komputer, caranya gimana. Yaa pokoknya memang lebih enaklah sama oran
g itu kak.” W3.R2B.873-885hal.133-134
d. Solusi dalam hal keuangan
Masalah keuangan merupakan salah satu sumber stressor utama ES karena juga mempengaruhi berjalannya kegiatan akademik ES di kampus. Dalam
melakukan rutinitas sehari-hari di kampus ES membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan sehaari-harinya, sementara pihak asrama hanya memberikan
uang saku yang sangat minim dan pas-pasan. Akibatnya, ES harus menemukan cara untuk dapat mengatasi keterbatasan biaya untuk pemenuhan kebutuhannya.
Salah satu contoh adalah pada saat ES membutuhkan uang untuk membayar keperluan fotokopi, biaya kas, biaya sumbangan, dan sebagainya. Sebagai solusi,
pada saat meminta uang kepada suster, ES sering berbohong tentang jumlah yang dibutuhkan dan menambahkan dari jumlah yang sebenarnya diperlukan. Hanya ini
cara yang dianggap ES dapat menambah uang sakunya. “....Tapi ya tetap jugalah diusahain. Kadang kan ada juga kek gini kak,
misalnya pengumpulan dana untuk meninggal orangtua. Misalnya kan kak kalau uang fotokopi misalnya Rp 10.000, nanti mintanya Rp 15.000.
hahaha. Lagian malu lah awak kak, nanti orang itu ngumpul, awak enggak, masa aku gak ngumpul, kan gak enak juga.
” W2.R2B.391-405hal.108
Selain itu ES selalu membawa botol minuman air putih, apabila haus di
kampus, dan juga harus bisa menahan selera makan ketika lapar sehingga tidak harus melakukan pembelian makanan, melainkan harus menunggu hingga sampai
di asrama untuk makan. ES juga harus bisa menahan keinginan untuk membeli
Universitas Sumatera Utara
barang atau hal-hal yang di luar kebutuhan kampus, karena ES tahu bahwa dirinya tidak memiliki cukup uang untuk membelinya. Oleh karena itu ES merasa harus
mengubur segala keinginannya yang sulit untuk dipenuhi. “....Dimaklumi aja gitu kak. Kalau memang lapar ya lapar lah ditu,
ditaha n....”
W2.R2B.388-390hal.108 “Ya gak ada hahaha. Ya gak makanlah. Kalo pulang jam 3, ya jam 3 lah
makan.” W2.R2B.310-314hal.106
“....Aku kan kadang pengen punya buku ini, pokoknya di luar mata kuliah gitu, menurutku buku yang ini bagus. Jadi kadang kalau diminta, nanti
katanya beli ajalah yang sesuai dengan kau kuliah. Jadi gak enaklah aku kak. Jadi apa yang kita inginkan itu selalu harus dimatikan. Nengok
situasilah kak.” W2.R2B.448-460hal.109
Salah satu alternatif yang bisa dilakukan ES untuk menggantikan buku-buku
yang tidak dimilikinya adalah dengan meminjam buku dari Perpustakaan ES mendapat informasi dari temannya bahwa ada tersedia buku
Braille di salah satu perpustakaan daerah di Medan. Walaupun sampai sekarang ES belum pernah
menginjakkan kaki ke tempat tersebut, ES berkeinginan untuk pergi kesana jika ada teman yang bisa menemaninya. Selain buku
Braille juga tersedia pembelajaran komputer.
“Kemarin aku ada nanya kawan, kan ada perpustakaan daerah di Medan. Katanya disitu ada buku-buku tuna netra juga. Jadi kalau mau belajar, kalau
mau minjam ke situ aja. Cuma belum pernah sih kak ntah nyari-nyari buku
kek gitu....Belajar komputernya juga.” W2.R2B.469-481hal.109
Universitas Sumatera Utara
4. Faktor-faktor Protektif