Keluarga dan Lingkungan Analisa Data Wawancara 1. Latar Belakang

seolah-olah sedang mengumpulkan memori untuk mengingat masa lalunya dan menyiapkan jawabannya. Dari setiap jawaban yang dilontarkan responden, dapat dilihat responden semakin lancar dalam memberikan jawaban dan tidak lagi memberikan jawaban yang pendek dan tertutup. Wawancara berlangsung selama kurang lebih satu setengah jam dan berjalan dengan lancar.

5. Analisa Data Wawancara 1. Latar Belakang

a. Keluarga dan Lingkungan

LS merupakan seorang mahasiswa yang memiliki pengalaman belajar yang berbeda dengan mahasiswa pada umumnya. LS merupakan seorang tuna netra. Kebutaan tersebut sudah disandangnya sejak berusia 8 tahun dan memberi berbagai dampak dalam kehidupan akademiknya. LS memiliki dua orang abang, dua orang kakak dan empat orang adik. Kesembilan bersaudara ini terlahir dari dua orang ibu, anak pertama sampai ke enam dari ibu pertama, yang juga meupakan ibu kandung LS dan anak ke tujuh sampai sembilan dari ibu tiri LS. Ibu kandung LS telah lama meninggal yaitu pada saat LS masih berumur sekitar tiga tahun. LS bahkan tidak begitu mengingat sosok ibu kandungnya, sementara ibu tirinya juga sudah meninggal pada tahun 2010. Kini hanya tinggal ayah LS yang masih hidup. Ayahnya bekerja sebagai pedagang sayur-mayur di pasar tradisional. Sementara beberapa abang dan kakaknya sudah ada yang bekerja dan berumah tangga. Terlahir sebagai anak ke lima dari sembilan bersaudara di tengah-tengah keluarga yang pas-pasan secara ekonomi, LS dituntut untuk berusaha lebih keras dalam menjalani kesehariannya karena keluarga tidak mampu untuk memenuhi Universitas Sumatera Utara setiap kebutuhan dirinya sebagai seorang tuna netra. Selain LS, salah satu kakak LS juga merupakan seorang penderita tuna netra. Walaupun demikian LS tidak pernah merasa kekurangan dalam hal perhatian yang diterima dari keluarga dan dan tidak pernah merasa dibeda-bedakan dari yang lainnya. Terlepas dari keterbatasan materi yang dimiliki orang tuanya, sama seperti saudara-saudaranya yang lain, LS juga diwajibkan oleh ayahnya yang dulunya merupakan seorang guru, untuk bersekolah dan mengejar pendidikan. “Keadaan ekonomi, menengahlah” W1.R1B.64hal.2 “Oh..kalau itu sama aja, Kami diperlakukan sama. Dengan adik-adikku kami semua sama” W1.R1B.103-107hal.3 “Kalau aku sih karena lama di asrama, tapi kurasa perhatian dapatlah, karena aku disekolahkan di asrama.” W1.R1B.108-112hal.3 “Iyalah sekolah. Karena bapak kan dulu guru, jadi ya sekolah dan pendidikan itu penting.” W1.R1B.113-116hal.3 “Kalau kurasa sekolah sih gak pernah sampe kesulitan ya, selagi memang kaminya masih mau disekolahkan. Biaya bisa dicari kemana-mana, pasti dapat” W1.R1B.124-129hal.3 Setelah memasuki sekolah, LS berpisah dari orangtuanya dan dimasukkan ke asrama yang berlokasi di tempat yang sama dengan sekolahnya. LS banyak menghabiskan waktu di lingkungan asramanya bersama orang-orang yang tinggal di tempat tersebut. LS hanya berkumpul kembali dengan keluarga pada liburan semester saja sehingga dirinya mengaku memiliki hubungan yang lebih dekat Universitas Sumatera Utara dengan orang-orang di asrama daripada keluarganya sendiri. Kegiatan yang dilaksanakan sehari-hari sudah terjadwal dengan tetap harus memperhatikan tata peraturan asrama. “Asramanya memang langsung disitu.. Dari SD sampai tamat SMA. Dari tahun ‘98” W1.R1B.536-540hal.10 “Gak, libur semester aja baru pulang. Gak dikasih pulang. Liburan semester lah palingan. Paling banyak dua minggu” W1.R1B.544-550hal.10 “Iya, lebih dekat dengan orang-orang asrama jadinya” W1.R1B.552-553hal.10 “Bangun pagi harus jam lima. Udah paling lambat itu. Tapi namanya siswa, mau aja ada yang terlambat. 