8.4.2 Dampak Guncangan Harga CPO Internasional
Perubahan yang terjadi pada salah satu variabel dalam sistem VAR akan berpengaruh terhadap variabel yang lain. Analsis IRF Impulse Response
Function adalah metode yang dapat digunakan untuk melacak dampak dari
guncangan suatu variabel terhadap variabel lain dalam suatu sistem VAR sampai kurun waktu tertentu. Gambar 23 menampilkan hasil uji IRF untuk melihat
dampak yang akan timbul jika terjadi guncangan shock pada harga CPO internasional.
.00 .02
.04 .06
.08
2 4
6 8
10 12
14 16
18
Response of LMGDOM to LCPOINT
.00 .02
.04 .06
.08
2 4
6 8
10 12
14 16
18
Response of LCPOINT to LCPOINT
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Gambar 23 Dampak guncangan harga CPO internasional.
Pada bulan pertama setelah terjadi guncangan harga CPO Internasional, respon baru muncul dari harga CPO internasional sendiri, sementara harga
minyak goreng domestik tidak langsung memberikan respon. Respon harga minyak goreng baru akan muncul setelah bulan ke-2 dan mencapai puncaknya
setelah bulan ke-3. Dampak dari terjadinya guncangan berangsur-angsur hilang dan stabil kembali setelah bulan ke-10. Dampak guncangan tersebut pada harga
minyak goreng tidak sebesar dampak yang muncul pada harga CPO internasional itu sendiri. Ketika terjadi guncangan harga CPO internasional sebesar 1 standar
deviasi, maka dampak terbesar pada harga minyak goreng adalah sebesar 0.03 standar deviasi. Angka ini jauh lebih kecil dari dampak yang terjadi pada
harganya sendiri yaitu sebesar 0.07 standar deviasi.
8.4.3 Analisis Transmisi Harga CPO Internasional dengan Harga Minyak
Goreng Domestik
Transmisi harga yang berlangsung dalam integrasi pasar CPO Internasional dengan pasar minyak goreng domestik dilakukan dengan pendekatan ECM yang
dikembangkan Taubadel 1998. Model ECM yang akan digunakan adalah persamaan yang diturunkan dari model VECM dari analisis sebelumnya yang
kemudian dilakukan penyesuaian dengan menambahkan variabel eksogen tanpa lag. Dalam analisis ini digunakan persamaan 8.1 dimana variabel harga CPO
internasional merupakan variabel eksogennya. Untuk menganalisis apakah transmisi berjalan simetris atau asimetris, variabel ECT disegmentasi menjadi
ECT
+
dan ECT
-
. ECT
+
merupakan koreksi ketika terjadi deviasi positif atau penyimpangan yang menyebabkan harga minyak goreng domestik ‘lebih tinggi’
dari keseimbangan jangka panjang. Kondisi ini dapat terjadi ketika terjadi penurunan harga CPO internasional. Sebaliknya ECT
-
adalah variabel koreksi terhadap penyimpangan negatif, yaitu ketika terjadi kenaikan harga CPO
internasional. Jika secara statistik koefisien kedua variabel ini berbeda nyata maka berarti transmisi berjalan asimetris, yaitu harga minyak goreng domestik
memberikan respon yang berbeda terhadap kenaikan dan penurunan harga CPO internasional.
Tabel 22. Estimasi model ECM asimetris transmisi harga CPO internasional dan harga minyak goreng domestik
Variabel Endogen : DLMGDOM Variabel Eksogen
Pers.Simetris Pers. Asimetris
DLCPOINT 0.358
t
0.351 ECT
-0.182 -
ECT -
+
-0.138 ECT
-
-
-0.204 DLMGDOM
-0.135
t-1
-0.142 DLMGDOM
-0.148
t-2
-0.150 DLCPOINT
0.228
t-1
0.234 DLCPOINT
0.078
t-2
-0.082 R-sq
0.618 0.620
Tabel 22 menampilkan estimasi model ECM baik yang variabel ECT-nya belum disegmentasi persamaan simetris maupun yang telah tersegmentasi