Medan dengan perubahan mencapai 0.031 dan 0.040 standar deviasi. Secara akumulatif, respon terbesar terhadap shock harga minyak goreng di Surabaya
selama 12 bulan ditunjukkan oleh harga minyak goreng di Pekanbaru sebesar 0.31 standar deviasi.
Selain Pekanbaru, pasar minyak goreng di Denpasar juga terkena dampak yang relatif besar akibat shock yang terjadi pada pasar minyak goreng di
Surabaya. Kedekatan secara geografis antara kedua pasar memungkinkan informasi perubahan harga lebih mudah diterima oleh pelaku pasar di Denpasar.
9.7 Analisis Transmisi Harga Spasial
Analisis transmisi harga spasial dalam penelitian ini difokuskan pada analisis keberadaan asymmetric price transmission APT antar pasar yang
mempunyai hubungan jangka panjang antara pasar minyak goreng pada pasar acuan yaitu Medan dan Surabaya dengan pasar di kota lain. Dari pengujian VAR
Granger Causalityblock exogeneity sebelumnya telah diketahui jika harga minyak goreng di Medan dan Surabaya merupakan pasar acuan utama pada pasar minyak
goreng antar wilayah yang menjadi variabel eksogen bagi variabel harga minyak goreng di seluruh kota yang diamati. Keberadaan APT dapat memberikan
gambaran jika pasar tidak berjalan efisien, salah satunya karena adanya market power
yang digunakan oleh pelaku pasar. Analisis transmisi harga spasial dilakukan dengan pendekatan kointegrasi,
yaitu menggunakan model ECM yang dikembangkan Taubadel 1998. Sebelum melakukan estimasi model ECM, harus dilakukan uji kointegrasi secara bivariate
antara harga pada pasar acuan yaitu Medan dan Surabaya masing-masing dengan pasar lokal di kota lainnya. Hal ini perlu dilakukan dalam analisis ini karena
pengujian kointegrasi yang dilakukan pada tahap sebelumnya dalam bentuk multivariat.
9.7.1 Transmisi Harga Minyak Goreng di Medan dengan Kota Lain
Secara spasial, dari analisis kausalitas blok sebelumnya telah diketahui jika Medan merupakan pasar acuan pada pasar minyak goreng domestik di Indonesia.
Pengujian kointegrasi antara harga minyak di Medan dengan kota-kota lain yang
dianalisis dalam penelitian ini adalah untuk mengevaluasi integrasi antar pasar yang ditunjukkan oleh adanya hubungan kointegrasi atau hubungan jangka
panjang antara pasar minyak goreng di Medan dengan kota lain. Perubahan harga di Medan akan memicu perubahan harga di kota lain. Tabel 34 menampilkan
hasil pengujian kointegrasi harga minyak goreng di MedanLMGMDN dengan harga minyak goreng di Pekanbaru LMGPKB, Palembang LMGPLB, Jakarta
LMGJKT, Bandung LMGBDG, Semarang LMGSMR, Surabaya LMGSBY, Denpasar LMGDPS, Pontianak LMGPTK, dan Makasar
LMGMKS. Metode yang digunakan adalah metode Johansen Cointegration Test
.
