Resiliensi Akademik Responden I 1. Identitas Diri

5. Resiliensi Akademik

Sebagai seorang mahasiswa tuna netra yang berasal dari keluarga yang sangat sederhana, kuliah di Perguruan Tinggi Negeri yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya secara maksimal, LS merupakan orang yang sudah melalui jalan yang berliku dan berbatu. Sesekali LS dapat tersandung, namun dia kembali bangkit dan melanjutkan perjalanannya. Ini menunjukkan betapa LS memiliki kualitas resiliensi di dalam dirinya. Sejauh ini belum ada kesulitan- kesulitan ataupun masalah yang terlalu besar yang mampu menjerumuskan LS dalam keterpurukan. LS selalu berhasil bangkit dan memperbaiki kondisinya. Hal ini dapat terbukti dengan prestasi akademiknya di kampus. Hingga pada saat ini LS telah meraih IPK Indeks Prestasi Kumulatif 3.3 sangat baik. LS belum pernah mengecewakan orang tua dari segi prestasinya di kampus. Bukan hanya IPK nya yang tinggi namun LS juga sudah menoreh prestasi-prestasi lain, seperti juara 1 menang lomba berpidato ketika dirinya menduduki kelas 3 SMA. Perlombaan tersebut menghadiahi LS sejumlah uang, yang kemudian digunakannya untuk membiayai bimbingan pelajaran bimbel dalam rangka persiapan masuk kuliah. Bentuk uang juga diterima LS sebanyak dua kali karena mendapatkan beasiswa mahasiswa berprestasi di kampusnya. Uang ini juga telah dipergunakannya untuk membeli piano elektrik keyboard. “Lumayan baguslah. IPK ku terakhir 3,3” W2.R1B.506-507hal.31 “Belumlah keknya. Mudah-mudahan jangan sampai mengecewakan.” W3.R1B.586-587hal.33 Universitas Sumatera Utara “Buat bimbel, kan itu pas udah mau masuk kuliah. Jadi ya daftar bimbingan aku” W4.R1B.1105-1108hal.75 “Kalau kebanggan sih gak pala ada. Tapi kalau menurutku pribadi aku udah bisa beli alat musik sendiri, pakai uangku sendiri, pakai beasiswa kucari. Beli piano sendiri, jadi gak membebani orangtua.” W3.R1.B.193-201hal.43 Dengan segala pencapaiannya sekarang LS tidak lantas berpuas diri. LS masih ingin terus mengejar pendidikan yang tinggi. LS memiliki visi dirinya menjadi seorang Doktor. Di dalam negeri belum terlalu banyak tuna netra yang berhasil dan sukses, namun LS tidak heran jika banyak tuna netra yang sukses di luar negeri. LS menganggap bahwa tuna netra di luar negeri lebih dihargai. Namun LS menegaskan kembali bahwa untuk bisa ke luar negeri harus mahir berbahasa Inggris. Ini kembali menjadi tantangan bagi LS. Sebenarnya LS pernah berniat mengikuti tes TOEFL Test of English for a Foreign Language yang pernah diselenggarakan di kampus, untuk mengukur kemampuannya, namun LS mengurungkan niatnya karena menyadari bahwa panitia tidak menyediakan fasilitas untuk tuna netra. Walaupun demikian, LS masih tetap bercita-cita untuk sekolah setinggi mungkin, dan kalau bisa di luar Medan. LS merasa bahwa perlakuan masyarakat terhadap tuna netra di Medan berbeda daripada di Jawa. “Doktorlah. Kalau pendidikan kita tinggi kan, tuna netra terangkat.” W3.R1B.303-305hal.45 “Belum pernah pulak ikut TOEFL. Pernah dulu ada di kampus ini, mau cari kawan, gak ada pulak yang bisa bantuin. Panitia pasti gak nyediakan. Kecuali kalau di luar, pasti panitia nyediain. Kalau disini pasti gak disediakan. Cari kawan belum tentu mau...” W3.R1B.335-347hal.46 Universitas Sumatera Utara “Satu, mungkin pengaruh kerasnya kehidupan disini sama di sana kan beda. Luar biasalah bedanya. Disana juga lebih bersaing...disini masih suka men- judge. Diskriminasinya tinggi.” W4R1.B.984-993hal.72-73 “Iya. Kalau disana mereka udah disama ratakan. Kalau disini masih sering dipandang sebelah mata. Banyak yang meremehkan. Padahal sebenarnya tuna netra itu bisa terampil juga.” W4.R1B.1097-1104hal.75 Dalam melakukan misinya tersebut LS juga bersosialisasi dan menjaga hubungan baik dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya yaitu keluarga, teman-teman, komunitas gereja dan lingkungan sekitar rumah. LS tidak selalu memiliki kecocokan dengan semua orang namun LS terbilang mampu menunjukkan kemampuan sosialnya. Disamping teman-temmannya akan selalu ada keluarganya yang mendukung LS, terlebih lagi dorongan dirinya sendiri yang selalu termotivasi untuk meraih sukses. Universitas Sumatera Utara Bagan 4. Gambaran Resiliensi Akademik pada Proses Pembelajaran Responden 1 FISIK SIFAT PSIKOLOGIS Latar Belakang Faktor Resiko Stressor Adversity Usaha Mengatasi MAHASISWA TUNA NETRA YANG BERKULIAH DI