Profil Industri Pengolahan CPO
disebabkan tingginya harga minyak bumi yang mendorong peningkatan penggunaan bioetanol yang antara lain diproduksi dari minyak sawit. Kenaikan
harga terus berlanjut pada tahun 2007 dan triwulan pertama 2008, dimana harga CPO internasional pada bulan Maret 2008 mencapai Rp 11 577kg, yang
merupakan harga tertinggi sejak tahun 2000. Lonjakan harga pada periode itu disebabkan kenaikan permintaan dari industri bioetanol di India dan Cina. Pada
tahun 2007 tersebut, pemerintah India mengeluarkan kebijakan berupa pemberian subsidi bagi penggunaan minyak nabati yang digunakan untuk bahan bakar
Bachtiar, 2010. Setelah mengalami puncak kenaikan harga pada triwulan pertama tahun
2008 tersebut, harga CPO internasional mulai mengalami penurunan sejalan dengan perlambatan perekonomian dunia yang berdampak terhadap pengurangan
permintaan CPO dari negara-negara importir. Penurunan harga juga disebabkan anjloknya harga minyak mentah dunia sehingga penggunaan minyak sawit
sebagai bioetanol juga ikut berkurang. Penurunan harga terjadi sejak bulan Mei 2008 hingga akhir tahun 2008. Harga CPO internasional pada bulan Oktober
2008 sebesar Rp 5 476kg yang mendekati harga awalnya sebelum terjadi lonjakan harga pada awal tahun 2007.
Pada tahun 2009, meskipun terlihat adanya kenaikan harga namun jauh lebih kecil dibandingkan pada tahun sebelumnya. Meskipun demikian,
perkembangan harga CPO menunjukkan tren yang cenderung meningkat. Rendahnya harga CPO internasional pada tahun 2009 masih merupakan dampak
dari penurunan harga yang terjadi pada akhir 2008. Menghadapi rendahnya harga CPO internasional, pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat untuk melakukan
peremajaan kebun kelapa sawit yang berakibat turunnya pasokan CPO dari kedua negara tersebut ke pasar CPO dunia. Pasokan CPO Indonesia pada tahun 2009
berkurang hingga 75.000 ton sementara Malaysia berkurang 500.000 ton Bachtiar, 2010.
Memasuki tahun 2010, pertumbuhan produksi minyak sawit dunia melambat karena adanya penurunan produktivitas perkebunan kelapa sawit di
Indonesia yang berakibat penurunan produksi dan pasokan ekspor. Hal ini menyebabkan harga CPO internasional mulai menunjukkan peningkatan
dibandingkan harga pada akhir tahun 2009. Harga meningkat cukup tajam selama tahun 2010 dan mencapai puncak kenaikan harga pada bulan Januari 2011,
dimana harga CPO internasional pada bulan tersebut mencapai Rp 11 515kg, lebih tinggi dari puncak kenaikan harga pada tahun 2008 dan menjadi harga
tertinggi sejak tahun 2000. Kenaikan harga CPO pada pasar minyak nabati dunia menyebabkan peningkatan konsumsi minyak kedelai, namun peralihan ini hanya
bersifat sementara karena stok minyak kedelai dunia yang terbatas dan mulai menipis pada bulan Juni 2010 Drajat, 2010.
Harga CPO internasional kembali mengalami penurunan setelah Februari 2011 seiring peningkatan produksi minyak sawit di Indonesia dan Malaysia
selama tahun 2011. Pada bulan Maret 2011 stok minyak sawit Malaysia meningkat 7 hingga 8 Kemendag, 2011. Kenaikan suplai menyebabkan
harga terus mengalami penurunan harga hingga bulan Oktober dimana harga CPO internasional menjadi Rp 8 841kg yang merupakan harga terendah sejak tahun
2011. Harga kembali mengalami kenaikan setelah November 2011 yang dipicu oleh banjir yang terjadi di Malaysia World Bank, 2012. Harga CPO
internasional terus mengalami kenaikan selama kuartal pertama tahun 2012. Namun demikian World Bank memprediksi jika harga CPO tahun 2012 tetap akan
mengalami penurunan sebesar 20 karena adanya peningkatan suplai CPO dunia.
Gambar 18 Pergerakan dan pertumbuhan harga CPO internasional periode Januari 2000-April 2012
Tabel 8 memperlihatkan keragaman harga CPO internasional per tahun pada periode tahun 2000-kuartal pertama tahun 2012. Dalam kurun waktu
tersebut, terjadi beberapa kali fluktuasi harga yang relatif tinggi, yaitu pada tahun 2001, 2007, 2008 dan 2010. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variasi CV
pada tabel tersebut, dimana nilai CV pada tahun-tahun tersebut relatif lebih tinggi. Tingginya fluktuasi harga CPO internasional pada tahun 2007 dan 2008 tidak
terlepas dari pergerakan harga dalam periode itu. Sebagaimana telah dideskripsikan sebelumnya, bahwa pada tahun 2007 terjadi kenaikan harga yang
cukup tajam selama tahun 2007. Fluktuasi semakin besar pada tahun 2008 karena pada tahun ini harga masih meningkat tajam yang diikuti penurunan harga yang
juga relatif tajam setelah puncak kenaikan harga pada bulan yang diikuti penurunan harga yang juga cukup tajam setelah bulan Mei 2008. Harga kembali
berfluktuasi pada tahun 2010, dimana harga CPO internasional mengalami kenaikan yang cukup tajam selama tahun 2010.
Fluktuasi harga CPO internasional mendapat perhatian serius dari pemerintah karena akan berpengaruh terhadap harga CPO dan minyak goreng
domestik. Tingkat harga CPO internasional menjadi dasar penetapan kebijakan yang terkait dengan penetapan harga kelapa sawit TBS dan harga minyak goreng
domestik.
Tabel 8 Keragaman harga CPO internasional periode 2000-2012
Tahun Harga Rata-Rata
Rpkg Standar Deviasi
CV
2000 2435.04
169.12 6.95
2001 2724.40
423.07 15.53
2002 3359.32
264.19 7.86
2003 3535.51
341.99 9.67
2004 3897.70
324.12 8.32
2005 3802.02
242.57 6.38
2006 4079.00
445.72 10.93
2007 6681.15
1192.14 17.84
2008 8485.12
2394.96 28.23
2009 6567.07
603.51 9.19
2010 7638.62
1200.89 15.72
2011 9184.57
872.61 9.50
2012 10265.09
538.07 5.24
Rata-rata 5588.81
693.30 11.64
kuartal pertama