5. Resiliensi Akademik
DD merupakan seorang mahasiswi tuna netra yang berasal dari keluarga sederhana yang juga sedang mengalami hubungan yang tidak harmonis. Banyak
hal yang sudah dilalui DD selama hidupnya dan tidak semuanya indah. DD sudah merasakan pahitnya menjadi satu-satunya tuna netra diantara ratusan orang
normal lainnya, namun DD juga sudah merasakan nikmat dan kebanggaan
menjadi salah satu yang terbaik diantara orang-orang yang memiliki kelebihan
dibanding dirinya. DD belum pernah dibuat sampai terpuruk oleh permasalahan- permasalahannya, namun DD juga tidak selalu bangkit melawannya. Di banyak
kasus DD memilih untuk pasrah dan menerima keadaan. Hal ini menunjukkan bahwa DD memiliki resiliensi di dalam dirinya namun belum cukup kuat untuk
membuat dirinya lebih baik dari keadaaan sebelumnya. Hal ini juga dapat dilihat dari prestasi akademik DD yang cenderung biasa-biasa saja. DD juga tidak
memiliki keahlian atau pencapaian yang membanggakan, dan DD juga kurang aktif dalam kegiatan apapun.
“Enggak, gak ada. Hahaha. Gak ada.” W3.R3B.719-720hal.200
“Itulah yang aku sampai sekarang masih bingung dek. Banyak yang kubingungkan, sampai sekarang aku gak tau apa hobiku. Soalnya pun aku
banyak nanggung-nanggung. ”
W3.R3B.756-763hal.201
Universitas Sumatera Utara
Bagan 6. Gambaran Resiliensi Akademik pada Proses Pembelajaran Responden 3
FISIK SIFAT
PSIKOLOGIS
Latar Belakang
Faktor Resiko Stressor Adversity
Usaha Mengatasi
MAHASISWA TUNA NETRA YANG BERKULIAH DI PERGURUAN TINGGI
Responden III DD
Postur tubuh kecil, tinggi badan sekitar 140 cm, dan
berat badan 42 kg. Kurus, warna kulit sawo matang,
wajah berbentuk kotak, rambut hitam lurus
sebahu berponi samping, kondisi fisik mata tidak
tampak rusak, namun mata lebih sering tertutup,
ketika terbuka bola mata hitam cenderung ke atas
Aggresif, humoris, komunikatif, spontan,
moody, ramah, ceria, sulit untuk terbuka dan percaya
pada orang lain
Perempuan, berusia 23 tahun, mengalami kebutaan total sejak lahir. Berkuliah di salah
satu Sekolah Tinggi Teologi di Binjai. Sudah berkuliah selama 5,5 tahun, beragama Kristen
Protestan, suku Batak Toba. Kedua orang tua masih hidup, namun sudah tidak tinggal
bersama lagi. IPK terakhir di kampus 3,0
Hambatan dalam proses belajar di kampus: 1. Fasilitas kampus tidak memadai bagi tuna
netra 2. Tidak memiliki pendamping yang dapat
membantu DD di kampus 3. Kesulitan dalam memperhatikan
slide. 4. Kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas
seperti makalah dan resensi 5. Menerima penolakan teman-teman dalam
membantu di kelas 6. Kesulitan dalam mata kuliah musik gereja
7. Terkendala mengerjakan tugas praktik lapangan karena takut mengalami penolakan
Masalah dalam Keluarga: 1. Hubungan ayah dan ibu DD yang retak,
sudah berpisah rumah selama hampir tiga tahun
2. Trauma masa lalu, karena perlakuan ayah kepada DD dan keluarga
Sifat-sifat Negatif DD: 1. Tertutup, sulit untuk percaya kepada orang
lain, jarang menceritakan masalah kepada orang lain
2. Mudah mengeluh dan tidak suka dengan banyak hal
3. Sering memendam perasaan
Hambatan dalam proses belajar di kampus: 1. Menggunakan komputer yang sudah diatur
untuk tuna netra, dan menggunakan mesin tik manual di dalam kelas
2. Selalu meminta bantuan teman-teman 3. Terkadang meminta teman membacakan isi
slide, terkadang mengabaikan saja 4. Meminjam buku ke perpustakaan, meminta
bantuan teman membacakan kemudian mengetikkan
5. Mencoba mengerti, mencari bantuan kepada orang lain
6. Mencoba menghafal not dan birama 7. Memanipulasi tugas tersebut