PERGURUAN TINGGI Responden I LS Postur tubuh kecil, tinggi badan sekitar 150 cm, berat badan 50 kg, kurus, warna kulit sawo matang, rambut pendek hitam, kondisi fisik mata tidak begitu tampak seperti orang buta Ramah, humoris, mudah beradaptasi, spontan, terbuka Laki-laki, berusia 24 tahun, buta sejak berusia 8 tahun. Berkuliah di salah satu PTN di Sumatera Utara dan mengambil jurusan musik. Sudah berkuliah selama 2,5 tahun, beragama Katolik, suku Batak Toba. Ayah masih hidup, ibu sudah meninggal. IPK terakhir di kampus adalah 3,3. Hambatan dalam proses belajar di kampus: 1. Fasilitas kampus tidak memadai bagi tuna netra 2. Tidak adanya pendamping yang dapat membantu LS di kampus 3. Kesulitan dalam membuat gambar-gambar, tabel dan penggunaan internet 4. Tidak adanya tambahan waktu dalam mengerjakan tugas atau ujian di kampus 5. Kesulitan dalam mengikuti tugas praktik karena tidak bisa membaca partitur dan mengobservasi cara memainkan alat musik 6. Terkendala dalam mengerjakan ujian 7. Tidak memiliki sumber referensi yang cukup dalam mnegerjakan tugas-tugas 8. Sifat malas untuk memulai menyelesaikan tugas Hambatan dalam pergaulan: 1. Ketidakcocokan LS dengan teman-teman kampus 2. Suka menyendiri dan jarang berbicara 3. Banyak teman LS yang melakukan kegiatan- kegiatan yang menurut LS tidak pantas dilakukan 4. Merasa kesepian dan jenuh 5. Penolakan teman-teman dalam membantu 6. Teman-teman yang suka menjahili LS Hambatan dalam proses belajar di kampus: 1. Menggunakan software pada laptop sehingga bisa mengeluarkan bunyi, meminta bantuan teman untuk membaca isi proyektor, buku teks, papan tulis, dsb. Menulis dan membaca Braille 2. Selalu meminta tolong kepada teman untuk membantu kesulitannya 3. Meminta bantuan teman 4. Mengerjakan semaksimal mungkin dengan batas waktu yang tersedia 5. Mempelajari berdasarkan pendengaran dan memiinta bantuan teman 6. Meminta bantuan teman 7. Meminjam catatan teman dan meminta kesediaan orang lain membacakannya 8. Menunggu hingga mood membaik dan kemudian mengerjakannya Hambatan dalam pergaulan: 1. Mencoba mengikuti perilaku teman-teman, kemudian berhenti melakukannya karena merasa tidak cocok 2. Mencari kegiatan sendiri, seperti bermain piano, atau langsung pulang ke rumah 3. Menjauhi teman-teman yang berperilaku kurang baik 4. Menerima saja 5. Mencari bantuan orang lain 6. Merasa kesal dan kemudian melupakan Faktor-faktor Protektif Universitas Sumatera Utara Faktor-faktor Protektif: Internal: Eksternal: Prestasi Akademik LS Kompetensi Sosial LS Keterampilan LS 1. Bersedia melayani orang lain, selagi mampu dan tidak memberatkan 2. Menggunakan life skills, termasuk pengambilan keputusan yang baik, assertivitas, impulse control dan pemecahan masalah 3. Sosiabilitas: mampu untuk menjadi teman, belum mampu untuk membentuk hubungan yang positif 4. Memiliki selera humor yang baik 5. Memiliki external locus of control 6. Mandiri 7. Memiliki sudut pandang yang positif tentang masa depan 8. Memiliki keahlian dalam olahraga, dan tennis meja tuna netra 9. Memiliki perasaan self-worth 10. Kurang percaya diri 1. Memiliki ikatan yang baik dengan ayah, dam ikatan yang kuat dengan para teman-teman dan pengurus asrama. Memiliki hubungan baik namun tidak memiliki ikatan yang kuat dengan keluarga inti 2. Menjunjung tinggi pendidikan, memperoleh prestasi akademik yang baik 3. Memiliki gaya interaksi yang baik dengan ayah, terkadang memiliki teman-teman yang menghakimi 4. Tidak memiliki peraturan rumah yang harus dipatuhi, namun memiliki peraturan yang sangat ketat di asrama. Memiliki tata peraturan di kampus 5. Ayah dan pihak asrama mendorong hubungan yang supportif dengan orang lain, begitu pula pihak kampus 6. Belum ada bentuk konkret yang menunjukkan bahwa kampus dan keluarga mendorong melestarikan tanggung jawab dan rasa saling melayani 7. Keluarga mampu menyediakan kebutuhan dasar rumah tangga dan kesehatan seadanya saja 8. Pihak asrama dan kampus menghargai talenta unik LS 1. IPK 3,4 di kampus 2. Beasiswa kuliah selama 2 tahun berturut-turut 3. Memenangkan beberapa lomba dan menerima hadiah uang 1. Mampu memecahkan masalah 2. Berpikir kritis 3. Mengambil inisiatif 4. Melihat masa depan yang cerah pada diri 1. Mampu bermain alat musik 2. Berhasil menambah kemampuan bermain alat musik tradisional 3. baik dalam bidang olahraga, mis tenis meja tuna netra Universitas Sumatera Utara