Tabel 34 Hasil pengujian kointegrasi spasial Medan sebagai pasar acuan
Pasangan Variabel Hipotesis
nol: Jumlah CE
Trace Statistic
Nilai Kritis
Max-Eigen Statistic
Nilai Kritis
LMGMDN-LMGPKB None
At most 1 38.15
3.53 20.26
9.16 34.62
3.53 15.89
9.16 LMGMDN-LMGPLB
None At most 1
43.15 3.73
20.26 9.16
39.43 3.73
15.89 9.16
LMGMDN-LMGJKT None
At most 1 48.55
3.91 20.26
9.16 44.64
3.91 15.89
9.16 LMGMDN-LMGBDG
None At most 1
36.60 3.46
20.26 9.16
33.14 3.46
15.89 9.16
LMGMDN-LMGSMR None
At most 1 25.69
3.39 20.26
9.16 22.29
3.39 15.89
9.16 LMGMDN-LMGSBY
None At most 1
48.98 3.48
20.26 9.16
45.49 3.48
15.89 9.16
LMGMDN-LMGDPS None
At most 1 18.85
3.63 20.26
9.16 15.21
3.63 15.89
9.16 LMGMDN-LMGPTK
None At most 1
26.63 3.44
20.26 9.16
23.19 3.43
15.89 9.16
LMGMDN-LMGMKS None
At most 1 43.67
3.42 20.26
9.16 40.25
3.42 15.89
9.16
berarti H ditolak pada level 5
Dari hasil pengujian kointegrasi spasial di atas terlihat jika harga minyak goreng di Medan terkointegrasi dengan kota yang lain kecuali Denpasar, sehingga
dalam jangka panjang terdapat keseimbangan antara harga minyak goreng di Medan dengan Pekanbaru, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
Pontianak dan Makasar namun tidak dengan Denpasar.
Berdasarkan hasil pengujian kointegrasi maka estimasi model ECM untuk menganalisis keberadaan APT dilakukan antara harga minyak goreng di Medan
LMGMDN dengan Pekanbaru LMGPKB, Palembang LMGPLB, Jakarta LMGJKT, Bandung LMGBDG, Semarang LMGSMR, Denpasar
LMGDPS, Surabaya LMGSBY, Pontianak LMGPTK, dan Makasar LMGMKS yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 35.
Tabel 35 Hasil Estimasi Persamaan ECM transmisi harga spasial
Variabel Eksogen :
Variabel Endogen
DLMG PKB
DLMG
t
PLB DLMG
t
JKT DLMG
t
BDG DLMG
t
SMR
t
DLMG SBY
DLMG
t
PTK DLMG
t
MKS
t
DLMGMDN
0.902
t
0.549 0.445 0.520 0.652 0.720 0.518 0.439
ECT
-0.374
+
-0.445 -0.578 -0.380 -0.307 -0.621 -0.286 -0.385
ECT
-0.547
-
-0.450 -0.447 -0.363 -0.264 -0.550 -0.226 -0.332
DLMGMDN
-0.235
t-1
-0.014 0.056
0.131 0.083
-0.038 0.012
-0.072
DLMGPKB
0.206
t-1
DLMGPLB
t-1
0.056
DLMGJKT
t-1
-0.041
DLMGBDG
t-1
-0.41
DLMGSMRt
t-1
-0.019
DLMGSBY
t-1
0.084
DLMGPTK
t-1
0.095
DLMGMKS
t-1
0.126 R-square
0.520 0.491
0.481 0.462
0.453 0.563
0.414 0.415
p-value Hasil Uji Wald:
F-statistic 0.2008 0.9667 0.3055 0.8984 0.7454 0.6386 0.5853 0.5966
Chi-square 0.1987 0.9666 0.3038 0.8982 0.7449 0.6378 0.5844 0.5958
Keterangan :Angka dalam tabel adalah koefisien variabel eksogen Tanda berarti signifikan pada level 5
Dalam
jangka pendek, perubahan harga minyak goreng di Medan berpengaruh signifikan terhadap perubahan kota seluruh kota lain, dengan
pengaruh terbesar terjadi pada harga di Pekanbaru. Perubahan harga minyak goreng di Medan sebesar 1 akan menyebabkan harga di Pekanbaru sebesar
0.902. Perubahan harga pada setiap kota kecuali Pekanbaru tidak dipengaruhi secara signifikan oleh harganya sendiri pada periode sebelumnya. Hal ini
menunjukkan jika perubahan harga di Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Pontianak dan Makasar lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Tanda negatif pada koefisien ECT+ dan ECT- menunjukkan jika penyimpangan dari keseimbangan jangka panjang pada seluruh kota secara