“Iya. Jadi kami dulu ujiannya ada 150” W2.R3B.328-329hal.163
Seluruh proses DD memasuki kuliah diatur dan diurus oleh Yayasan.
Setelah semuanya beres, DD pun harus pindah ke asrama barunya, karena Sekolah Tinggi yang menjadi tempat belajarnya kini juga merupakan sekolah berasrama.
Awal-awal memasuki kuliah DD merasa berbeda dan sempat menangis. DD merasa sangat sedih harus berpisah dengan teman-teman asramanya yang lama
dan bergabung dengan orang-orang baru yang sama sekali tidak ada yang tuna netra. Pada awalnya DD merasa terintimidasi dan kesulitan dalam melakukan
berbagai hal termasuk ketika harus berkenalan dengan teman-teman baru. “Prosesnya kan dari sini semuanya yang membantu, mereka yang bawakan
apanya, terus pertama kali aku masuk dek karena aku disini kan aku bergabung sama teman-temanku yang sama, terus tiba-tiba aku harus
bergabung sama teman-temanku yang sama sekali berbeda denganku. Nangis juga sih aku pertama kali. Tapi lama-lama ya harus kunikmati juga
ya karena gak mungkin juga aku pulang balik, karena yang namanya mahasiswa Teologi harus tinggal di asrama waktu itu.
” W2.R3B.642-662hal.169
“Karena dek ya pasti sedihlah, berpisah sama teman-teman yang, istilahnya memang teman-teman senasib awak sehari-hari, kan awak lebih bebas
berlaku sama teman-teman awak yang senasib gitu kan?. ”
W2.R3B.663-671hal.169
b. Sistem Pendidikan di Sekolah Tinggi
Setelah melalui banyak pertmbangan dan adaptasi, akhirnya DD memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di salah satu Sekolah Tinggi Teologi di
daerah Binjai, dimana nantinya DD akan meraih gelar Sarjana Teologi S.Th, dan bila DD melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi, akan
Universitas Sumatera Utara
mengarah menjadi seorang Pendeta. Untuk mencapai hal tersebut DD harus menyelesaikan minimal 160 SKS Satuan Kredit Semester dalam kurun waktu
delapan sampai dua belas semester. Bentuk pembelajaran yang diberikan juga beragam, namun hampir serupa dengan cara belajar di Universitas lain pada
umumnya. Satu kelas terdiri dari sekitar 30-40 orang dan diajarkan oleh dosen yang juga merangkap sebagai pendeta. Tidak semua dosen DD adalah seorang
pendeta, namun kebanyakan seperti itu. “Proses belajar? Sama lah kek kampus-kampus lain.”
W2.R3B.920-921hal.174
“Iya pendeta dek, tapi dosen. Kan ada pendeta yang doesn.” W2.R3B.929-931hal.174
Kegiatan belajar di kampus DD meliputi kuliah tatap muka dengan dosen,
ceramah, praktik, kuis, pengerjaan makalah, resensi, ujian, dan hal-hal lain yang hampir sama dengan kebanyakan kegiatan kuliah. Di luar itu ada juga kegiatan
organisasi, dimana para mahasiswa membentuk kepanitiaan dalam melaksanakan suatu acara atau kegiatan, namun DD tidak berminat mengikuti kegiatan
berorganisasi. Sehari-harinya DD melakukan kegiatan kuliahnya dengan bantuan temannya, namun terkadang ada teman yang menolak untuk membantu.
“Enggak dek, persis kek kuliah. Ada tugas makalah, buat resensi, banyaklah.”
W2.R3B.936-939hal.175
“Gak, aku hanya anggota aja, malas. Kalau ada kumpul-kumpul ya ikut aku. Haha.”