Masalah dalam Keluarga 1. Berupaya mendatangi ayah dan
membicarakan baik-baik serta membujuk agar berbaikan kembali dan tinggal bersamalagi
2. Menjauhkan diri dari situasi-situasi yang dapat mengingatkan diri pada kejadian
tersebut
Sifat-sifat Negatif DD: 1. Diam. Memotong rambut
2. Pasrah dan mencoba menerima atau memaklumi
3. Mampu memaafkan namun sulit melupakan kesalahan orang
Faktor-faktor Protektif
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor Protektif: Internal:
Eksternal:
Prestasi Akademik DD
1. Bersedia melayani orang lain 2. Menggunakan
life skills, termasuk pengambilan keputusan yang baik, assertif,
impulse control dan mampu memecahkan masalah
3. Sosiabilitas: mampu untuk menjadi teman, belum mampu untuk membentuk hubungan yang positif
4. Memiliki selera humor yang tinggi 5. Memiliki
internal locus of control 6. Mandiri
7. Memiliki sudut pandang positif tentang masa depan 8. Memiliki sedikit kemampuan memainkan beberapa
alat musik 9. Memiliki perasaan
self-worth 10
. Kurang percaya diri 1. Memiliki ikatan yang kuat dengan teman-teman
kampus. Kurang dapat menjaga hubungan yang baik dengan keluarga
2. Tidak menjunjung tinggi pendidikan 3. Memiliki interaksi yang baik dengan teman-
teman, memiliki interaksi yang kurang baik dengan ayah dan ibu
4. Tidak memiliki peraturan rumah yang harus dipatuhi, namun memiliki peraturan ketat di
asrama dan kampus 5. Pihak asrama, sekolah dan teman-teman
mendorong hubungan yang supportif dengan orang lain, namun tidak demikian dengan keluarga
6. Pihak asrama menyediakan segala kebutuhan dasar rumah tangga bagi DD
1. IPK 3,0 di kampus 2. Belum menuntaskan
skripsi 1. Mampu memecahkan
masalah 2. Sangat terbuka dalam
menerima pendapat 3. Memiliki keyakinan
serta kehidupan spiritual dan
keagamaan 4. Mampu mengambil
hikmah dan kebaikan dari segala stress
1. Mampu mengaransemen lagu
2. Memiliki sedikit pengetahuan dalam
memainkan alat musik
Universitas Sumatera Utara
D. PEMBAHASAN
Hallahan Kauffman 1991 menyatakan bahwa para tuna netra merupakan orang-orang yang membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk
mengoptimalkan potensi kemanusiaannya secara utuh. Hal ini jelas tidak didapatkan oleh ketiga responden penelitian ini. Responden I, II, dan III adalah
tiga mahasiswa yang berkuliah di Universitas dan Sekolah Tinggi umum, dimana fasilitas dan metode belajar yang diterapkan di masing-masing kampus
diperuntukkan bagi mahasiswa normal. Dengan demikian fasilitas dan layanan pendidikan yang diterima ketiga responden ini tidak sesuai dengan kebutuhannya.
Ketidaksesuaian tersebut kemudian menimbulkan kendala dan kesulitan bagi masing-masing responden. Kebutaan setiap responden saja sudah menjadi
salah satu faktor utama munculnya kesulitan dalam belajar, ditambah lagi dengan stressor maupun kendala-kendala yang lain. Teori persepsi menyatakan bahwa
persepsi visual merupakan topik utama dalam pembahasan persepsi secara umum, dan sekaligus merupakan persepsi yang paling umum dibicarakan dalam konteks
sehari-hari. Dengan kata lain, kehadiran indera mata sangat penting dalam proses pembelajaran setiap orang. Responden I telah mulai kehilangan fungsi matanya
sejak berusia 8 tahun dan mengalami kebutaaan total sejak berusia 11 tahun. Responden II mengalami kebutaan sejak masih berusia 2,5 tahun, sementara
responden III sudah mengalami kebutaan sejak lahir. Gangguan penglihatan masing-masing responden telah memberi dampak pada setiap aspek kehidupan
responden.
Universitas Sumatera Utara