5.45 itu, terakhir aku disitu, ibadah pagi. Jadi dari tempo jam 5.00 sampai 5.45 harus udah siap semua. Bersihkan rumah, kemas-kemas, mandi, pokoknya semua. Karena habis ibadah pagi langsung sarapan pagi. Selesai sarapan pagi uda harus berangkat sekolah. ” W1.R1B.568-581hal.10-11 Kehidupan di asrama selama 12 tahun merupakan salah satu hal yang disukai dan juga kurang disukai LS. Di satu sisi LS merasa dirinya menjadi orang yang disiplin akibat tinggal di asrama, namun LS terkadang juga merasa bahwa peraturan-peraturan asrama yang sangat ketat cukup memberatkan dan memberi tekanan. Dalam pemberian hukuman, kekerasan juga kerap terjadi di dalam asrama jika ada perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Setiap pelanggaran akan mendapat konsekuensi dan hal tersebut dapat berupa hukuman ringan maupun berat, tergantung pada bentuk pelanggaran yang diperbuat. Meskipun demikian LS belum pernah mendapat hukuman berat. Universitas Sumatera Utara “Disatu sisi ada enaknya. Enaknya kita diajarin lebih disiplin, itu enaknya. Lebih teratur. ” W1.R1B.603-606hal.11 “Disitu banyak yang tertekan menurutku. Satu , gak bebas. Luar biasalah kalau dibilang gak bebas. Nnati mau ke kedai aja harus permisi dulu. Pak, permisi sebentar ya, mau kemana katanya. Mau ke kedai. Tapi ahh, gak pernah itu betul. Dulu sampai sempat dibuat satpam. Yang penting harus minta izin. Dulu sempat mau digalakkan merokok gak boleh, jadi dibikin satpam, jadi semua yang keluar nanti diperiksa, kalau ada, ditangkap, dibawa ke asrama. Di kantor asrama, dinasehatin, kalau makin sering dilakukan yaudah main tangan. Atau panggil orang tua. Kalau setelah dipanggil orang tua gak apa juga, yauda dikeluarkan. Uda banyak yang dikeluarkan ” W4.R1B.865-894hal.70-71 “Kalau pelanggaran yang ringan, dikasih peringatan, tapi kalau uda over, baru main tangan. Kalau pihak asrama uda gak bisa nanganin, baru turun direktur ” W4.R1B.857-864hal.70 “Karena di asrama itu kan keras. Dulu pernah ada ditendang bisa, dimasukkan ke kolampun mau. Bem Dicampakkan ke kolam. Memang gitu. Contoh, di asrama kan dilarang merokok. Kalau ketahuan disitu, habis. Bak buk bak. Habis. Habis kena bogem lah semua haha ” W1.R1B.791-803hal.69 “Aku memang selalu bernasib tersenyum. Melanggar, tapi gak pernah dihukum. Gak, terkadang dihukum. Cuman, ibaratkannya kalau seperti permainan, aku gak pernah jadi dalangnya dibelakang.” W1.R1B.607-619hal.11 Kini setelah LS menamatkan sekolahnya dan berkuliah di Perguruan Tinggi, LS kembali tinggal bersama ayahnya di rumah. Kesehariannya adalah berkuliah. LS berangkat dan pulang sendiri dengan menggunakan angkutan umum. “Sekali jalan kurang lebih 1 jam. Naik angkot. 1 jam lebihlah” W1.R1B.61-63hal.2 Universitas Sumatera Utara

b. Gambaran Ketunanetraan