W2.R3B.943-946hal.175
“Kami juga ada kursus bahasa Inggris sebelum kuliah. Terus ada tugasnya dek meresensi buku bahasa Inggris. Itukan kalau resensi bahasa Inggris
berarti kan harus kita terjemahkan terlebih dahulu baru kita resensi. Pasti
Universitas Sumatera Utara
kan aku butuh orang melihat, yang bisa menolongku membacakan isinya. Ooo itulah dek kalau paling susahnya. Mau nanti mereka bilang “ akupun
punya tugas “ dan itu terus terjadi sampe sekarang. Sebenarnya mereka menolak mungkin benar-benar karena memang ada tugasnya. Itu mungkin
bisa kita terima. Tapi kalau misalnya dibilang “ aku punya tugas” tapi tenyata dia main-main kan itu mungkin karena kemalasannya makanya
dibilangnya ada tugas. Ya gitulah banyak dulu. Tapi sekarang gak lagi, dulunya itu pas masih baru-baru. Sekarang sih udah mulai terbiasa. Mereka
punya kesibukan masing-masing, atau mungkin jenuhlah membantu
” W2.R3B.800-838hal.172
Bentuk tugas praktik biasanya berupa tugas lapangan, dimana DD harus pergi ke institusi atau sekelompok orang maupun individu yang telah ditetapkan
oleh dosen untuk dijadikan subjek penelitian. Setelah itu DD harus mewawancarai subjek penelitian tersebut dan menuliskan hasil laporannya. Tugas praktik seperti
ini diberikan secara berkala kepada para mahasiswa dan wajib dikerjakan. DD sudah pernah melakukan praktik lapangan ini.
“Praktek lapangan lah dek. Misalnya meneliti rumah sakit, meneliti anak jalanan, dll.”
W2.R3B.950-953hal.175
“Iya, biasa kami gitu dek. Interview seputar penyakitnya, atau latar belakang kekeluargaannya, hubungannya dengan rumah sakit...”
W2.R3B.1028-1036hal.176
Ketika di dalam kelas, DD mengikuti materi kuliah yang dibawakan oleh dosen. Dosen dapat melakukan metode ceramah ataupun diskusi, dan biasanya
menggunakan bantuan power point. Demikian pula ketika giliran para mahasiswa
yang harus presentasi ke depan untuk menjelaskan materi. Setiap kelompok diwajibkan untuk menggunakan
power point. Disamping itu DD juga mempelajari tentang bahasa, dan mata kuliah ini mengambil tempat di laboratorium bahasa.
Universitas Sumatera Utara
Bahasa yang dipelajari antara lain bahasa Indonesia, bahasa Ibrani, bahasa Yunani dan bahasa Inggris. DD juga ada mempelajari mata kuliah musik, sehingga DD
juga memperoleh pembelajaran teori dan praktik tentang musik. Di luar itu semua, semua mata kuliah DD berkaitan dengan bidang Teologi, seperti mata kuliah
Tafsir, Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan sebagainya. “Ada bahasa Indonesia, bahsa Ibrani, bahasa Yunani, bahasa Inggris
pastinya. Terus, apa lagi yaa.. Perjanjian Lama, Perjanjian Baru... ”
W3.R3B.213-28hal.189 “....Karena paling kami kalau pas mata kuliah bahasa harus ke lab bahasa.
Itulah apanya. Kalau kami mata kuliah musik, ada kami mata kuliah musik gereja.
” W3.R3B.94-99hal.187
Kampus DD adalah sekolah berasrama, sehingga setiap mahasiswa diperlengkapi dengan kamar dan fasilitas tempat tinggal. Setiap mahasiswa juga
bertanggung jawab atas kebersihan masing-masing kamar, sehingga setiap mahasiswa juga berkewajiban mendapat giliran melakukan tugas kebersihan.
Asrama perempuan dan laki-laki terpisah, yang mana asrama perempuan terdiri dari 17 kamar dan setiap kamar terdiri dari 6 tempat tidur. Dalam hal penyediaan
fasilitas di kampus, ada juga disedikan media dan peralatan guna mendukung proses pembelajaran para mahasiswanya, seperti proyektor, layar, laboratorium
dan lain, lain namun banyak dari peralatab tersebut kurang bermanfaat bagi DD.
c. Faktor-faktor Resiko, Adversity dan Stressor