8. Menunjukkan harapan kesuksesan yang tinggi dan realistis
9. Mendorong pembuatan tujuan dan mastery
10. Mendorong perkembangan prososial akan nilai-nilai misalnya
altruisme dan life skills misalnya kerja sama
11. Menyediakan kepemimpinan, pengambilan keputusan, dan
kesempatan-kesempatan lain untuk partisipasi yang berarti. 12.
Menghargai talenta unik dari masing-masing individu
e. Tahapan Mengembangkan Resiliensi
Teori resiliensi dan faktor resiko menekankan bahwa sekolah merupakan lingkungan yang penting dalam mengembangkan kemampuan individu untuk
bangkit dari kesulitan, beradaptasi terhadap tekanan dan masalah-masalah yang dihadapi, dan juga mengembanagkan kompetensi-kompetensi sosial, akademik
dan keterampilan, yang sangat diperlukan dalam hidup. Penelitian para ahli telah menunjukkan bahwa sekolah, keluarga dan juga komunitas dapat menyediakan
faktor-faktor protektif lingkungan dan kondisi-kondisi yang mengembangkan faktor protektif individual. Hal ini membentuk sebuah strategi berupa 6 tahapan
dalam mengembangkan resiliensi di sekolah dapat dilihat pada gambar 2. 1. Meningkatkan
bonding. Hal ini melibatkan peningkatan hubungan diantara individu dengan orang atau kegiatan yang bersifat
prosocial dan juga didasarkan pada bukti bahwa siswa dengan ikatan positif
yang kuat lebih kecil kemungkinannya melakukan perilaku beresiko daripada siswa yang tidak memiliki ikatan. Sekolah juga berfokus
Universitas Sumatera Utara
pada ikatan siswa terhadap sekolah dan pencapaian akademik dengan menyesuaikan gaya belajar yang disukai siswa.
2. Menetapkan batasan-batasan yang jelas dan konsisten. Ini melibatkan pengembangan dan implementasi yang konsisten dari
peraturan sekolah dan prosedur-prosedur serta menegaskan pentingnya ekspektasi perilaku. Ekspektasi ini termasuk
menjelaskan tentang perilaku beresiko bagi siswa dan harus dikomunikasikan secara jelas beserta dengan konsekuensinya.
3. Mengajarkan life skills. Ini termasuk kerjasama, resolusi konflik
yang sehat, ketahanan dan kemampuan asertivitas, kemampuan komunikasi, kemampuan memecahkan masalah dan pengambilan
keputusan, serta manajemen stress yang sehat. Jika kemampuan- kemampuan ini diajarkan dengan benar kepada siswa, akan dapat
menolong siswa untuk jauh dari permasalahan remaja khususnya rokok, alkohol dan obat-obatan terlarang. Kemampuan-kemampuan
ini juga dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses pembelajaran siswa di sekolah.
4. Menyediakan kepedulian dan dukungan. Hal ini termasuk memberikan penghargaan dan dorongan yang positif dan ikhlas.
Pada gambar 2, bagian ini diarsir, untuk menunjukkan bahwa elemen ini merupakan yang terpenting dalam membangun resiliensi.
Bahkan, hampir mustahil untuk mampu “mengatasi” kesulitan tanpa adanya kepedulian. Kepedulian ini tidak harus berasal dari keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Guru, tetangga
dan pekerja-pekerja
muda juga
sering menunjukkannya, begitu pula dengan elemen-elemen lain dari
mengembangkan resiliensi. Teman sebaya dan hewan peliharaan juga dapat berperan sebagai pembangun resiliensi bagi orang dewasa
dan anak-anak. 5. Menetapkan ekspektasi yang tinggi. Ekspektasi individu harus tinggi
dan realistis agar dapat menjadi motivator yang efektif. Walaupun demikian, banyak anak-anak di sekolah, terutama mereka yang
diberikan banyak label di sekolah, mengalami ekspektasi yang
rendah dan juga memiliki ekspektasi yang rendah untuk dirinya. Pihak sekolah juga mengatakan bahwa hal ini juga berlaku bagi
orang dewasa di sekolah, yang memiliki kemampuan dan potensial yang kurang dianggap.
6. Menyediakan peluang untuk keterlibatan yang berguna. Strategi ini berarti memberikan banyak tanggung jawab kepada siswa, keluarga
mereka, dan staff untuk hal-hal yang terjadi di sekolah, memberikan peluang bagi mereka untuk memecahkan masalah, mengambil
keputusan, merencanakan, menetapkan tujuan dan membantu sesama.
Universitas Sumatera Utara
Bagan 2 Profil Siswa dengan karakteristik Resiliensi
Sumber: Adaptasi dari Richardson dkk dalam Henderson Milstein, 2003
Provide Opportunities
for Meaningful
Participation Increase
Prosocial Bonding
Set Clear, Consistent
Boundaries
Teach “Life Skills”
Set and Communicate
High expectations
Connects with at least one of the many caring adults in school.
Is involved with some of the many before-, after-, and in school activities.
Is engaged in cooperative peer-to-peer interactions through teaching strategies andor
school programs. Is positively connected to learning
Believe voice is heard in classroom school decision.
Participates in helping others through cooperative learning,
service learning, peer helping, or other avenues.
Exhibits a sense of self-efficacy in taking on new challenges
Understands and abides by policies
and rules Paticipates in
changing policies and rules.
Recieves ongoing instruction in life skills appropriate to
developmental level. Has integrated the skills so
assertiveness, refusal skills, healthy conflict resolution, good
decision making and problem solving, and healthy stress
management are practced most of
the time. Feels that school is a caring place
Has a sense of belonging Experiences school as a
community Sees many ways to be recognized
and rewarded. Believes that any
positive goal aspiration can be
accomplished. Shows confidence in
self and others. Encourages self and
others to do “the best possible.”
Provide Caring
Support
Universitas Sumatera Utara
B. Tuna Netra