan penurunan harga. Hal yang sama
juga berlaku secara spasial, antara harga pada pasar acuan dengan harga pada pasar lokalkonsumen.
Respon yang terjadi pada pasar tujuan dapat diukur dari besaran error correction term
ECT-nya, yaitu koefisien variabel yang mengukur koreksi terhadap penyimpangan dari keseimbangan jangka panjang. Perbedaan respon
dapat dievaluasi dari ECT positif dan ECT negatif, yaitu respon ketika terjadi kenaikan dan penurunan harga. Perbedaan antara koefisien pada kedua variabel
tersebut menunjukkan jika transmisi berjalan asimetris. Prosedur pengujian APT melalui pendekatan ECM meliputi:
1. Pengujian stasioneritas data
2. Pengujian kointegrasi
Jika harga-harga terkointegrasi maka koefisien yang diestimasi pada OLS merupakan estimasi dari hubungan keseimbangan dalam jangka panjang diantara
harga-harga tersebut. 3.
Mengestimasi ECM. Model ECM pertama kali diestimasi dengan memasukkan asymmetric
adjustment term secara umum, tanpa melihat penyebab adjustment, apakah
disebabkan kenaikan atau penurunan harga atau dapat disebut ‘model simetris’. Secara matematis persamaan simetris dapat dituliskan sebagai :
∆P
i,t
= +
1
∆P
j,t
+
2
ECT
t-1
+
3
L ∆P
i,t-1
+
4
L ∆P
j,t-1
+
t
4.17
Dimana P
i,t
dan P
j,t
ECT pasangan harga yang saling terkointegrasi
t-1
= u
t-1
= lag residual dari persamaan kointegrasi
3
L dan
4
L merupakan lag polinomial
Untuk menganalisis APT, Selanjutnya untuk dieksplorasi perbedaan adjustment yang disebabkan kenaikan dan penurunan harga yaitu ECT
t-1
dengan melakukan segmentasi dalam bentuk positif dan negatifnya. Persamaan
matematikanya model ini menjadi :
∆P
i,t
= +
1
∆P
j,i
+
2 +
ECT
+ t-1
+
2 –
ECT
- t-1
+
3
L ∆P
i,t-1
+
4
L ∆P
j,t-1
+
t
............................................................................................................................... 4.18
Dimana P
i,t
dan P
j,i
ECT = error correctiom term, yaitu lag error yang ada pada setiap persamaan jangka panjang masing-masing pasangan harga
adalah pasangan harga yang terkointegrasi
ECT
+ t-1
= ECT
t-1
0; dan ECT
- t-1
= ECT
t-1
Error correction terms ECT merupakan residual dalam bentuk lag-nya
yang diperoleh dari persamaan keseimbangan jangka panjang persamaan kointegrasi. Koefisien Error correction termsECT
=0
2 +
dan
2 –
merupakan besaran penyesuaian kepada keseimbangan jangka panjang per periode. ECT
+
merupakan penyesuaian ketika perbedaan harga antara kedua series harga lebih besar dari kondisi keseimbangannya, dan sebaliknya ECT
-
adalah penyesuaian