Profil Industri Minyak Goreng di Indonesia

Tabel 8 memperlihatkan keragaman harga CPO internasional per tahun pada periode tahun 2000-kuartal pertama tahun 2012. Dalam kurun waktu tersebut, terjadi beberapa kali fluktuasi harga yang relatif tinggi, yaitu pada tahun 2001, 2007, 2008 dan 2010. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variasi CV pada tabel tersebut, dimana nilai CV pada tahun-tahun tersebut relatif lebih tinggi. Tingginya fluktuasi harga CPO internasional pada tahun 2007 dan 2008 tidak terlepas dari pergerakan harga dalam periode itu. Sebagaimana telah dideskripsikan sebelumnya, bahwa pada tahun 2007 terjadi kenaikan harga yang cukup tajam selama tahun 2007. Fluktuasi semakin besar pada tahun 2008 karena pada tahun ini harga masih meningkat tajam yang diikuti penurunan harga yang juga relatif tajam setelah puncak kenaikan harga pada bulan yang diikuti penurunan harga yang juga cukup tajam setelah bulan Mei 2008. Harga kembali berfluktuasi pada tahun 2010, dimana harga CPO internasional mengalami kenaikan yang cukup tajam selama tahun 2010. Fluktuasi harga CPO internasional mendapat perhatian serius dari pemerintah karena akan berpengaruh terhadap harga CPO dan minyak goreng domestik. Tingkat harga CPO internasional menjadi dasar penetapan kebijakan yang terkait dengan penetapan harga kelapa sawit TBS dan harga minyak goreng domestik. Tabel 8 Keragaman harga CPO internasional periode 2000-2012 Tahun Harga Rata-Rata Rpkg Standar Deviasi CV 2000 2435.04 169.12 6.95 2001 2724.40 423.07 15.53 2002 3359.32 264.19 7.86 2003 3535.51 341.99 9.67 2004 3897.70 324.12 8.32 2005 3802.02 242.57 6.38 2006 4079.00 445.72 10.93 2007 6681.15 1192.14 17.84 2008 8485.12 2394.96 28.23 2009 6567.07 603.51 9.19 2010 7638.62 1200.89 15.72 2011 9184.57 872.61 9.50 2012 10265.09 538.07 5.24 Rata-rata 5588.81 693.30 11.64 kuartal pertama

6.2 Pergerakan Harga CPO Domestik

Harga CPO di dalam negeri dihasilkan dari mekanisme penawaran dan permintaan pada pasar CPO domestik. Penawaran CPO domestik merupakan gabungan dari produksi CPO dari prosesor minyak sawit milik negara maupun swasta. Sedangkan permintaan CPO domestik berasal dari berbagai industri turunan kelapa sawit seperti industri pangan, biofuel dan oleokimia dimana permintaan terbesar berasal dari industri minyak goreng. Harga CPO domestik pada periode bulan Januari 2000 hingga April 2012 menunjukkan tren yang cenderung naik dari tahun ke tahun. Sebagaimana pergerakan harga CPO internasional, harga CPO domestik pada periode sebelum tahun 2006 cenderung stabil dan menjadi lebih fluktuatif sejak tahun 2006. Pertumbuhan harga bulanan growth month to month tertinggi terjadi pada bulan November 2006 dimana terjadi kenaikan harga sebesar 20.4 dari bulan sebelumnya Gambar 19. Harga CPO domestik sempat mengalami fluktuasi pada awal tahun 2000 yang disebabkan penurunan kualitas tandan buah segar yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat yang merupakan dampak dari kenaikan harga pupuk pada tahun 1999. Harga CPO domestik terus mengalami penurunan hingga akhir tahun 2000 dan mencapai titik terendah pada bulan Desember 2000 sebesar Rp 1 667kg sebelum bergerak naik kembali. Gambar 19 Pergerakan dan pertumbuhan harga CPO domestik periode Januari 2000-April 2012. Ditinjau dari keragaman harga antar tahun tabel 9, fluktuasi harga CPO domestik yang tertinggi terjadi pada tahun 2008, dengan nilai koefisien keragaman CV mencapai 24.7. Fluktuasi harga CPO domestik pada tahun ini tidak lepas dari terjadinya fluktuasi pada pasar CPO dunia. Kenaikan tajam yang terjadi selama tahun 2007 mencapai puncaknya pada bulan Maret 2008, dimana harga CPO domestik mencapai Rp 9 978kg sebelum kembali turun dengan pertumbuhan negatif hingga bulan Oktober 2008. Tabel 9 Keragaman harga CPO domestik periode 2000-2012 Tahun Harga Rata-Rata Rpkg Standar Deviasi CV 2000 2204.75 333.56 15.13 2001 2048.92 170.36 8.31 2002 2840.33 258.64 9.11 2003 3299.67 170.41 5.16 2004 3672.25 118.73 3.23 2005 3768.83 216.28 5.74 2006 4138.42 485.04 11.72 2007 7026.19 1044.90 14.87 2008 7885.92 1948.74 24.71 2009 6791.11 611.48 9.00 2010 7845.97 1080.32 13.77 2011 8904.16 638.00 7.17 2012 9488.71 533.17 5.62 Rata-rata 5378.09 585.36 10.27 kuartal pertama Jika dibandingkan dengan harga CPO internasional, harga CPO domestik pada periode tahun 2000-2012 relatif lebih stabil yang terlihat dari nilai CV rata- rata CPO domestik 10.27 yang lebih rendah dari nilai CV rata-rata CPO internasional 11.64. Pada tahun 2008 ketika terjadi fluktuasi harga CPO yang tertinggi baik pada pasar dunia maupun pada pasar domestik, nilai koefisien keragaman dari harga CPO internasional mencapai 28.2, sementara CPO domestik hanya 24.7. Intervensi pemerintah berupa penerapan pajak ekspor CPO terlihat dapat mengurangi dampak fluktuasi harga dunia terhadap pasar CPO domestik.

