terjadinya fluktuasi harga CPO dunia terhadap stabilitas harga CPO domestik yang pada akhirnya juga dapat berdampak pada stabilitas harga minyak goreng
domestik.
7.3 Integrasi Jangka Pendek antara Pasar CPO Dunia dan Domestik
Meskipun dalam jangka panjang kedua pasar tidak terintegrasi, namun dalam jangka pendek integrasi yang terjadi dapat dievaluasi melalui pendekatan
VAR dalam bentuk first difference. Untuk mengestimasi model integrasi pasar CPO dunia dan domestik, pertama-tama dilakukan pemilihan lag optimum untuk
menyusun sistem VAR. Menurut kriteria SC, lag optimum yang dapat digunakan adalah lag 2.
Estimasi model VAR first diff antara kedua variabel ditampilkan pada Tabel 15. Dari model tersebut terlihat jika dalam jangka pendek perubahan harga CPO
domestik dipengaruhi secara signifikan oleh harganya sendiri dua bulan sebelumnya dan harga CPO internasional dua bulan sebelumnya. Sedangkan
perubahan harga CPO internasional secara signifikan dipengaruhi oleh harganya sendiri 1 bulan sebelumnya dan harga CPO domestik 2 bulan sebelumnya.
Tabel 15 Estimasi model integrasi pasar CPO dunia dan domestik
Variabel eksogen Variabel endogen
DLCPODOM DLCPOINT
DLCPODOM-1 -0.01528
0.021737 DLCPODOM-2
-0.212835 0.210183
DLCPOINT-1 0.162530
0.249734 DLCPOINT-2
0.338080 -0.188782
C 0.007211
0.006766
Keterangan : tanda berarti signifikan pada level 5
Dari model di atas terlihat adanya saling pengaruh antara kedua harga. Untuk melihat arah kausalitas antara harga CPO internasional dan CPO domestik
dilakukan uji VAR Granger Causality yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 16dari hasil pengujian terlihat sifat eksogenitas variabel harga CPO internasional.
Dengan demikian dalam jangka pendek pasar CPO domestik cenderung dipengaruhi oleh pasar internasional. Hal ini memperlihatkan jika Indonesia
sebagai produsen CPO terbesar belum mempunyai kekuatan dalam mempengaruhi harga. Perkembangan industri hilir kelapa sawit yang masih terbatas pada industri
minyak goreng dan belum berkembang pada industri lain seperti oleokimia dan biodiesel menimbulkan Indonesia mempunyai ketergantungan yang tinggi kepada
pasar CPO dunia untuk memasarkan produknya sehingga dalam jangka panjang, perlu dilakukan upaya pengembangan sektor hilir untuk memperkuat posisi tawar
Indonesia dalam pasar CPO dunia.
Tabel 16 VAR Granger CausalityBlock Exogeneity Wald Test
Variabel endogen H0 : excluded
Chi-sq Probabilitas
DLCPODOM DLCPOINT
14.59309 0.0007
DLCPOINT DLCPODOM
4.572814 0.1016
7.4 Dampak Perubahan Mekanisme Pajak Ekspor CPO Terhadap Integrasi Pasar CPO
Penerapan pajak ekspor CPO diduga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi integrasi pasar. Sejak diberlakukan pada tahun 1994 terjadi
beberapa kali perubahan dalam penentuan besaran pajak yang harus dibayar oleh eksportir. Pada periode tahun 2000-2007, besaran pajak ekspor CPO ditentukan
berdasarkan tarif pajak ekspor PE dan harga patokan ekspor HPE, dengan rumus : PE x Jumlah ekspor x HPE x nilai kurs Rifin, 2011. Harga patokan
ekspor pada periode itu konstan pada angka 3. Pada tahun 2007, dengan dilatarbelakangi kenaikan harga CPO dunia yang tajam pada tahun tersebut,
pemerintah mengubah mekanisme penetapan pungutan ekspor CPO. Melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94PMK 0112007, besar HPE ditentukan
berdasarkan harga rata-rata di Rotterdam bulan sebelumnya dan semakin tinggi HPE maka PE yang dikenakan juga semakin tinggi.
Tabel..menampilkan pengujian kointegrasi antara harga CPO dunia dan domestik pada dua periode, yaitu Januari 2000-Agustus 2007 dan Oktober 2007-
April 2012. Dari hasil pengujian tersebut terlihat jika pada periode tahun 2000- 2007 ketika besaran pajak ekspor bersifat konstan, terjadi integrasi jangka panjang
antara pasar CPO dunia dengan pasar CPO domestik. Perubahan mekanisme
pajak ekspor pada bulan September 2007 menyebabkan kedua pasar menjadi tidak terintegrasi kembali.
Tabel 17 Hasil Pengujian Kointegrasi Harga CPO Internasional dan CPO Domestik
Periode Hipotesis
Nol Trace
Statistic Nilai Kritis
5 Max-Eigen
Statictic Nilai Kritis
5 Jan 2000-Agt 2007
None 26.70985
15.49471 26.15541
14.26460 At most
1 0.554441 3.841466
0.554441 3.841466
Sep 2007-Apr 2012 None
17.08384 20.26184
11.60551 15.89210
At most 1 5.478330
9.164546 5.478330
9.164546
Keterangan : Tanda
berarti H dapat ditolak pada taraf 5
Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan jika penetapan besaran pajak ekspor CPO secara progresif dari sisi stabilisasi harga minyak
goreng dinilai lebih efektif karena dapat meredam dampak fluktuasi harga CPO dunia terhadap harga CPO domestik. Namun pada sisi yang lain, mekanisme
pajak secara progresif berdampak negatif bagi produsen CPO dan petani sawit karena harga di tingkat dunia tidak tertransmisikan secara penuh kepada harga
domestik. Upaya stabilisasi harga minyak goreng dalam jangka panjang tidak boleh berhenti pada penerapan pajak ekspor, namun perlu dilakukan upaya
antisipasi lain melalui perbaikan struktur pasar dan pengembangan sektor hilir.