Dampak Guncangan Harga di Surabaya

Indonesia saat ini terbukti tidak menimbulkan kerugian bagi pelaku pasar dan terutama bagi konsumen. X. KESIMPULAN DAN SARAN

10.1 Kesimpulan

Dari analisis pergerakan harga CPO internasional, CPO domestik, minyak goreng domestik serta pergerakan harga minyak goreng di 10 kota besar di Indonesia dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Pergerakan harga CPO internasional, CPO domestik dan minyak goreng domestik pada periode bulan Januari 2000-April 2012 mempunyai pola pergerakan yang cenderung sama yaitu cenderung fluktuatif dengan tren meningkat dari tahun ke tahun. Fluktuasi tertinggi terjadi pada harga CPO internasional CV=11.64, sementara itu harga minyak goreng lebih stabil dari harga CPO CV=6.29. Fluktuasi harga CPO domestik dan minyak goreng domestik menyebabkan spread harga antara kedua komoditas tersebut juga berfluktuasi. Kenaikan harga CPO akan mengurangi spread harga, dan sebaliknya penurunan harga CPO menyebabkan spread kembali naik. Dengan demikian dapat disimpulkan jika kenaikan harga CPO cenderung merugikan baik bagi konsumen maupun produsen minyak goreng. 2. Pada umumnya harga minyak goreng di 10 kota besar pada periode bulan Januari 2000-April 2012 menunjukkan arah pergerakan yang sama dan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Harga rata-rata terendah terjadi di Medan sebesar Rp 6 408kg dan tertinggi di Denpasar Rp 7 381kg. Pergerakan harga yang paling fluktuatif terjadi di Pekanbaru dengan CV sebesar 10.65 dan yang paling stabil adalah Jakarta dengan CV sebesar 7.22. Keragaman harga minyak goreng di seluruh kota yang dianalisis lebih tinggi dari keragaman harga minyak goreng secara nasional. Sementara itu terkait dengan integrasi pasar diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pasar CPO domestik tidak terintegrasi dengan pasar CPO dunia. Perubahan mekanisme penerapan pajak ekspor CPO pada tahun 2007 yang menyebabkan besaran pajak berfluktuasi mengikuti fluktuasi harga CPO berpengaruh terhadap integrasi pasar. 2. Pasar minyak goreng sawit domestik terintegrasi dengan pasar CPO dunia dan pasar CPO domestik. Dalam jangka panjang, variabel harga CPO internasional berpengaruh lebih besar terhadap harga minyak goreng dibandingkan harga CPO domestik sehingga fluktuasi CPO dunia sangat berpengaruh terhadap fluktuasi harga minyak goreng domestik. Transmisi harga vertikal yang berlangsung antara harga CPO Internasional dan CPO domestik berjalan simetris sehingga dapat disimpulkan jika pasar industri minyak goreng sawit di Indonesia sudah berjalan efisien, dalam hal ini adanya struktur pasar industri minyak goreng sawit yang terkonsentrasi dan tingginya integrasi vertikal dalam industri kelapa sawit belum dapat dibuktikan menyebabkan perilaku pemanfaatan market power oleh industri minyak goreng sawit dalam menetapkan harga. 3. Pasar minyak goreng di 10 kota yang dianalisis terintegrasi secara spasial. Hal ini menunjukkan jika perdagangan dan distribusi minyak goreng antar wilayah sudah berjalan efisien. Pasar minyak goreng di Medan dan Surabaya merupakan pasar acuan yang paling banyak mempengaruhi pasar yang lain. Transmisi harga spasial dari pasar acuan ke pasar lokal berjalan simetris.

10.2 Saran

Stabilisasi harga minyak goreng domestik sangat terkait dengan stabilisasi harga CPO. Kebijakan penerapan pajak ekspor CPO terbukti berpengaruh terhadap integrasi pasar CPO dunia dengan pasar domestik. Pada satu sisi kebijakan ini dapat dampak fluktuasi harga CPO dunia terhadap fluktuasi harga minyak goreng. Namun pada sisi yang lain pasar domestik yang tidak terintegrasi dengan pasar dunia cenderung merugikan produsen CPO dan petani sehingga diperlukan kebijakan lain yang dapat mendorong stabilisasi harga CPO domestik. Bagi penelitian lebih lanjut yang terkait transmisi harga, disarankan penggunaan data mingguan untuk dapat menangkap dinamika transmisi harga yang terjadi. Selain itu analisis integrasi pasar dan transmisi harga spasial juga diperluas ke kota besar lainnya, mengingat dalam penelitian ini, seluruh kota yang diamati mempunyai keragaman harga yang lebih tinggi dari rata-rata nasional. DAFTAR PUSTAKA Aji, BWP .2010. Analisis Integrasi Harga Minyak Bumi, Minyak Kedelai, CPO, Minyak Goreng Domestik dan Tandan Segar Buah Sawit [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Baffes, J dan Gohou.G. 2003. The Co-Movement between Cotton and Polyester Prices. Presentation at the FAOESC Commodity Symposium. Rome, Italy. Bank Indonesia. 2008. Pengaruh Distribusi dalam Pembentukan Harga Komoditas dan Implikasinya Terhadap Inflasi. Jakarta:BI. Baye, MR. 2010. Managerial Economics and Business Strategy 7 th Badan Pusat Statistik [ BPS ] . 2007. Berita Resmi Statistik. No.3807Th.X.2007. Jakarta: BPS. ed. McGraw Hill. _______________________. 2008. Survei Sosial Ekonomi Nasional 2008. Jakarta _______________________. 2011. Berita Resmi Statistik. No.0601Th.XV.2011. Jakarta :BPS. Bonjean, CA dan Brun, JF. 2007. Price Transmission at the Cocoa-Chocolate Chain. France: CERDI. CDMI. 2012. Kinerja 25 Group Perusahaan Kelapa Sawit di Indonesia 2012 Beserta Laporan Keuangannya. Jakarta Chalil,D. 2008. Apakah Kenaikan Harga Minyak Goreng Disebabkan Tingginya Harga CPO?. Jurnal Agrica 1:2 Commision of the European Communities [COEC]. 2009. Analysis of Transmission Along the Food Supply Chain in the EU. Brussel:COEC. Conforti, P. 2004. Price Transmission in Selected Agricultural Markets. FAO Commodity and Trade Policy Research Working Paper No. 7. Rome:FAO.