6.3 Pergerakan Harga Minyak Goreng Domestik

Pada periode Januari 2000-April 2012, pergerakan harga minyak goreng menunjukkan tren yang cenderung meningkat. Secara grafis pergerakan harga minyak goreng domestik juga mempunyai pola yang sama dengan pergerakan harga CPO, dimana harga minyak goreng mengalami kenaikan harga yang cukup tajam pada tahun 2007 . Harga minyak goreng juga mengalami penurunan pada tahun 2008 namun dengan besaran lebih kecil dari penurunan harga CPO Gambar 20. Pertumbuhan harga minyak goreng selama periode pengamatan juga lebih stabil dimana perubahan harga antar bulan yang tertinggi tercatat 18 dan yang terendah -10. Nilai ini jauh lebih kecil dari kisaran pertumbuhan harga CPO domestik yang mencapai 20 hingga -23. Gambar 20 Pergerakan dan pertumbuhan harga minyak goreng domestik periode Januari 2000-April 2012 Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat sehingga sisi permintaan tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan harga minyak goreng. Dari Tabel 10 terlihat jika keragaman harga minyak goreng relatif lebih stabil dibandingkan harga CPO yang terlihat dari nilai CV yang relatif rendah. Meskipun keragaman harga meningkat pada tahun 2007-2008, namun besarannya lebih kecil jika dibandingkan keragaman harga CPO pada periode yang sama. Tabel 10 Keragaman harga minyak goreng domestik periode 2000-2012 Tahun Harga Rata-Rata Rpkg Standar Deviasi CV 2000 3594.44 123.58 3.44 2001 3789.58 387.51 10.23 2002 4458.67 185.68 4.16 2003 4906.08 235.86 4.81 2004 5379.67 218.67 4.06 2005 5144.92 232.18 4.51 2006 5335.00 279.69 5.24 2007 8170.06 1246.04 15.25 2008 10347.77 1486.88 14.37 2009 9077.22 488.18 5.38 2010 9804.06 554.92 5.66 2011 10809.87 333.88 3.09 2012 11489.56 185.97 1.62 Rata-rata 7100.531 458.3877 6.30 kuartal pertama

6.4 Spread Harga CPO dan Harga Minyak Goreng Domestik

Spread harga CPO domestik dan minyak goreng domestik merupakan selisih antara harga minyak goreng domestik dengan harga CPO domestik. Spread antara harga CPO domestik dengan minyak goreng dapat menunjukkan margin keuntungan yang diterima oleh industri minyak goreng yang akan berpengaruh terhadap harga eceran yang harus dibayarkan konsumen. Sementara itu spread antara harga CPO internasional dengan minyak goreng dapat memberikan informasi mengenai respon perubahan harga minyak goreng domestik terhadap perubahan harga CPO. Selama periode bulan Januari 2000-April 2012 terlihat jika fluktuasi harga CPO domestik dan minyak goreng menyebabkan spread yang juga berfluktuasi. Pada periode kenaikan harga CPO domestik selama bulan Oktober 2006- Januari 2008, spread harga mengalami penurunan dengan spread harga terendah terjadi pada bulan November 2006 sebesar Rp 544kg. Spread harga kembali mengalami kenaikan setelah harga CPO kembali turun Maret 2008-Oktober 2008 dimana spread tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2008 sebesar Rp 3 860kg Gambar 21. Gambar 21 Pergerakan dan spread hargaCPO dengan harga minyak goreng periode Januari 2000-April 2012. Kondisi yang sama terjadi pada saat harga CPO domestik kembali mengalami kenaikan pada akhir tahun 2010, spread pada bulan Desember 2010 kembali mengalami penurunan tajam menjadi Rp 716kg, dan kembali naik seiring dengan penurunan harga CPO domestik pada awal tahun 2011. Pada bulan Maret 2011, spread naik menjadi Rp 2851kg. Hal ini menunjukkan jika kenaikan harga CPO tidak serta merta dapat menjadikan industri minyak goreng menaikkan harga dengan besaran yang sama dengan kenaikan harga CPO, sehingga kenaikan harga CPO ternyata tidak hanya merugikan masyarakat tetapi juga dapat mengurangi keuntungan produsen minyak goreng. Sebagai salah satu komoditas pokok, pemerintah berkepentingan untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng dengan intervensi kebijakan antara lain melalui penjualan minyak goreng bersubsidi bagi kalangan tidak mampu ketika terjadi fluktuasi harga minyak goreng. Kebijakan ini secara psikologis dapat meredam fluktuasi harga minyak goreng eceran. Dengan demikian kebijakan pengendalian harga minyak goreng terbukti menguntungkan bagi konsumen, tetapi berpotensi mengurangi kesejahteraan industri minyak goreng. Ketika harga CPO kembali turun, industri minyak goreng mempertahankan spread harga dengan tidak menurunkan harga minyak goreng sebesar penurunan harga CPO. Kondisi itu menyebabkan spread akan semakin fluktuatif jika terjadi