B. Responden II 1. Identitas Diri

Tabel 3. Deskripsi Umum Responden II Dimensi Keterangan NamaInisial ES Usia 20 tahun Usia mengalami kebutaan total 2,5 tahun UniversitasFakultasJurusan Salah satu Universitas Swasta di Sumatera Utara Satsra Bahasa Indonesia Alamat Rumah Jln Karya Wisata, Johor Lama berkuliah 1,5 tahun Agama Katolik Suku Batak Simalungun Keberadaan orangtua Ibu masih hidup, Ayah sudah meninggal Jumlah saudara kandung Anak ke 2 dari 2 bersaudara Indeks Prestasi Kumulatif IPK 3,6

2. Jadwal Pelaksanaan Wawancara Tabel 4. Jadwal Wawancara Responden II

No Hari Tanggal Waktu Tempat Keterangan 1 Senin 18 Maret 2013 10.00 – 10.30 WIB Kampus Responden Rapport 2 Sabtu 6 April 2013 12.30 – 13.45 WIB Asrama Wawancara 1 3 Senin 8 April 2013 14.00 – 15.00 WIB Asrama Wawancara 2 4 Kamis 11 April 2013 08.00 – 09.15 WIB Kampus Responden Wawancara 3

3. Gambaran Umum Responden II

ES adalah seorang mahasiswi tunanetra berusia 20 tahun yang berkuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Medan yaitu Universitas Prima. Pada saat ini, ES sedang menduduki semester ke 4 di jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Universitas Sumatera Utara