diberikan kepada ES sejak dirinya dipindahkan ke Medan. Hal ini membuat ES dan abang ES malas untuk pulang ke kampung, meskipun sebenarnya keadaan di
asrama ES kurang menyenangkan pada saat liburan karena sepi. “....Ya kenyataannya sampai sekarang kek gitulah orang itu, paling cuma
abanglah yang perhatian, selain itu gak ada. Kek nanya kabar pun enggak.” W2.R2B.675-681hal.113
“Iya. Makanya kadang aku pun malas pulang kak.” W3.R2B.659-660hal.129
“Ya kalau pas libur kan kak gak enak, sepi.” W3.R2B.664-665hal.129
c. Solusi dalam hal pergaulan
Dalam hal pergaulan, ES termasuk orang yang mampu bergaul terlepas dari keterbatasan yang dimilikinya. Jika dibandingkan dengan pergaulan ES pada
masa SMA, pergaulan ES di kampus sudah cukup baik. ES kini sudah lebih berani untuk berbicara dengan orang baru dan memulai percakapan. Teman-teman ES
juga banyak yang bersedia membantu ES dalam melakukan segala kegiatan belajar ataupun tugas-tugas ES. Pada saat-saat tertentu ES akan meminta
pertolongan temamnya, walaupun sebenarnya segan. Namun untuk selebihnya ES bekerja sendiri.
“Pergaulannya ya biasa aja gitu kak, tapi banyak kawan juga memang sih. Maksudnya uda lebih beranilah diban
ding SMA gitu.” W2.R2B.3-8hal.100
“Kalau untuk bantuin tugas, ya untuk tugas-tugas tertentu iya kak. Segan juga aku minta bantuin tugas ke orang itu kan, karena orang itu pun ribet
juganya kan. Sama-sama juga repot. Jadi yang kadang memang bikin-bikin gambar-gambar aja gitu aku minta tolong sama orang itu.
” W2.R2B.11-21hal.100
Universitas Sumatera Utara
|ES juga sering membatasi diri dalam berinteraksi dengan teman-temannya
yang normal, khususnya ketika berada di luar kelas dan pada waktu jam istirahat, karena alasan pergerakan. Untuk itu ES hanya akan mengikuti temannya jika ada
yang mengajak ES. Jika tidak ada yang mengajak, ES akan duduk di kelas saja. Dalam berinteraksi dengan teman-temannya tersebut, ES juga terkadang
dihinggapi rasa canggung dan minder. Namun dengan cara mendekatkan diri dengan teman sebangku serta dengan cara membantu teman-temannya, seiring
waktu berjalan kecanggungan tersebut memudar. “Kadang kalau ada kawan gitu kan ngajak ke bawah, entah ke kantin, baru
disitulah gerak. Kalau gak ada yang ngajak, ya di kelas ajalah main-main sama orang itu kak.
” W1.R2B.709-715hal.90
“....Karna ini kan teman-teman baru juga dari kelas-kelas lain, malu-malu juga gitu, cuma walinya ngerti gitu an. Jadi kan pertam-tama kenal sama
teman sebangku dulu, trus besoknya udah gak terlalu canggung. Apalagi kalau misalnya kita bisa membantu orang itu, orang itu senang gitu.
” W1.R2B.724-735hal.90-91
Dalam mengatasi rasa minder dan canggungnya dengan teman-temannya, terkadang ES juga berusaha memberi bantuan kepada teman-temannya dengan
cara membantu menjawab pertanyaan atau menciptakan pertanyaan kepada gurunya. Dengan begitu, teman ES akan mendapat pujian dari guru dan ES akan
disenangi oleh temannya. “Misalnya kan ada pertanyaan guru, dibantu jawab, kalau pas jawabannya
kan, ujung-ujungnya kan dia yang dipuji guru. Trus kalau guru nyuruh nanya, ya bantuin kawan bikin pertanyaannya.
” W1.R2B.737-7455hal.91
Universitas Sumatera Utara
Sampai saat ini ES masih mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan
orang baru. Namun ES sudah memberanikan diri untuk mendatangi orang tersebut lebih dulu, daripada harus menunggu-nunggu orang lain untuk menyapa ES
duluan. Terkadang ES mendatangi langsung orang tersebut dan mengajak berkenalan. Ketika ingin berkenalan dengan orang baru, ES biasanya memulai
percakapan dengan menanyakan jam, bukan nama. Dan dalam percakapan tersebut ES yang menjadi orang yang lebih aktif berbicara.
“Aku disini gak terlalu sering nunggu juga, kadang aku yang langsung.” W3.R2B.327-329hal.122
“Aku biasanya kalau kenalan gak langsung nama, kadang nanya jam dulu. Kak uda jam berapa kak. Orang itu rata-rata diamnya. Jadinya aku yang
banyak nanya, yang banyak omong. Jarang orang itu yang banyak nanya.” W3.R2B.332-341hal.123
Kini ES memiliki sejumlah teman yang bisa diajaknya bertukar pikiran.
Bukan hanya teman-teman yang di dalam kota, namun juga di luar kota. ES sering berhubungan dengan teman-temannya yang di luar kota via telepon.
Dengan bercerita dengan teman-temannya, ES mendapat berbagai informasi mengenai pembelajaran di luar Medan. Melalui informasi dari para temannya, ES
mengetahui bahwa ternyata beberapa Universitas di luar Medan yang memiliki fasilitas yang lebih baik, sehingga terkadang ES juga bercita-cita untuk bersekolah
ke luar. “Dari kawan-kawan yang di Bandunglah. Makanya aku mikir, ih enak kali
orang itu. Les komputernya juga gratis. Jadi kadang aku nelpon-nelpon orang itu hanya untuk nanya-nanya itulah, kak. Nanya-nanya tentang makai
Universitas Sumatera Utara
komputer, caranya gimana. Yaa pokoknya memang lebih enaklah sama oran
g itu kak.” W3.R2B.873-885hal.133-134
d. Solusi dalam hal keuangan